Konteks Terkini:
Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas yang dikenal luas sebagai tokoh sentral dalam pergerakan perlawanan Palestina, tewas dalam sebuah serangan udara Israel di kediamannya di Teheran, Iran. Insiden ini terjadi pada Rabu pagi, setelah Haniyeh menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran yang baru.
Kematian Haniyeh segera memicu kecaman luas dari berbagai penjuru dunia, yang mengecam tindakan Israel sebagai tindakan agresi yang dapat meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah.
Hamas Konfirmasi Kematian Haniyeh:
- "Gerakan Perlawanan Islam Hamas mengucapkan belasungkawa atas wafatnya seorang anak dari Bangsa Palestina yang besar, Ismail Haniyeh," tulis Hamas di Telegram.
- "Pemimpin gerakan meninggal dunia akibat serangan Zionis laknat pada tempat tinggalnya di Teheran."
Dampak:
- Peperangan antara Israel dan Hamas berpotensi meningkat setelah kematian Haniyeh.
- Kematian Haniyeh mungkin memperkuat persatuan faksi-faksi perlawanan Palestina, terutama setelah Deklarasi Beijing.
Iran Janji Membalas:
- Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, berjanji akan membalas tindakan Israel, menyebutnya sebagai "pembunuhan pengecut."
- "Republik Islam Iran akan mempertahankan integritas teritorial, martabat, dan kehormatannya dengan membuat para teroris penjajah menyesali tindakan pengecut mereka," kata Pezeshkian, dikutip kantor berita Tasnim.
- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, menegaskan bahwa "darah Ismail Haniyeh tak akan tumpah dengan sia-sia." Kanaani menambahkan bahwa Haniyeh adalah seorang pejuang yang tak kenal lelah melawan penindasan Israel sepanjang hidupnya demi "membebaskan Al-Quds."
Respons Internasional:
- Indonesia, Jakarta, 31 Juli 2024:
Kementerian Luar Negeri RI menyatakan tindakan ini sebagai provokasi yang dapat meningkatkan eskalasi konflik. "Tindakan tersebut merupakan provokasi yang dapat meningkatkan eskalasi konflik di kawasan dan merusak proses negosiasi yang terus diupayakan," tulis Kemenlu RI di media sosial X.
- Rusia Tidak Terima:
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhail Bogdanov, "Ini adalah pembunuhan politik yang sama sekali tidak dapat diterima dan ini akan menyebabkan eskalasi ketegangan lebih lanjut," kata Bogdanov, kepada RIA Novosti.
- Turki:
Kemenlu Turki mengecam pembunuhan "keji" terhadap Haniyeh dan menyatakan bahwa tindakan ini menunjukkan kurangnya niat Israel untuk mencapai perdamaian. "Turki akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina," tegas pernyataan itu.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov:
Mengutuk keras pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dengan menyebut peristiwa itu merusak prospek untuk mengakhiri konflik di Gaza.
"Kami mengutuk keras serangan ini, yang mengakibatkan kematian Bapak Haniyeh. Tindakan seperti itu merusak upaya untuk membangun perdamaian di kawasan dan dapat secara signifikan mengganggu stabilitas situasi yang sudah tegang," kata Peskov di Moskow pada Rabu.
Analisis Yon Machmudi, Pakar Timur Tengah dari Universitas Indonesia:
Pembunuhan Haniyeh menghancurkan kepercayaan Hamas terhadap Israel dan mempersulit upaya gencatan senjata di Jalur Gaza. "Serangan ini merupakan preseden buruk dalam rencana perdamaian dan gencatan senjata," kata Yon.
Ia menyatakan bahwa pembunuhan Haniyeh menghancurkan kepercayaan Hamas terhadap Israel dan berpotensi mempersulit upaya mengakhiri perang di Jalur Gaza.
"Dengan adanya pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh, maka akan semakin menghilangkan kepercayaan Hamas terhadap pihak Israel dalam upaya gencatan senjata," ucap Yon.
Yon menambahkan bahwa peperangan antara kedua belah pihak pun berpotensi membesar setelah meninggalnya pemimpin politik Hamas itu.
"Setelah terbunuhnya Ismail Haniyeh, pihak Hamas pasti akan menutup kemungkinan penyerahan tawanan yang ada di wilayah Gaza," kata dia.
Yon berpendapat bahwa terbunuhnya Haniyeh tak akan menyurutkan perlawanan di kalangan faksi perlawanan Palestina karena Hamas maupun faksi-faksi lain tak bergantung pada kepemimpinan tunggal. Pemimpin baru dapat langsung muncul untuk menggantikan pemimpin sebelumnya yang terbunuh.
Wafatnya petinggi Hamas itu justru akan semakin menguatkan persatuan faksi-faksi perlawanan Palestina untuk melanjutkan perjuangannya demi kemerdekaan Palestina, khususnya setelah mereka menandatangani Deklarasi Beijing beberapa waktu lalu.
"Terlebih, pasca adanya komitmen untuk bersatu di Beijing, semangat mereka justru akan semakin kuat guna melancarkan perlawanan dan pembalasan terhadap Israel," tutur Yon.