Jika kamu cenderung cemburu berlebihan dengan pasangan, kamu perlu berhati-hati, karena barangkali sifat posesifmu telah masuk gangguan mental tertentu.
Dalam hubungan, tanda posesif sering muncul melalui perilaku cemburu yang berlebihan. Seseorang yang memiliki sifat posesif mungkin akan merasa terganggu oleh interaksi pasangan mereka dengan orang lain, termasuk teman atau rekan kerja yang sekadar bersahabat.
Cemburu yang wajar dapat berkembang menjadi perasaan tidak aman yang mengarah pada tindakan mengontrol dan membatasi kebebasan pasangan.
Ciri khas dari cemburu berlebihan ini adalah saat seseorang merasa tidak nyaman ketika pasangannya menjalin hubungan sosial, bahkan hanya untuk sekadar bergaul.
Perilaku posesif juga sering kali terkait dengan ancaman dan manipulasi. Pasangan posesif mungkin akan mengeluarkan ancaman baik secara verbal maupun fisik agar keinginannya terpenuhi.
Misalnya, mereka mungkin mengancam akan mengakhiri hubungan atau bahkan merugikan diri sendiri jika pasangan tidak mengindahkan permintaan mereka.
Tindakan ini bukan hanya merusak hubungan, tetapi juga menciptakan suasana ketakutan dan tekanan yang dapat mempengaruhi kesehatan mental pasangan.
Selain itu, kontrol yang berlebihan merupakan tanda lain dari sifat posesif. Pasangan posesif akan berusaha untuk mengetahui setiap aspek kehidupan pasangan mereka, seperti lokasi, kegiatan, dan dengan siapa mereka berinteraksi.
Tindakan ini bisa berujung pada pengawasan terus-menerus yang membuat pasangan merasa tertekan dan kurang bebas.
Gangguan mental yang terkait dengan posesif
Jika kamu atau pasanganmu menunjukkan tanda-tanda posesif yang berlebihan, ada kemungkinan bahwa sifat tersebut mengarah pada sejumlah gangguan mental tertentu, seperti:
1. Obsessive love disorder
Salah satu gangguan mental yang mungkin terkait dengan perilaku posesif adalah obsessive love disorder (OLD).
Dalam kondisi ini, individu menunjukkan ketertarikan berlebihan terhadap satu orang secara ekstrem, yang diiringi dengan pikiran obsesif dan perilaku yang mengarah pada pengendalian.
Seseorang dengan OLD sering merasa perlu untuk "melindungi" orang yang mereka cintai secara berlebihan, yang dapat berujung pada tindakan posesif dan kecemburuan yang ekstrem.
2. Borderline personality disorder
Gangguan kepribadian borderline (BPD) juga sering kali berhubungan dengan perilaku posesif.
Individu dengan BPD cenderung mengalami perubahan emosi yang cepat, yang dapat mengarah pada ketidakstabilan dalam hubungan.
Kecenderungan untuk merasa tidak aman dan cemas tentang kehilangan orang yang mereka cintai dapat mendorong individu dengan BPD untuk mengembangkan sikap posesif terhadap pasangan mereka, menciptakan ketegangan dalam hubungan.
3. Attachment disorders
Gangguan kelekatan juga berkontribusi pada perilaku posesif dalam hubungan.
Seseorang dengan gangguan ini mungkin mengalami kesulitan membentuk ikatan yang sehat dengan orang lain, yang dapat membuat mereka merasa sangat terikat pada pasangan mereka.
Kelekatan yang tidak sehat ini sering kali berakar dari pengalaman traumatis di masa lalu, yang membuat individu khawatir akan kehilangan orang yang mereka cintai.
Dampak negatif posesif pada pasangan
Kendati tak seluruhnya buruk, namun posesif yang muncul dalam hubungan dapat berdampak buruk bagi hubungan itu sendiri karena dapat mengarah pada situasi berikut:
1. Stres dan kecemasan
Dampak paling nyata dari sifat posesif adalah munculnya stres dan kecemasan pada pasangan.
Ketika seseorang merasa terus-menerus diawasi dan dikontrol, mereka dapat mengalami gejala kesehatan mental seperti kegelisahan dan depresi.
Tekanan yang diberikan oleh pasangan posesif membuat individu merasa tidak berdaya, yang dapat berujung pada masalah kesehatan mental jangka panjang.
2. Kebebasan yang terbatas
Pasangan yang posesif dapat menyebabkan kebebasan pasangan mereka menjadi sangat terbatas.
Pasangan posesif cenderung mengatur semua aspek kehidupan pasangannya, sehingga menghilangkan ruang untuk berekspresi dan berkumpul dengan orang lain.
Hal ini sering kali menyebabkan perasaan terjebak dan ketidakpuasan dalam hubungan, di mana individu merasa tidak bisa menjadi diri sendiri.
3. Penurunan rasa percaya diri
Rasa percaya diri pasangan yang terjebak dalam hubungan posesif dapat menurun.
Ketika mereka sering merasa diawasi dan dievaluasi, individu dapat mulai meragukan diri mereka sendiri dan kemampuan mereka.
Penurunan rasa percaya diri ini dapat memiliki dampak negatif pada banyak aspek kehidupan, termasuk karier, hubungan sosial, dan kesehatan mental secara keseluruhan.
Cara mengatasi perilaku posesif
Jika kamu merasa memiliki sifat posesif yang berlebih atau pasangan yang menunjukkan tanda-tanda sifat tersebut, sejumlah cara berikut dapat dilakukan:
1. Konsultasi profesional
Salah satu langkah terpenting dalam mengatasi perilaku posesif adalah dengan mencari bantuan dari profesional.
Terapis atau psikolog dapat membantu individu yang mengalami hubungan posesif untuk memahami akar penyebab perilaku tersebut dan mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah.
Konsultasi profesional adalah langkah krusial untuk memulihkan keseimbangan dalam hubungan dan kesehatan mental.
2. Komunikasikan batasan dalam hubungan
Menghadapi sifat posesif juga memerlukan edukasi tentang batasan yang sehat.
Baik pasangan yang posesif maupun yang menjadi korban perlu memahami pentingnya batasan dalam hubungan.
Menyusun batasan yang jelas dan tegas dapat membantu menciptakan ruang bagi kedua individu untuk berkembang tanpa merasa tertekan.
3. Dukungan dari keluarga dan teman
Dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting bagi individu yang terjebak dalam hubungan posesif.
Keterlibatan orang-orang terdekat dapat memberikan kekuatan untuk berbicara tentang pengalaman mereka dan mendapatkan perspektif yang lebih objektif.
Dukungan emosional ini dapat membantu individu merasa lebih kuat dan mampu mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi mereka.