Hari Jamu Nasional diperingati setiap tanggal 27 Mei. Penetapan hari ini berawal dari meningkatnya kesadaran tentang pentingnya melestarikan jamu sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia.
Lantas, seperti apa sejarah Hari Jamu Nasional? Kali ini, Narasi telah merangkum sejarah dan tujuan peringatan Hari Jamu Nasional untuk Narasi People. Yuk, simak penjelasan berikut.
Sejarah Hari Jamu Nasional
Melansir dari laman lib.ub.ac.id, jamu berasal dari singkatan dari dua kata, yaitu "jampi" yang berarti doa atau obat, dan husada yang berarti kesehatan. Jadi, jamu dapat diartikan sebagai obat untuk meningkatkan kesehatan.
Jamu biasanya berupa minuman herbal tradisional dari Indonesia yang dibuat dari bahan-bahan alami seperti akar, daun, buah, biji-bijian, atau rempah-rempah yang dicampur dengan air dan pemanis seperti gula ataupun madu.
Mengutip laman Portal Kabupaten Suharjo, Hari Jamu Nasional pertama kali diresmikan di Istana Negara pada 27 Mei 2008 oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
Jamu telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTb) sejak 2018. Menurut catatan WBTb Kemdikbud, jamu merupakan produk sejarah bangsa Indonesia khususnya berasal dari tanah Jawa.
Nilai budaya jamu semakin diakui dunia setelah United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan budaya sehat jamu sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity atau warisan budaya tak benda Indonesia pada Desember 2023.
Jamu telah lama berperan sebagai salah satu alternatif pengobatan tradisional dalam masyarakat Indonesia. Selain untuk mengobati berbagai penyakit, jamu juga digunakan sebagai suplemen bagi kesehatan sehari-hari. Konsumsi jamu tidak hanya bersifat pencegahan, tetapi juga mendukung pemulihan kesehatan setelah sakit.
Merujuk pada laman kmtphp.ugm.ac.id, sejak abad ke-17 atau masa penjajahan dokter-dokter dari Belanda, Inggris, dan Jerman tertarik mempelajari jamu. Beberapa dari mereka menulis buku tentang jamu, seperti "Practical Observations on a Number of Javanese Medications" oleh dr. Carl Waitz pada 1829.
Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa banyak ramuan jamu yang memiliki khasiat positif, baik untuk menjaga daya tahan tubuh, meningkatkan stamina, maupun memelihara kesehatan organ tubuh.