Asal-usul Nama Raminten yang Disematkan Pada Hamzah Sulaiman dan Jadi Nama Resto Legendaris

25 Apr 2025 23:42 WIB

thumbnail-article

Hamzah Sulaiman bersama patung Raminten yang ikonik di The House of Raminten. (Raminten.com) .

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Nuha Khairunnisa

Hamzah Sulaiman, sosok seniman dan pebisnis yang dikenal sebagai Raminten, meninggal dunia RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta, Rabu (23/4/2025) malam.

Kehilangan ini dirasakan tidak hanya oleh keluarga dan kerabat dekat, tetapi juga oleh masyarakat Yogyakarta yang menjadikan namanya sebagai bagian dari budaya dan kuliner di Kota Pelajar.

The House of Raminten, restoran yang didirikan Hamzah, memiliki peran penting dalam mengenalkan dan melestarikan tradisi kuliner Jawa melalui konsep yang unik dan menarik.

Lalu, dari mana asal nama Raminten, dan mengapa nama ini melekat dengan sosok mendiang Hamzah?

Sejarah awal mula nama Raminten

Nama 'Raminten' secara resmi diperkenalkan ketika Hamzah berperan dalam sebuah acara ketoprak di stasiun televisi lokal, Jogja TV. Dalam acara tersebut, ia memerankan sosok perempuan Jawa yang mengenakan busana tradisional. Peran ini menjadi identik dengan diri Hamzah, yang kemudian menggunakannya sebagai merek bisnis kulinernya.

The House of Raminten didirikan pada 26 Desember 2008 dan berlokasi di Kotabaru, Yogyakarta. Awalnya, restoran ini hanya menjual jamu tradisional. Namun, dengan berjalannya waktu, menu yang ditawarkan semakin beragam dan semakin menarik perhatian pengunjung.

Salah satu menu ikonik di restoran ini adalah sego kucing yang dijual dengan harga terjangkau, hanya Rp1.000, yang hingga kini tetap menjadi salah satu daya tarik utama.

Selain Raminten, Hamzah Sulaiman juga dikenal dengan gelar Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamijinindyo, yang diberikan oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Gelar ini mencerminkan pengabdiannya terhadap budaya lokal dan keraton, serta dedikasinya untuk melestarikan nilai-nilai budaya Jawa.

Makna nama Raminten

Nama 'Raminten' memiliki makna yang dalam dalam konteks budaya Jawa. Terdapat interpretasi bahwa 'Raminten' merupakan singkatan dari 'ra sepinten', yang dapat diartikan sebagai 'tidak seberapa'. Hal ini mencerminkan sifat rendah hati dan sederhana dari Hamzah Sulaiman, yang selalu ingin membantu dan berkontribusi positif bagi masyarakat sekitarnya.

Di dunia teater tradisional, Raminten adalah karakter yang sering muncul dalam pementasan ketoprak. Karakter ini menjadi simbol dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa, dan peran Hamzah dalam mendefinisikan sosok ini menunjukkan kedalaman budaya yang dimilikinya. Karakter Raminten melambangkan nilai-nilai kearifan lokal yang tetap relevan hingga saat ini.

Raminten bukan hanya sekadar nama, tetapi juga mewakili sifat-sifat positif dari Hamzah Sulaiman, seperti kesederhanaan, kedermawanan, dan semangat untuk menjaga tradisi. Ia menjadi contoh bagaimana budaya dan modernitas dapat berjalan berdampingan.

The House of Raminten sebagai destinasi kuliner

Konsep unik dan suasana tradisional

The House of Raminten menawarkan pengalaman kuliner yang unik dengan suasana yang sangat tradisional. Desain restoran yang menggunakan elemen kayu serta dekorasi ornamen Jawa menciptakan atmosfer yang otentik, seolah-olah membawa pengunjung ke dalam suasana rumah Jawa yang khas. Penyajian makanan dan pelayanan yang menggunakan busana tradisional semakin memperkuat tema ini.

Menu makanan yang menarik

Restoran ini dikenal karena menu makanan dan minumannya yang memiliki nama yang unik dan menarik, seperti "Gajah Ndeksem" dan "Ayam Koteka". Penekanan pada penyajian yang kreatif dan cita rasa yang memanjakan lidah membuat pengunjung tidak hanya datang untuk makan, tetapi juga untuk merasakan pengalaman. Harga yang terjangkau menjadi nilai tambah yang menarik bagi semua kalangan.

Daya tarik tambahan di restoran

Selain makanan, The House of Raminten juga menawarkan pertunjukan seni budaya. Setiap Jumat, pengunjung dapat menikmati tarian tradisional yang ditampilkan oleh penari dari Keraton Yogyakarta, dan bahkan dapat melihat ibu-ibu yang membatik sebagai bagian dari pengalaman kuliner. Hal ini menjadikan tempat ini lebih dari sekadar restoran, tetapi juga sebagai pusat budaya.

Raminten sebagai ikon budaya Yogyakarta

Penghargaan yang diterima Hamzah Sulaiman tidak hanya berupa gelar, tetapi juga pengakuan sebagai pelestari budaya. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memberikan gelar kepada Hamzah sebagai bentuk penghargaan atas jasanya dalam mempromosikan budaya Jawa dan melestarikan tradisi.

Raminten telah menjadi simbol bagi kuliner dan budaya Yogyakarta. Ia melambangkan kemampuan untuk menjaga tradisi sambil berinovasi dalam memasak dan pelayanan. Kesederhanaan yang diusung membuatnya disukai berbagai lapisan masyarakat.

Warisan terbesar Hamzah Sulaiman adalah The House of Raminten yang terus berkembang dan memperkenalkan budaya Jawa kepada generasi mendatang. Ia telah meninggalkan jejak yang mendalam di hati orang-orang Yogyakarta, sebagai pelestari nilai-nilai budaya dan sebagai inspirasi bagi banyak orang yang ingin terjun ke dunia kuliner.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER