Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi merupakan topik yang selalu menarik perhatian masyarakat. Mulai 1 Juli 2025, PT Pertamina (Persero) mengumumkan kenaikan harga untuk beberapa jenis BBM. Kenaikan ini terpantau pada jenis Pertamax dan Pertamax Turbo, dengan angka penyesuaian yang beragam.
Kenaikan harga Pertamax dan Pertamax Turbo
Harga Pertamax (RON 92) mengalami kenaikan dari Rp12.100 menjadi Rp12.500 per liter, yang berarti ada kenaikan sebesar Rp400 per liter. Untuk Pertamax Turbo (RON 98), harga naik dari Rp13.050 menjadi Rp13.500 per liter, dengan kenaikan total Rp450 per liter. Kenaikan ini diharapkan dapat membantu Pertamina menyesuaikan biaya operasional dan menjaga kelangsungan pasokan BBM ke masyarakat.
Penyesuaian harga di setiap wilayah
Hal menarik dari kebijakan harga BBM ini adalah adanya penyesuaian harga yang berbeda-beda berdasarkan wilayah. Di beberapa daerah di Sumatra, harga Pertamax dan Pertamax Turbo bisa bervariasi, tergantung pada biaya distribusi dan faktor lokal lainnya. Ini mencerminkan fakta bahwa Indonesia memiliki topografi dan ekonomi yang sangat beragam, yang mempengaruhi harga-harga produk termasuk BBM.
Harga Pertalite tetap stabil di Rp10.000
Satu hal yang dapat dicatat dengan baik adalah bahwa harga Pertalite (RON 90) tetap stabil di angka Rp10.000 per liter. Pertamina berkomitmen untuk menjaga harga Pertalite, sebagai salah satu BBM yang banyak digunakan masyarakat, agar tetap terjangkau. Stabilitas harga Pertalite diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat yang menggunakan kendaraan sehari-hari.
Rincian Harga BBM Pertamina per 1 Juli 2025
Berikut adalah rincian harga BBM Pertamina yang berlaku mulai 1 Juli 2025. Data ini menunjukkan perbandingan yang jelas antara berbagai jenis BBM yang ada.
Daftar harga per jenis BBM
- Pertalite (RON 90): Rp10.000 per liter
- Pertamax (RON 92): Rp12.500 per liter
- Pertamax Turbo (RON 98): Rp13.500 per liter
- Pertamax Green 95 (RON 95): Rp13.250 per liter
- Dexlite (CN 51): Rp13.320 per liter
- Pertamina Dex (CN 53): Rp13.650 per liter
Perbandingan harga di berbagai daerah
Dalam mengevaluasi harga BBM, penting untuk melihat perbandingan antar wilayah. Di DKI Jakarta dan daerah sekitarnya, harga-harga bisa jadi lebih mahal dibandingkan dengan daerah-daerah yang lebih terpencil karena biaya distribusi yang lebih tinggi. Misalnya, harga Pertamax di beberapa wilayah Sumatra bisa mencapai Rp13.100 per liter, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga di DKI Jakarta.
Penjelasan tentang penurunan harga Dexlite
Sementara beberapa jenis BBM mengalami kenaikan harga, Dexlite, yang merupakan tipe BBM solar nonsubsidi, mengalami penurunan harga. Dari sebelumnya Rp13.200 per liter menjadi Rp13.150 per liter, penurunan ini memberikan sedikit angin segar bagi pengguna kendaraan diesel, terutama untuk angkutan barang dan transportasi umum.
Dampak kenaikan harga BBM terhadap masyarakat
Kenaikan harga BBM memiliki dampak yang kompleks bagi masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan.
Potensi inflasi dan dampaknya pada ekonomi
Kenaikan harga BBM sering kali diikuti dengan inflasi, karena banyak sektor dan industri yang bergantung pada bahan bakar untuk beroperasi. Transportasi barang dan jasa menjadi lebih mahal, yang pada gilirannya akan mempengaruhi harga kebutuhan pokok. Hal ini bisa menyebabkan kenaikan biaya hidup, yang seharusnya menjadi perhatian bagi pemerintah agar dapat ditangani dengan bijaksana.
Pengaruh terhadap biaya transportasi dan barang
Kenaikan harga BBM langsung mempengaruhi biaya transportasi. Sektor transportasi yang menggunakan BBM nonsubsidi seperti Pertamax dan Pertamax Turbo tentunya akan menaikkan tarif agar tetap berkelanjutan. Biaya transportasi yang lebih tinggi dapat membuat harga barang dan kebutuhan sehari-hari ikut meningkat, sehingga masyarakat harus merogoh kocek lebih dalam.
Respons masyarakat terhadap perubahan harga
Secara umum, masyarakat seringkali merespons dengan ketidakpuasan terhadap kenaikan harga BBM. Banyak yang mengeluhkan bahwa pendapatan tidak sebanding dengan kenaikan biaya hidup, dan ini dapat memicu protes di masyarakat. Pemerintah dan Pertamina harus bijak dalam melakukan sosialisasi dan memberikan penjelasan tentang alasan kenaikan harga, agar tidak memperburuk suasana.