Apa Itu "Asian Value" Istilah yang Muncul di Podcast Total Politik dan Ramai Dibahas Warganet

7 Juni 2024 14:06 WIB

Narasi TV

YouTube/Total Politik

Penulis: Nuha Khairunissa

Editor: Indra Dwi

Tengah ramai istilah “Asian value” di kalangan warganet usai beredarnya cuplikan podcast Total Politik dengan bintang tamu Pandji Pragiwaksono. 

Dalam podcast yang diunggah di YouTube pada Selasa (4/6/2024), Pandji menanyakan opini kedua host, Arie Putra dan Budi Adiputro, terkait dinasti politik.  

Baik Arie Putra maupun Budi Adiputro menganggap praktik dinasti politik sah-sah saja dilakukan sebab merupakan bagian dari hak asasi warga negara. Lebih lanjut, Arie menyebut dinasti politik sebagai Asian value

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Asian value sebagaimana yang dilontarkan oleh Arie Putra?

Pengertian Asian value

Asian value merupakan istilah yang mengacu pada nilai-nilai khas ketimuran seperti disiplin, kolektif, kerja sama, hingga kekeluargaan. Dalam tulisannya yang dipublikasikan pada tahun 2000, profesor hubungan internasional di Flinders University Michael Barr menyebut konsep Asian value dalam politik mulai muncul pada tahun 1990-an. Pada saat itu, dunia Barat tengah menikmati dominasi dan kepercayaan diri yang tinggi di bidang politik dan ekonomi. 

Amerika Serikat (AS) dan Eropa merespons situasi ini dengan antusiasme untuk menyebarkan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) ke seluruh penjuru dunia. Di sisi lain, negara-negara Timur juga tengah merayakan keberhasilan di bidang sosial dan ekonomi. Bedanya, mereka tak harus “menderita akibat individualisme berlebihan” sebagaimana negara-negara Barat. 

Barr menyebut sikap asertif dunia Barat terhadap nilai-nilai HAM dianggap pura-pura belaka demi membuat Asia tetap tunduk kepada Barat, baik secara politik maupun ekonomi. Situasi inilah yang kemudian memunculkan nilai-nilai Asian value sebagai identitas politik yang membedakan Timur dengan Barat. 

Kebanyakan negara Timur khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara menganut prinsip kolektivisme, sangat kontras dengan negara-negara Barat yang meyakini adanya kesamaan hak bagi setiap individu. 

Di Singapura, konsep Asian value mengemuka di parlemen pada awal tahun 1977 ketika terjadi perdebatan soal tujuan dari pendidikan moral dan sipil. Menteri pendidikan pada saat itu, Chua Sian Chin, menyebut bahwa sekolah tetap akan mengajarkan ilmu dan teknologi Barat, tetapi dengan tegas melarang murid untuk mengadopsi nilai dan budaya Barat yang “asing dan jahat”.

Hal senada diungkapkan oleh perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad saat bertandang ke Tiongkok pada 1993. Mahathir menyebut HAM sebagai “alat yang digunakan pemerintahan Barat untuk menumbangkan negara-negara Asia”. 

Meski demikian, tak semua pemimpin di negara Asia meyakini sepenuhnya konsep Asian values. Presiden pertama Taiwan Lee Teng Hui misalnya, menyebut konsep Asian value yang diterapkan di Singapura oleh eks perdana menteri Lee Kuan Yew berakar dari sistem dinasti Tiongkok. Lee Teng Hui yang juga dikenal sebagai Bapak Demokrasi Taiwan lebih memercayai prinsip demokrasi dan kebebasan ketimbang sistem politik yang “melibatkan seluruh keluarga dalam urusan politik”. 





Topik:

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR