Tren Penyusutan Kantor Cabang dan Mesin ATM di Perbankan Indonesia, Ada Apa?

10 Juni 2024 18:06 WIB

Narasi TV

Warga bertansaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Galeri ATM Stasiun KA Juanda, Jakarta, Minggu (6/3/2022). Sumber: ANTARA.

Penulis: Moh. Afaf El Kurniawan

Editor: Margareth Ratih. F

Tren penyusutan jumlah kantor cabang bank dan mesin ATM di Indonesia terus berlanjut hingga kuartal I tahun 2024. Fenomena ini diidentifikasi sebagai strategi efisiensi perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah kantor bank di Indonesia per Maret 2024 mencapai 24.243 unit, mengalami penurunan sebesar 733 unit dibandingkan dengan 24.975 unit pada Maret 2023.

Jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu Februari 2024 yang mencatat 24.286 unit, jumlah ini turun sebanyak 25 unit.

Sudah terjadi sejak 2021

Secara tahunan, tren penyusutan kantor cabang perbankan sudah terlihat sejak tahun 2021 yang mencapai 32.366 unit, kemudian berkurang menjadi 25.377 unit pada tahun 2022.

Penurunan jumlah mesin ATM juga terlihat dari data Surveillance Perbankan Indonesia. Pada kuartal III tahun 2023, jumlah ATM, CDM, dan CRM di Indonesia mencapai 92.829 unit.

Namun, data kuartal IV tahun 2023 menunjukkan penurunan jumlah terminal ATM, CDM, dan CRM menjadi 91.412 unit, atau menyusut 1.417 unit dari kuartal sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu kuartal IV tahun 2022, jumlah ini berkurang sebesar 2.604 unit dari 94.016 unit.

Apa penyebabnya?

Arianto Muditomo, seorang pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, menyatakan bahwa penurunan jumlah jaringan kantor bank dan ATM juga terjadi di negara lain. Fenomena ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang.

Salah satunya adalah pergeseran transaksi ke layanan digital seperti mobile banking dan aplikasi yang mudah digunakan dan diakses dari berbagai tempat oleh nasabah.

"Kenyataan bahwa transaksi telah bergeser ke layanan digital (mobile banking dan app) yang mudah digunakan dan mudahj diakses dari beragam tempat pilihan nasabah," kata Arianto dilansir dari CNBC Indonesia (10/6/2024).

Selain itu, biaya investasi dan perawatan mesin ATM yang tinggi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penyusutan ini. Dari sudut pandang nasabah, kebiasaan baru menggunakan mobile banking dan aplikasi untuk transaksi keuangan semakin meningkat.

Arianto menambahkan bahwa penurunan jumlah mesin ATM di Indonesia merupakan fenomena kompleks dengan berbagai faktor yang mendasarinya. Baik dari sudut pandang bank maupun nasabah, terdapat alasan logis dan strategis di balik tren ini.

Meskipun demikian, Arianto menekankan bahwa ATM tetap menjadi layanan penting bagi banyak nasabah, terutama di daerah yang belum memiliki akses internet yang memadai.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada pergeseran ke layanan digital, kebutuhan akan mesin fisik ATM masih tetap ada di beberapa wilayah.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR