17 Mei 2023 20:05 WIB
Penulis: Moh. Afaf El Kurniawan
Editor: Rizal Amril
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mengungkapkan terdapat lebih dari 9.200 kasus HIV/AIDS yang tercatat di Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan laporan Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA), sepanjang tahun 2022, tercatat 9.208 pasien yang terinfeksi virus HIV di Jawa Timur.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinkes Jatim Erwin Astha Triyono pada Selasa (16/05/2023).
Dengan temuan tersebut, kata Erwin, Dinkes Jatim kini telah mencatat kasus HIV/AIDS sebanyak 90.212 kasus secara kumulatif hingga 2022.
"Dari kumulatif kasus yang ditemukan tersebut, sebanyak 24.374 pasien yang saat ini mendapatkan terapi Antiretroviral (ARV),” ujar Erwin, dikutip dari suarasurabaya.net.
Erwin juga menyampaikan bahwa sekitar 70,9 persen atau sekitar 6.523 pasien HIV di Jawa Timur telah mendapatkan pengobatan yang tepat.
Total kasus HIV Jatim kumulatif hingga tahun 2022 mencapai 90.212 kasus. Dari jumlah tersebut, sekitar 24.374 pasien saat ini sedang menjalani terapi Antiretroviral (ARV) untuk mengendalikan HIV.
Akan tetapi, meskipun terapi ARV telah tersedia, terdapat kesenjangan antara jumlah kasus yang ditemukan dengan jumlah pasien yang mendapatkan terapi.
Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya pasien yang telah meninggal atau menghentikan pengobatan mereka.
Dalam upaya meningkatkan akses terapi ARV bagi Orang dengan HIV (ODHIV) di Jawa Timur, Dinas Kesehatan setempat telah menyediakan unit layanan tes HIV sebanyak 1.178 layanan, yang terdiri dari puskesmas, rumah sakit pemerintah, dan rumah sakit swasta.
Sejak tahun 2019 lalu, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan target Indonesia Bebas HIV 2030.
Target tersebut dinilai tercapai jika Indonesia mampu mewujudkan three zero HIV/AIDS.
Three zero merupakan istilah untuk merujuk kondisi tidak ada lagi infeksi baru, kematian karena AIDS, dan stigma serta diskriminasi penderita HIV/AIDS atau ODHA.
Untuk menyukseskan target tersebut, Erwin menyebut bahwa Dinkes Jatim kini menerapkan pemeriksaan rutin kepada ODHA yang telah melakukan pengobatan sebagai bentuk evaluasi.
"Setiap 12 bulan dilakukan evaluasi keberhasilan pengobatan pada ODHA dan melakukan pemenuhan logistik yang berkaitan dengan HIV," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Erwin mengimbau kepada masyarakat Jatim agar terus melakukan edukasi mengenai HIV/AIDS.
Selain itu, Erwin juga berharap masyarakat dapat memberi dukungan fisik, psikis, dan sosial kepada keluarga yang menderita HIV.
Dukungan masyarakat untuk tidak melakukan stigmatisasi kepada ODHA berperan besar untuk menyelesaikan penyebaran penyakit HIV/AIDS.
KOMENTAR
Latest Comment