14 Desember 2022 12:53
Ilustrasi buku dalam perpustakaan. (Sumber: Freepik)
Penulis: Khairul Ilham
Editor: Rizal Amril
Teks eksposisi adalah teks faktual yang menjelaskan sebuah informasi, pengetahuan, atau masalah yang dikemukakan oleh penulis. Teks ini juga disertai dengan argumen penulis, baik mendukung atau menentang pokok permasalahan.
Akan tetapi, meskipun mengandung argumen dari penulis, pendapat di dalam teks ini harus disertai dengan fakta-fakta yang mendukung argumen.
Teks eksposisi bertujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca agar setuju dan melakukan sesuatu sebagaimana disampaikan penulisnya.
Menukil situs resmi Kemendikbud, teks eksposisi memiliki struktur berupa:
Berikut ini merupakan contoh teks eksposisi, dilansir dari situs Rumah Belajar Kemendikbud.
Ekonomi Indonesia akan Melampaui Jerman dan Inggris
Tesis:
Indonesia menjadi buah bibir pada saat pelaksanaan Sidang Tahunan International Monetery Fund (IMF)/World Bank (WB) 2012 Tokyo, 9 - 14 Oktober 2012 lalu. Newsletter resmi yang dibagikan IMF kepada seluruh peserta sidang mengangkat satu topik khusus mengenai Indonesia. Media itu mengangkat hasil riset dari McKinsey dan Standard Chartered yang mengatakan bahwa ekonomi Indonesia akan melampaui Jerman dan Inggris pada tahun 2030.
Argumentasi:
Keyakinan itu tentu beralasan. Indonesia diperkirakan memiliki sekitar 90 juta orang yang berada di kelompok consuming class. Angka ini adalah angka terbesar di dunia setelah Cina dan India. Dengan kekuatan itu pula, pada tahun 2030 Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh dunia dengan nilai pendapatan nasional sebesar 1,8 triliun dolar AS dari sektor pertanian, konsumsi, dan energi.
Indonesia saat ini sedang berada pada laju transformasi yang pesat menuju ke arah tersebut. Saat ini, ekonomi Indonesia berada pada posisi 16 dunia dengan pendapatan domestik nasional sebesar 846 miliar dolar AS tahun 2011. Angka itu akan terus tumbuh hingga mencapai 1,8 triliun dolar AS mulai tahun 2017. Pada tahun 2030 hanya Amerika Serikat, Cina, India, Jepang, Brasil, dan Rusia, yang berada di atas ekonomi Indonesia.
Kekuatan terbesar ekonomi Indonesia tidak hanya berupa ekspor yang didukung oleh kekuatan tenaga kerja dan komoditas, tetapi juga kekuatan konsumsi domestik dan jasa-jasa, yang menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Melihat potensi yang sedemikian besar, dalam beberapa side meeting sidang IMF yang sempat saya ikuti, para investor asing mengharapkan makin banyak pilihan investasi di Indonesia.
Harapan para investor tersebut tentu merupakan peluang dan tantangan bagi Indonesia. Upaya melakukan pendalaman pasar keuangan (financial deepening) menjadi penting dalam memberikan ragam pilihan investasi bagi para investor. Di sisi lain, pembenahan di sektor riil dan infrastruktur perlu terus dilakukan secara serius guna mendukung arah untuk menjadikan ekonomi Indonesia yang terbesar di Asia Tenggara.
Saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada pada kisaran 5 persen hingga 6 persen, apabila dapat terus dipertahankan, akan menambah jumlah masyarakat kelas menengah hingga 90 juta orang dengan pendapatan per kapita lebih dari 3.600 dolar AS. Apabila kita mampu mendorong pertumbuhan hingga 7 persen, jumlah itu bertambah lagi dengan masyarakat menengah mencapai 170 juta orang.
Penutup:
Berbagai perkembangan dari sidang akbar IMF di Tokyo pekan lalu kembali mengingatkan kita tentang besarnya potensi Indonesia dan sempitnya momentum yang sedang kita lalui saat ini.
Apabila potensi itu tidak diwujudkan dalam aksi dan momentum yang baik dilewatkan begitu saja karena kita begitu asyik dengan urusan lain, prediksi para investor tersebut tidak akan menjadi kenyataan. Tentunya pilihan ada di tangan kita semua saat ini.
Integrasi ASEAN dalam Plurilingualisme
Tesis:
Bangsa-bangsa Asia Tenggara segera berintegrasi. Organisasi Association of Southeast Asian Nations (Asean) telah merancang bentuk komunitas sosial budaya. Komunitas Asean mulai berlaku pada tahun 2015. Warga komunitas, termasuk kita semua sebagai rakyat Indonesia akan dituntut plurilingual untuk memiliki kompetensi berbahasa negara lain.
Argumentasi:
Komunitas sosial budaya Asean dibentuk dengan semangat persatuan dalam keanekaragaman. Pada kenyataannya, semangat Komunitas Asean sama dengan masyarakat Uni Eropa (Europeans United in Diversity). Di Uni Eropa untuk memasuki pintu gerbang budaya setiap negara, semua orang tentu telah mengenal kebijakan Europass Language Passport yang dikeluarkan oleh the Council of Europe dengan dokumen teknis Common European Framework of Reference (CEFR) for Languages. Kebijakan bahasa itu mendorong warga masyarakat Uni Eropa menjadi plurilingual sehingga semua bahasa Eropa dapat duduk pada posisi yang sama, misalnya di parlemen Uni Eropa.
Lebih lanjut, keanekaragaman bahasa Eropa dikelola dalam satu model kompetensi berbahasa Eropa. Model CEFR itu ditetapkan berisi enam peringkat kompetensi, yaitu A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. Europass Language Passport sudah menetapkan C2 sebagai peringkat tertinggi dan A1 terendah.
Menurut pengalaman seorang warga Uni Eropa, sebagai contoh penerapan kebijakan ini, siapa pun yang berasal dari luar Jerman (bukan warga negara Jerman)--ketika hendak menikah dengan pasangannya di negara ini--wajib memiliki paspor bahasa Jerman dengan lulus uji bahasa Jerman sekurang- kurangnya peringkat kompetensi A1.
Jika skema paspor bahasa seperti yang berlaku di Uni Eropa itu diadopsi oleh bangsa-bangsa Asia Tenggara dalam kerangka Komunitas Asean, yakinlah kebijakan bahasa ini akan multiguna. Selain berguna untuk penghormatan atas adanya perbedaan bahasa kebangsaan negara anggota Asean, sebagaimana disebutkan dalam Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya Asean, kebijakan ini juga memberikan kegunaan praktis bagi rakyat Asean untuk saling berkomunikasi sesuai dengan latar bahasa dan budaya setiap warga Asean.
Penutup:
Sebagai organisasi yang berbasis kerakyatan (people-centered organization), Asean tentu tidak boleh bermain pukul rata agar semua rakyat Asean saling berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Apabila Komunitas Asean dibentuk tanpa kebijakan plurilingualisme, agaknya rakyat Indonesia pun akan sulit bernasib mujur. Jika penghuni kawasan Asean dituntut hanya berbahasa Inggris, saya percaya bahwa posisi bahasa Indonesia akan bergeser di negeri kita sendiri. Ketika itu, bangsa Indonesia bukanlah pemenang, melainkan pecundang!
Latest Comment
Belum ada komentar
Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya