Saat berbicara tentang program keluarga berencana atau KB, perempuan nyaris selalu menjadi pihak yang disinggung. Merekalah yang diberi beban untuk menjalani berbagai prosedur, mulai dari konsumsi pil kontrasepsi hingga pemasangan implan yang tak jarang menyakitkan.
Padahal, upaya-upaya KB bisa dilakukan oleh kedua belah pihak. Ada banyak pilihan alat kontrasepsi untuk pria yang dapat digunakan untuk menunda kehamilan. Kondom menjadi pilihan termudah, meski juga yang paling rentan gagal. Selain itu, sebenarnya masih ada berbagai pilihan lainnya yang tak hanya efektif, tetapi juga minim efek samping dan tidak mengurangi kepuasan saat berhubungan seksual.
Berikut sejumlah pilihan alat kontrasepsi untuk pria yang bisa menjadi pertimbangan.
Pertimbangan memilih alat kontrasepsi
Dalam memilih alat kontrasepsi, penting untuk mempertimbangkan kenyamanan, efektivitas, risiko kesehatan, serta kemungkinan efek samping dari masing-masing metode. Diskusi bersama pasangan juga sangat disarankan untuk menemukan keputusan yang tepat.
1. Kondom
Kondom adalah salah satu bentuk alat kontrasepsi yang paling dikenal dan banyak digunakan oleh pria. Kondom memberikan fleksibilitas dalam berhubungan intim, sembari dapat mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
Menggunakan kondom dengan benar sangat penting untuk memastikan efektivitasnya. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan:
-
Periksa tanggal kedaluwarsa dan kemasan untuk memastikan kondom tidak rusak.
-
Bukalah kemasan kondom dengan hati-hati, jangan menggunakan gigi.
-
Tempatkan kondom di atas kepala penis yang ereksi, sisakan sedikit ruang di ujung untuk menampung sperma.
-
Gulung kondom hingga ke pangkal penis dan pastikan tidak ada udara di dalam.
-
Setelah ejakulasi, tarik keluar dengan hati-hati sambil memegang pangkal kondom untuk menghindari kebocoran.
Selain mencegah kehamilan, penggunaan kondom juga memiliki manfaat kesehatan lainnya. Kondom dapat mencegah infeksi menular seksual, seperti HIV, herpes, dan klamidia. Secara keseluruhan, kondom adalah pilihan kontrasepsi yang paling mudah, aman dan praktis.
2. Vasektomi
Vasektomi merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif untuk pria. Prosedurnya yakni melalui pembedahan minor yang bertujuan untuk sterilitas permanen.
Prosedur vasektomi biasanya hanya memakan waktu sekitar 15-30 menit. Dalam prosesnya, dokter akan memotong dan menutup saluran yang membawa sperma dari testis ke penis. Setelah prosedur, butuh beberapa minggu untuk memastikan tidak ada sperma yang masih tersisa dalam air mani.
Keuntungan dari vasektomi adalah efektivitasnya yang sangat tinggi dalam mencegah kehamilan, serta tidak mengubah aspek seksual pria. Namun, kelemahannya adalah bersifat permanen, sehingga tidak dapat diubah setelah dilakukan.
Oleh sebab itu, vasektomi adalah pilihan yang baik bagi pasangan yang yakin tidak ingin memiliki anak di masa depan atau sudah mempunyai jumlah anak yang diinginkan. Diskusi dengan pasangan dan konsultasi dengan dokter dapat membantu memutuskan apakah vasektomi adalah pilihan yang tepat.
3. Ejakulasi di luar
Metode ejakulasi di luar vagina atau coitus interruptus juga sering digunakan. Metode ini tidak melibatkan alat kontrasepsi fisik, tetapi sangat bergantung pada kontrol pria saat berhubungan intim. Meski metode ini tidak memerlukan biaya dan mudah dilakukan, tingkat keberhasilannya cukup rendah dalam mencegah kehamilan.
4. Pil kontrasepsi hormonal
Pria dapat mengonsumsi pil kontrasepsi hormonal untuk menghentikan produksi sperma. Namun, terdapat sejumlah efek samping dari metode ini yang hingga sampai sekarang masih dalam tahap pengembangan, seperti perubahan dalam suasana hati dan fungsi seksual.
5. Suntik testosteron
Suntik testosteron dapat menjadi alternatif bagi pria yang ingin mengurangi jumlah sperma. Suntikan ini biasanya bertahan lama, tetapi mungkin diperlukan penyesuaian serta pemantauan terkait efek samping.
6. Gel testosteron
Gel testosteron adalah produk baru yang juga menunjukkan potensinya sebagai metode kontrasepsi. Jika diaplikasikan di area kulit tertentu, gel ini dapat menekan produksi sperma. Namun, efektivitasnya masih perlu diuji lebih lanjut.
Dengan banyaknya pilihan alat kontrasepsi untuk pria, beban reproduksi tak perlu dilimpahkan sepenuhnya kepada perempuan. Kedua belah pihak dapat bersama-sama mencari solusi terbaik yang minim efek samping dan tentunya saling menguntungkan.