Ucapan "minal aidin wal faizin" telah menjadi frasa yang sangat dikenal dan sering diucapkan oleh umat Muslim di seluruh dunia, terutama saat perayaan Idul Fitri.
Frasa ini menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Lebaran di Indonesia. Ternyata, frasa yang sering diucapkan oleh masyarakat Indonesia ini, asal usulnya berasal dari masyarakat Madinah pasca peristiwa besar, yaitu Perang Badar. Ucapan itu lekat dengan kemenangan umat Islam dalam perang tersebut.
Asal Usul Ucapan "Minal aidin wal faizin"
Perang Badar, yang terjadi pada bulan Ramadhan di tahun 624 Masehi, merupakan salah satu peristiwa sejarah terbesar dalam perkembangan Islam.
Pada saat itu, pasukan Muslim yang dipimpin oleh Rasulullah SAW hanya berjumlah sekitar 313 orang, sementara lawan mereka dari kaum Quraisy mencapai lebih dari 1.000 orang. Meskipun jumlah pasukan sedikit, umat Islam berhasil meraih kemenangan besar berkat pertolongan Allah SWT.
Kemenangan ini dianggap sebagai momen bersejarah bagi umat Islam dan dirayakan sebagai bentuk syukur kepada Allah. Saat Rasulullah dan pasukannya kembali ke Madinah, masyarakat menyambut mereka dengan kegembiraan dan mengucapkan "minal aidin wal faizin," sebagai ungkapan syukur dan harapan akan kebahagiaan.
Versi lengkap dari frasa itu adalah "Allahummaj ‘alna minal ‘aidin wal faizin", yang artinya "Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan memperoleh kemenangan."
Selain berasal dari peristiwa Perang Badar, beberapa sumber menyebutkan bahwa ungkapan "minal aidin wal faizin" juga memiliki akar dari syair yang berkembang di Al-Andalus yang kini meliputi wilayah Spanyol dan Portugal.
Syair tersebut menggambarkan kegembiraan dan harapan agar setiap individu termasuk dalam golongan orang-orang yang kembali ke fitrah dan meraih kemenangan.
Makna Ucapan dalam Konteks Berbeda
Arti dari ungkapan ini adalah "termasuk orang-orang yang kembali (ke fitrah) dan meraih kemenangan." Ucapan ini berfungsi sebagai doa dan harapan baik yang mencerminkan rasa syukur dan kegembiraan di hari yang penuh berkah ini.
Madinah, ungkapan "minal aidin wal faizin" diucapkan sebagai pernyataan kegembiraan setelah kemenangan dalam perang. Bagi mereka, ini adalah pernyataan kemenangan dalam konteks fisik.
Sementara itu, masyarakat Indonesia memahami ungkapan tersebut lebih sebagai kemenangan dalam menahan hawa nafsu selama bulan puasa Ramadhan.
Meskipun konteks ucapan ini berbeda antara masyarakat Madinah dan Indonesia, esensi dan makna yang terkandung di dalamnya tetaplah sama, yakni mengharapkan kedamaian dan kebahagiaan bagi sesama.
Seiring berjalannya waktu, ungkapan ini semakin tersebar dan diadopsi dalam berbagai tradisi perayaan Idul Fitri di berbagai negara dengan mayoritas Muslim, termasuk Indonesia.
Meskipun tidak diakui sebagai salam resmi dalam bahasa Arab, makna yang terkandung dalam ucapan ini tetap menjadi simbol harapan akan kebahagiaan dan keberkahan bagi umat Muslim.