FOMO vs JOMO, Kamu yang Mana?

21 Februari 2024 10:02 WIB

Narasi TV

FOMO vs JOMO. Sumber: Freepik.

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Margareth Rath. F

Istilah fear of missing out atau FOMO mungkin sudah sering kamu jumpai dalam berbagai percakapan di internet. Namun, apakah kamu pernah mendengar tentang JOMO? 

Joy of missing out atau biasa disingkat JOMO bisa dibilang merupakan kebalikan dari FOMO. Sebagaimana mungkin sudah kamu ketahui, FOMO merupakan perasaan takut ketinggalan atau kecemasan karena melewatkan tren, momen, atau kegiatan yang dianggap penting.

Fenomena FOMO sebenarnya sudah ada sejak lama, tetapi pengaruhnya semakin diperkuat dengan kehadiran media sosial. Saat melihat update kegiatan teman-teman di media sosial tanpa melibatkan kita, biasanya akan timbul perasaan terasing atau tertinggal di belakang. 

Rasa ketertinggalan ini juga dapat timbul terhadap tren yang sedang banyak diperbincangkan, misalnya restoran yang sedang viral atau film yang sedang tayang di bioskop. Jika tidak mencoba hal-hal tersebut, rasanya seperti sedang melewatkan sesuatu yang sangat penting. 

Hal ini membuat seseorang merasa harus selalu update dengan situasi terkini dan tidak boleh melewatkan perkembangan sekecil apa pun. Jika terus-menerus dituruti, tuntutan sosial semacam ini tentunya dapat menyebabkan kelelahan secara fisik maupun mental. 

Tentang JOMO

Berkebalikan dengan FOMO, joy of missing out atau JOMO merupakan konsep yang menawarkan alternatif dari perasaan takut ketinggalan. Seperti namanya, JOMO adalah perasaan senang yang muncul karena sengaja menghindari kegiatan sosial maupun tren-tren terbaru di media sosial dan fokus pada diri sendiri. 

Kesenangan yang timbul dari praktik JOMO mungkin terdengar tidak biasa, tetapi sebenarnya perasaan gembira tidak harus datang dari hal-hal besar seperti pesta atau berkumpul bersama kawan untuk mendapatkan update terbaru. 

Sebagai lawan dari FOMO, esensi JOMO ada pada perasaan cukup dengan apa yang dimiliki saat ini. Kita tidak merasakan keharusan untuk terus mengikuti tren, sebab kebahagiaan itu datang dari diri sendiri, bukan dari validasi orang lain maupun presensi di media sosial. 

Menjauhkan diri dari update di media sosial terbukti dapat meningkatkan perasaan positif dalam diri seseorang. Pada 4 Oktober 2021, miliaran orang di dunia tidak dapat mengakses Facebook, Instagram dan WhatsApp selama enam jam akibat kesalahan teknis yang dialami oleh Meta. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh peneliti media sosial, kondisi tersebut membuat banyak orang merasakan stres. Namun, tidak sedikit pula yang merasa lega dan damai saat mereka tidak terhubung dengan media sosial. 

Dengan mempraktikkan JOMO, kita dapat lebih fokus pada diri sendiri dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki tanpa harus membanding-bandingkan dengan pencapaian orang lain, baik yang kita lihat secara langsung maupun di media sosial. 

Jadi, kamu termasuk tipe yang mana

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR