19 November 2023 21:11 WIB
Penulis: Jay Akbar
Editor: Rizal Amril
Najwa Shihab, jurnalis dan pendiri Narasi, bertanya kepada Erick Thohir dan Sandiaga Uno soal bagaimana mereka melihat kegagalan dipilih menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk Pilpres 2024.
Ketiganya kemudian berbagi pengalaman dan pandangan tentang perjalanan politik mereka serta pandangan terhadap masa depan Indonesia.
Sandiaga Uno, yang pernah menjadi calon wakil presiden Prabowo Subianto pada Pilpres 2019, berbagi ceritanya tentang bagaimana ia dipilih secara mendadak untuk posisi tersebut.
Sandi mengungkapkan, meskipun tidak terpilih lagi, ia merasa bersyukur dan yakin bahwa segala sesuatu terjadi sesuai dengan rencana yang lebih besar.
“Nyesel sih, justru kami bersyukur. Pak Mahfud yang dapat, saya bersyukur,” ucap Sandiaga, di Graha Bhakti Budaya, Minggu (19/11/2023).
Saat ini, Sandiaga Uno mengaku fokus pada tugasnya sebagai Menteri, mendukung 45 juta masyarakat Indonesia yang bergantung pada ekonomi kreatif dan pariwisata.
Erick Thohir, tokoh lain yang juga batal menjadi calon wakil presiden, berbicara tentang pentingnya ikhlas dan tulus dalam bekerja untuk kebangkitan Indonesia. Ia menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan di tahun 2030.
Erick mengutip sebuah pernyataan, “Dunia bergerak seperti misteri yang tidak kita pahami, kita jalani saja,” yang menekankan pentingnya mengambil langkah maju meski dengan banyak ketidakpastian.
Sementara itu, Ridwan Kamil, yang hadir dalam wawancara, menambahkan bahwa politik bukanlah matematika dan bahwa takdir tidak selalu dapat ditemukan melalui perhitungan.
“Tugas saya di dunia adalah bertawakal, ikhtiar, dan berdoa. Wilayah takdir bukan wilayah manusia. Itulah perasaan saya. Makanya saya happy-happy saja,” ujar Emil.
Wawancara ini memberikan wawasan yang mendalam tentang sikap dan pendekatan para tokoh politik ini terhadap kehidupan politik dan peran mereka dalam masyarakat, serta menggarisbawahi pentingnya sikap positif dan penerimaan terhadap hasil yang terjadi.
Pendiri Narasi dan jurnalis Najwa Shihab dalam pembukaan acara mengajak semua orang untuk berani bergerak dan membuat perubahan.
“Tidak ada waktu yang sempurna untuk bergerak,” ujarnya, menekankan pentingnya mengambil tindakan meski dihadapkan pada ketidakpastian dan tantangan.
Najwa juga membahas tantangan yang sering muncul saat seseorang mulai beraksi.
“Situasi hanya memburuk bagi mereka yang hanya mengutuk,” katanya, menggarisbawahi pentingnya aksi nyata dibandingkan sekadar kritik.
Dia menambahkan, “Kesediaan untuk bergerak karena problemnya ada dua, satu kita bingung mulai dari mana. Kedua, ketika kita sudah mulai menunjukkan arah, kadang kita lihat kok tidak ada perbedaan ya?”
Lebih lanjut, Najwa membahas tentang rasa putus asa yang sering muncul ketika upaya yang dilakukan tampak sia-sia.
“Sehingga kita putus asa dan berpikir ya sudah, biarkan orang lain saja yang mengerjakan. Selalu ada pikiran itu,” ucapnya.
Namun, ia mengajak hadirin untuk tetap bertahan dan bergerak dengan semangat “Tan Malaka, terbentur, terbentur, terbentuk.”
Acara ini juga diisi dengan diskusi panel, workshop, dan pertunjukan seni yang semuanya bertujuan untuk menginspirasi dan memotivasi peserta untuk bergerak dan membuat dampak yang positif dalam kehidupan sehari-hari.
Perayaan ulang tahun Mata Najwa ini tidak hanya menjadi momen refleksi dari sebuah program talkshow yang telah memberikan banyak wawasan, tetapi juga sebagai platform mendorong lebih banyak lagi aksi nyata dan perubahan positif di masyarakat.
KOMENTAR
Latest Comment