Erupsi Gunung Lewotobi terjadi pada malam hari, 27 April 2025, dan menyebabkan hujan abu vulkanik di wilayah di Kabupaten Flores Timur, termasuk Kota Larantuka. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Avelina Manggota Hallan, mengkonfirmasi bahwa dampak erupsi ini terasa hingga sekitar 60 kilometer dari pusat letusan.
“Abu vulkanik menyebar sampai ke Kota Larantuka dan Kecamatan Solor Barat,” ujar Avelina saat dihubungi, Senin (28/4/2025). Meski hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan infrastruktur atau korban jiwa, pemerintah setempat terus mendorong masyarakat untuk tetap waspada. Pihak berwenang mengingatkan bahwa kolom abu yang mencapai ketinggian 4.000 meter di atas puncak gunung dapat menimbulkan potensi bahaya, seperti gangguan kesehatan pernapasan akibat menghirup abu vulkanik.
Sebelumnya, saat suara gemuruh dari letusan terdengar kuat, masyarakat diimbau untuk menjauhi zona berbahaya yang telah ditentukan oleh BPBD. Pengawasan dan peringatan segera menjadi prioritas bagi pemerintah daerah untuk menjaga keselamatan warga.
Informasi dan peringatan dinas terkait
BPBD Flores Timur memberikan arahan jelas kepada masyarakat terdampak untuk mengenakan masker atau alat pelindung pernapasan guna meminimalisir efek negatif dari abu vulkanik. Selain itu, mereka juga mengingatkan agar masyarakat tidak terpancing oleh informasi yang tidak jelas sumbernya, serta tetap tenang dalam menghadapi situasi ini.
Jika keadaan semakin memburuk, prosedur evakuasi akan segera diberlakukan. Pihak BPBD dan otoritas lokal akan melakukan pemantauan terus menerus untuk menentukan apakah kondisi erupsi memerlukan tindakan darurat lebih lanjut. Masyarakat diingatkan untuk selalu mengikuti perkembangan informasi dari sumber yang resmi dan terpercaya.
Pengamatan dan koordinasi respon bencana
Tim pengamat dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bersama dengan BPBD Flores Timur terus melakukan koordinasi dalam rangka penanggulangan bencana. Mereka akan memantau aktivitas Gunung Lewotobi secara intensif dan menganalisis data seismik untuk memberikan penilaian risiko yang lebih akurat.
Koordinasi dengan pemerintah lokal diperlukan untuk memastikan implementasi kebijakan mitigasi bencana, terutama di daerah rawan. Dalam situasi seperti ini, komunikasi yang efektif antara tim pengamat dan masyarakat menjadi kunci untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan warga.
Situasi yang terjadi di Gunung Lewotobi mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat akan bencana alam, di mana setiap individu perlu memiliki pengetahuan tentang tindakan yang harus diambil dalam menghadapi potensi bahaya yang ada. Dengan langkah-langkah yang tepat dan peringatan dini, risiko yang ditimbulkan hanya dapat diminimalisir.