8 Agustus 2022 22:08 WIB
Editor: Akbar Wijaya
Israel dan kelompok Jihad Islam Palestina sepakat melakukan gencatan senjata usai perang sejak Jumat (5/8/2022) yang menewaskan 44 orang warga Palestina.
Kesepakatan ini difasilitasi Mesir dan berlaku sejak Minggu malam (7/8) pukul 23.30 waktu setempat.
Kantor Perdana Menteri Israel mengonfirmasi gencatan senjata di waktu yang sama. Baik Israel maupun Palestina berterimakasih atas bantuan Mesir sebagai mediator.
“Kami menghargai upaya Mesir yang telah dilakukan untuk mengakhiri agresi Israel terhadap rakyat kami,” ungkap juru bicara Palestina Tareq Selmi dikutip Al Jazeera.
Kesepakatan damai dimulai pukul 23.30, namun serangan Israel dilaporkan masih nampak di perbatasan Gaza pukul 23.33. Pihak Israel mengatakan serangan tersebut merupakan serangan balasan.
Tentara Israel menyebut pihak Palestina telah meluncurkan serangan roket terlebih dahulu. Termasuk serangan yang masuk tepat sebelum waktu damai dimulai, yakni pukul 23.29.
“Negara Israel berterima kasih kepada Mesir atas upayanya. Jika gencatan senjata dilanggar, Negara Israel memiliki hak untuk merespons dengan keras,” tegas Yair Lapid, Perdana Menteri Israel yang dikutip Al Jazeera.
Gencatan senjata diambil setelah kedua belah pihak Israel-Palestina saling menyerang sejak Jumat lalu. Pasukan Israel menggempur Palestina sepanjang akhir pekan.
Serangan Israel pada hari Jumat itu kemudian dibalas dengan serangan roket jarak jauh dari Palestina. Roket-roket tersebut menyerang beberapa kota di Israel.
Para petinggi Gaza mengatakan 44 warga Palestina tewas pada serangan yang dilancarkan Israel. Separuh di antaranya adalah warga sipil, bahkan anak-anak dan perempuan.
Warga Palestina dilaporkan kebingungan dengan serangan yang terjadi. Pasalnya, sejak perang terakhir yang meletus di Gaza tahun lalu, kelompok Hamas tetap berada di luar jangkauan daerah Israel.
Serangan tiga hari tersebut merupakan perang kesekian yang terjadi di perbatasan Gaza. Setelah sebelumnya juga sempat terjadi serangan antara kedua belah pihak di tahun 2008-2009, 2012, 2014 dan di tahun 2021.
“Siapa yang mau perang? Tidak ada. Tapi kami juga tidak suka diam ketika perempuan, anak-anak dan pemimpin terbunuh. Mata untuk mata,” ungkap Abu Mohammad, seorang supir taksi Palestina dikutip Reuters.
KOMENTAR
Latest Comment