Kejang adalah gangguan pola aktivitas listrik di otak yang menyebabkan seseorang menjadi gemetar dan bergerak secara tidak terkendali. Kondisi ini biasanya merupakan suatu gejala dari penyakit sistem saraf, seperti epilepsi, meningitis, ensefalitis, dan lain sebagainya. Meski begitu, ada berbagai penyebab lain yang harus diperhatikan agar bisa ditangani dengan tepat. Berikut beberapa penyebab tubuh kejang-kejang.
Penyebab utama kejang metabolik
Pengaruh kadar gula darah
Kadar gula darah yang tinggi atau tidak terkontrol merupakan salah satu penyebab utama kejang metabolik. Ketika seseorang mengalami hiperglikemia, risiko terjadinya kejang meningkat, terutama pada pasien dengan riwayat diabetes. Dr. Ranette Roza, seorang dokter spesialis neurologi, menegaskan bahwa pengelolaan kadar gula darah yang baik sangat penting untuk mencegah kejang yang dapat muncul akibat komplikasi penyakit metabolik ini.
Dalam konteks ini, tubuh melewati serangkaian proses metabolik yang mempengaruhi bagaimana otak mendapatkan energi. Jika kadar glukosa dalam darah sangat tinggi, sel-sel otak mungkin tidak dapat berfungsi dengan baik, yang dapat memicu terjadinya kejang. Oleh karena itu, penting bagi individu, terutama yang berisiko tinggi, untuk terus memantau dan mengendalikan kadar gula darah mereka.
Masalah ginjal dan kadar ureum
Masalah ginjal dapat menjadi faktor signifikan dalam menyebabkan kejang. Kegagalan ginjal sering menyebabkan akumulasi zat berbahaya dalam tubuh, termasuk ureum dan kreatinin. Kadar ureum yang sangat tinggi dapat memicu terjadinya kejang akibat perubahan kimia dalam otak. Hal ini diujarkan oleh Dr. Ranette yang menjelaskan tentang pentingnya kesehatan ginjal dalam menjaga keseimbangan metabolik tubuh.
Ketika ginjal tidak berfungsi dengan baik, zat-zat yang seharusnya dikeluarkan oleh tubuh menjadi menumpuk. Proses ini dapat menyebabkan gangguan neurologis yang mengakibatkan kejang. Pemantauan kesehatan ginjal adalah langkah krusial dalam mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius, termasuk kejang.
Diabetesi sebagai faktor risiko
Pasien dengan diabetes, terutama yang tidak terkontrol, memiliki risiko lebih tinggi mengalami kejang. Ketidakstabilan kadar gula darah, baik yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah, dapat memicu aktivitas listrik abnormal di otak, yang pada gilirannya menyebabkan kejang. Dr. Ranette menekankan pentingnya pengendalian diabetes untuk mengurangi risiko kejang.
Di samping pengendalian kadar gula, kesadaran tentang tanda dan gejala kejang juga diperlukan bagi diabetesi. Hal ini dapat membantu dalam penanganan dini serta mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
Faktor lain yang menyebabkan kejang
Epilepsi dan riwayat keluarga
Epilepsi adalah salah satu penyebab umum kejang yang dikenal secara luas. Hal ini sering kali diturunkan dalam keluarga, sehingga individu dengan riwayat keluarga epilepsi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kejang. Kejang yang berasal dari epilepsi dapat bersifat berulang dan tidak selalu berkaitan dengan gejala lain.
Pengelolaan epilepsi memerlukan pendekatan medis yang komprehensif, termasuk terapi obat anti-kejang dan edukasi bagi pasien dan keluarganya. Mengetahui riwayat keluarga dapat menjadi informasi penting bagi dokter dalam merencanakan langkah-langkah penanganan terbaik untuk pasien dengan risiko epilepsi.
Trauma atau infeksi di kepala
Kejang juga dapat dipicu oleh trauma fisik pada kepala atau infeksi seperti meningitis. Trauma dapat menyebabkan perubahan pada struktur otak yang memicu gangguan dalam aktivitas listrik normal. Saat otak mengalami tekanan akibat cedera, reaksi kejang sering kali muncul sebagai respons pertahanan tubuh.
Infeksi, di sisi lain, dapat mengganggu keseimbangan kimiawi dalam otak. Kedua faktor ini menyoroti pentingnya penanganan segera untuk cedera kepala dan infeksi untuk mencegah terjadinya komplikasi serius seperti kejang.
Penyakit jantung dan komplikasi
Komplikasi dari penyakit jantung, seperti aritmia, juga dapat menyebabkan kejang. Ketika jantung tidak bekerja secara efisien, aliran darah ke otak dapat berkurang, mengakibatkan gejala neurologis, termasuk kejang. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan jantung memiliki dampak langsung terhadap kesehatan neurologis.
Pasien dengan riwayat penyakit jantung perlu melakukan pemantauan kesehatan berkala untuk mengidentifikasi potensi risiko yang berkaitan dengan kejang.
Pentingnya pengelolaan kesehatan
Kontrol rutin kadar gula darah
Pengendalian kesehatan secara rutin adalah langkah penting untuk mencegah kejang, terutama pada mereka yang berisiko. Kontrol rutin kadar gula darah membantu memastikan bahwa tingkat glukosa tetap dalam batas yang aman. Pasien diabetes atau individu dengan masalah metabolik lainnya perlu bekerja sama dengan tenaga medis untuk melakukan pemantauan dan intervensi yang diperlukan.
Edukasi tentang cara mengelola kondisi kesehatan, termasuk diet, olahraga, dan penggunaan obat-obatan, sangat penting dalam upaya menjaga kadar gula darah yang seimbang.
Monitoring kesehatan ginjal
Monitoring kesehatan ginjal penting dilakukan untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat kerusakan ginjal. Pasien dengan faktor risiko, seperti hipertensi atau diabetes, sebaiknya melakukan tes fungsi ginjal secara berkala. Dengan demikian, masalah dapat terdeteksi lebih awal dan ditangani sebelum menyebabkan kejang atau komplikasi lainnya.
Pendidikan kesehatan untuk pasien
Edukasi kesehatan memainkan peran utama dalam manajemen kondisi metabolik yang berkaitan dengan risiko kejang. Pasien perlu diberikan informasi yang memadai tentang kondisi mereka, termasuk tanda-tanda kejang, langkah-langkah pencegahan, dan cara menangani krisis jika terjadi.
Di samping itu, keluarga dan orang-orang terdekat juga harus mendapatkan penyuluhan mengenai cara memberi pertolongan pertama pada saat kejang terjadi.
Pertolongan pertama pada kejang
Tindakan untuk melindungi pasien
Pertolongan pertama saat seseorang mengalami kejang sangat penting untuk mencegah cedera. Orang yang berada di sekitar pasien harus segera menjauhkan benda-benda tajam atau keras yang dapat membahayakannya. Melindungi kepala pasien dari benturan juga merupakan prioritas utama selama kejadian kejang.
Memiringkan pasien ke samping untuk mencegah tersedak adalah tindakan yang harus dilakukan setelah memastikan keselamatan lingkungannya.
Menghindari bahaya selama kejang
Selain menjaga keselamatan pasien, orang-orang di sekitar juga harus tetap tenang. Panik dapat mengakibatkan tindakan yang tidak tepat. Mengawasi durasi kejang adalah penting, karena kejang yang berlangsung lebih dari lima menit memerlukan perhatian medis segera. Menggunakan telepon atau meminta bantuan orang lain untuk menghubungi layanan darurat juga dapat dianggap sebagai langkah yang bijak.
Cara menanggulangi risiko tersedak
Menghindari risiko tersedak selama kejang merupakan bagian dari pertolongan pertama yang harus dipahami dengan baik. Pasien yang mengalami kejang sering kali tidak dapat mengontrol salivasi, sehingga memiringkan tubuhnya menjadi sangat penting. Memastikan posisi kepala sedikit lebih rendah dari tubuh dapat membantu mengurangi risiko tersedak oleh air liur atau muntahan.
Dengan pemahaman yang tepat mengenai pertolongan pertama dan penanganan kondisi medis yang mendasari, risiko kejang akibat gangguan metabolik dapat dikelola dengan lebih baik.