31 Maret 2024 19:03 WIB
Penulis: Rusti Dian
Editor: Indra Dwi Sugiyanto
Kasus demam berdarah dengue (DBD) meningkat dalam tiga bulan pertama 2024. Kasusnya mencapai 35.556 dengan 290 kematian. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding 2023 dalam periode yang sama yaitu 15.886 kasus dengan 118 kematian.
“Memang kalau kita bandingkan 2023 dengan 2024, terjadi peningkatan kasus dengue yang tadinya 15.000 kasus menjadi 35.000,”ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi pada Jumat (22/3/2024).
Lima provinsi dengan kasus DBD tertinggi se-Indonesia yaitu Jawa Barat (10.428 kasus), Jawa Timur (3.638 kasus), Sulawesi Tenggara (2.763 kasus), Kalimantan Tengah (2.309 kasus), Kalimantan Selatan (2.068 kasus), dan Lampung (1.761 kasus).
DBD disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini berkembang biak pada air yang tergenang dan tidak beralaskan tanah. Tak heran jika nyamuk ini banyak ditemui ketika musim penghujan maupun pancaroba. Perlu waktu selama 7-10 hari untuk telur aedes aegypti bertumbuh dewasa dan mengantar virus dengue ke tubuh manusia.
Mengutip jurnal Sari Pediatri (2009), Mulya Rahma Karyanti dan Sri Rezeki Hadinegoro menuliskan lonjakan kasus terus terjadi sejak 1968, waktu kasus DBD pertama kali ditemukan. DBD pertama kali menyerang kelompok usia 5-15 tahun. Selepas 1984, DBD mulai banyak menyerang kelompok usia di atas 15 tahun.
Peningkatan tajam kasus DBD terjadi pada 1998. Kala itu, DBD termasuk kejadian luar biasa (KLB) dengan jumlah penderita 72.133 orang. Kejadian ini menjadi yang terbesar sejak kasus DBD pertama kali ditemukan.
Berbagai cara dilakukan untuk menanggulangi DBD. Mulai dari menaburkan bubuk larvasida atau meneteskan larvasida cair, fogging atau pengasapan, menggunakan kelambu (tirai tempat tidur) dari kain kasa, serta menguras dan menyikat tempat penampungan air.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta agar masyarakat tidak panik. Ia memastikan kapasitas rumah sakit masih cukup menangani pasien DBD, khususnya di Jakarta.
“Buat teman-teman supaya nggak panik. RS di Jakarta masih cukup tempatnya. Karena pengalaman kita sama COVID-19 itu fasilitasnya banyak sekali, jadi jangan khawatir,”ujar Budi pada Kamis (28/3/2024) di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Meski menjadi penyakit menular, DBD masih berada di peringkat keempat dengan angka 120.000 kasus setiap tahunnya. Angka ini lebih rendah dibanding tuberculosis (TBC) kisaran satu juta kasus, HIV mencapai 500.000 kasus, dan malaria mencapai 400.000 kasus per tahun.
Budi meminta agar masyarakat menguras dan menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk penyebab DBD.
“Pastikan kalau misalnya anaknya demam itu ada rapid test-nya atau dibawa ke puskesmas atau rumah sakit,”tutupnya.
KOMENTAR
Latest Comment