23 Juni 2022 12:06 WIB
Editor: Akbar Wijaya
Kalau tidak diterima, durhaka sama sejarah Jakarta dan Indonesia.
Lima ribuan orang telah menandatangani petisi penggantian nama Jakarta International Stadium (JIS) menjadi Stadion M.H. Thamrin di situs change.org. Petisi ini diinisiasi sejarawan JJ Rizal dan sudah diserahkan langsung ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
“Kenapa Thamrin? Karena dia bukan hanya pahlawan nasional, putra Betawi, dia juga pahlawan sepak bola,” kata Rizal dikutip dari Antara di Balai Kota Jakarta, Rabu (22/6/2022).
Anies berterimakasih atas usulan yang diberikan. Namun, ia belum bisa mengambil sikap yang jelas apakah akan menerima atau menolak. Anies hanya bilang akan mempertimbangkan.
“Pasti ditampung, setuju atau tidak, nanti pertimbangannya lain,” ujar Anies saat henda menuju Rapat Paripurna HUT DKI Jakarta ke-492.
"Terima kasih, belum tentu disetujui. Diterima dulu."
Rizal merasa Pemprov DKI Jakarta tak punya alasan kuat menolak usulan nama Stadion M.H. Thamrin sebagai pengganti nama JIS. Ia berpendapat nama Jakarta International Stadium tak mencerminkan semangat kemajuan sepak bola lantaran tidak menggunakan nama tokoh sejarah yang inspiratif.
"Pertama itu (Stadion JIS) belum punya nama, dan kebangetan kalau tidak diterima, durhaka sama sejarah Jakarta dan Indonesia," ucapnya.
Dalam opini berjudul “Sepak Bola Kebangsaan MH Thamrin” di Majalah Tempo 21 Mei 2022, Rizal menyebut keberadaan PSSI sebagai induk cabang olahraga sepak bola di tanah air sekarang, sesungguhnya juga berakar dari inisiatif Thamrin ketika menjadi pengayom di Voetbalbond Indonesische Jacarta (VIJ).
Sebagai beschermer atau pengayom aktif VIJ, Thamrin kecewa dengan Indonesische Voetbalbond – Perserikatan Sepak Bola Nasional didirikan di Surabaya pada 1927 – lantaran lebih mepet ke Belanda. Thamrin lalu menjadi motor revitalisasi gagasan perserikatan nasional baru.
Sikapnya selaras dengan para tokoh perkumpulan sepak bola di sejumlah daerah seperti Surabaya, Bandung, Solo, dan Yogyakarta. Pada awal Maret 1930 Soeratin Sosrosoegondo bersama para tokoh sepak bola Yogyakarta datang menemui pengurus VIJ.
Mereka menginap di Hotel Bienenhof, Keramat dan ditemui dua pengurus VIJ: Soeri dan Sukardi. Keduanya lantas membeberkan hasil korespondensi VIJ dengan perserikatan sepak bola setanah air kepada Soeratin Cs.
Dari pertemuan itulah kemudian gagasan mendirikan PSSI yang diumumkan di Societeit Hande Proyo, Yogyakarta, 19 April 1930 lahir. “Angan-angan VIJ beroleh persetujuan,” ujar Dr. Muwardi di Pemandangan, 20 September 1938.
Visi sepak bola Thamrin tumbuh dari kampung-kampung di Jakarta. Ia gelisah menyaksikan talenta-talenta sepak bola pribumi kerap mendapat perlakuan diskriminatif. Mulai dari dilarang menggunakan lapangan milik orang-orang Belanda, dilarang masuk klub-klub lokal, hingga dieliminasi dalam ajang-ajang pertandingan internasional.
Saat duduk di Gementeraad dan Volksraad Thamrin menyuarakan kegelisahan itu, salah satunya terkait nasib Suratin dan para pemain VIJ yang dipecat perusahaan Belanda karena bergabung di klub sepak bola pribumi.
Saat ulang tahun VIJ, Oktober 1930, Thamrin mengumumkan membeli lapangan di Pulo Piun, Laan Trivelli, Cideng, dengan merogoh 2.000 gulden untuk membuatnya layak. Ini ia lakukan untuk membantu klub-klub sepak bola lokal yang kerap mendapat perlakuan diskriminatif.
"Jadi dia memang nama yang akan setimpal dengan besar bangunan, monumental bangunannya, dengan besar jasa dan monumentalnya perjuangan Husni Thamrin di dalam sepakbola dan pergerakan kebangsaan sebagai suatu kesatuan dari wajah Indonesia," kata Rizal.
Sutradara dan penulis skenario The Jak Andibachtiar Yusuf juga sepakat nama Thamrin digunakan untuk mengganti nama JIS. Menurutnya nama Thamrin lebih besar dari sekadar digunakan sebagai salah satu nama tribun. Sebab biasanya, nama tribun stadion menggunakan nama tokoh-tokoh besar sepak bola, bukan pahlawan nasional.
"Tribun biasanya disematkan nama tokoh-tokoh sepakbola di satu klub, misalnya Tribun Sir Alex Ferguson (di Old Trafford, Manchester). Ini (penamaan stadion JIS) kan ada di skala yang lebih besar," kata Andi dalam diskusi daring bertajuk "Kenapa MH Thamrin Harus Jadi Nama JIS".
Cucu MH Thamrin Dieny Tjokro berharap dengan menyandang nama MH Thamrin, Jakarta International Stadium mampu menularkan integritas dan profesionalisme sang pahlawan nasional kepada atlet-atlet sepakbola Indonesia.
"Beliau berjuang demi nusa bangsa, demi kebaikan kaum Betawi dan kemerdekaan nasional Republik Indonesia, saya pikir itu sesuatu yang sangat dalam, menurut saya, untuk bisa ditanamkan kepada atlet-atlet sepakbola kita," kata Dieny.
Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD DKI Jakarta mendukung petisi pergantian nama Jakarta International Stadium (JIS) menjadi Stadion M.H. Thamrin.
Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta Anggara Wicitra Sastroamidjojo menilai stadion yang dibangun dengan uang rakyat ini harus jadi lambang perjuangan sepak bola Jakarta dan Indonesia.
"Memang sepatutnya kita pakai nama yang ada unsur-unsur budaya atau tokoh Betawi karena ini mimpi bersama warga Jakarta, dibangunnya juga pakai uang pajak warga Jakarta. Mumpung momentumnya, kita harus koreksi nama JIS karena terbentur peraturan, kita bisa pakai nama Stadion M.H. Thamrin sesuai aspirasi yang ada. Bisa dirembukkan dengan tokoh-tokoh Betawi saat ini juga," kata Anggara.
Anggara berpendapat bahwa nama MH Thamrin cocok jadi nama stadion karena dikenal sebagai salah satu tokoh penting yang berjasa mendorong sepak bola di Jakarta dan Indonesia.
"Beliau merupakan tokoh Betawi yang mendorong Soeratin Sosrosoegondo membentuk PSSI, lalu ada sejarahnya mendorong pemugaran Lapangan Petojo untuk warga lokal sebagai bentuk perlawanan bagi warga Belanda yang kala itu bermain sepak bola di Lapangan Menteng," kata Anggara.
KOMENTAR
Latest Comment