Ahmad Tholabi Kharlie, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengungkapkan bahwa Idul Fitri merupakan manifestasi kebaikan terhadap sesama. Dalam khotbahnya di Masjid Istiqlal, ia menekankan bahwa otentisitas individu sebagai hamba Allah dapat dilihat melalui tindakan yang ditujukan untuk kebaikan dan kemaslahatan bersama.
"Otentisitas seorang hamba di hadapan Allah dimanifestasikan melalui pikiran dan tindakan yang semata-mata diperuntukkan bagi kebaikan dan kemaslahatan bersama," tutur Guru Besar UIN tersebut ketika melakukan khotbah pada Shalat Idul Fitri 1446 Hijriah di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (31/3/2025).
Lebih lanjut, Tholabi menggarisbawahi bahwa tujuan ibadah puasa tidak hanya bersifat spiritual tetapi juga sosial. Dengan memperbaiki diri, individu dapat berkontribusi lebih besar bagi masyarakat. Oleh karena itu, kebijaksanaan dan tindakan kebajikan perlu menjadi norma dalam kehidupan sehari-hari.
Puasa, menurut Ahmad Tholabi, berfungsi sebagai proses penempaan karakter yang melahirkan individu-individu yang baik. Proses ini tidak hanya mempengaruhi individu tetapi juga kelompok masyarakat secara keseluruhan.
"Puasa akan melahirkan pribadi-pribadi yang menghargai proses penempaan. Puasa akan membentuk pribadi, kelompok masyarakat, bahkan negara menjadi lebih baik," tambahnya.
Ketika orang-orang melakukan ibadah seperti zakat, infak, dan sedekah, itu merupakan kontribusi nyata yang memberi dampak positif.
Besar kecilnya kontribusi tersebut membantu membangun solidaritas sosial di masyarakat. Zakat dan bentuk amal lainnya tidak hanya dianggap sebagai kewajiban religius tetapi juga sebagai instrumen untuk mewujudkan keadilan ekonomi di tengah masyarakat.
Dalam konteks sosial, Tholabi mengutip laporan The World Giving Index 2024 yang menempatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia. Tindakan sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat Indonesia semakin meningkat, terlihat dari peningkatan pengumpulan zakat setiap tahunnya. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa kesadaran sosial di kalangan umat Islam terus berkembang.
"Capaian kebaikan ini tentu saja harus kita kelola dengan baik dan efektif sebagai manifestasi dari komitmen kita dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan," ujar Tholabi.
Dengan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kemanusiaan, Tholabi menekankan perlunya pengelolaan pengumpulan zakat ini dengan baik. Melalui manajemen yang efektif, tindakan kebaikan ini dapat dimaksimalkan agar manfaatnya dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Ahmad Tholabi juga berbicara tentang pentingnya menjaga nilai-nilai yang telah ditanamkan selama bulan Ramadhan. Ia menegaskan bahwa tradisi kebersamaan dan persatuan yang ditumbuhkan selama Ramadhan harus terus dipertahankan pasca-Ramadhan. Tadarus, misalnya, seharusnya tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan membaca Al-Qur'an, tetapi juga sebagai upaya pengaktifan akal untuk memahami realitas kehidupan.
Tholabi juga menegaskan bahwa budaya literasi seharusnya menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan formal dan non-formal. Peningkatan kualitas pendidikan dan literasi di kalangan masyarakat akan berkontribusi pada kemajuan bangsa Indonesia, menjelang visi Indonesia Emas 2045.
"Budaya literasi selama Ramadhan haruslah diteruskan dan dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan formal maupun non-formal untuk mewujudkan kemajuan bangsa Indonesia dan menyongsong Indonesia emas tahun 2045," terangnya.
Menutup pembicaraannya, Tholabi mengingatkan bahwa Idul Fitri bukan sekadar momen kembali suci, tetapi juga momentum untuk menanamkan kebajikan di ruang publik. Semangat Ramadhan seharusnya menjadi panduan dalam membangun kehidupan yang bebas dari korupsi dan ketidakadilan.
Ia mengajak seluruh umat Islam untuk terus berupaya membangun bangsa yang lebih maju, sejahtera, dan penuh keberkahan.
Baca Juga:5 Peristiwa Sejarah Yang Terjadi Di Bulan Ramadhan Dalam Islam Salah Satunya Pembebasan Kota Mekkah