15 Mei 2023 17:05 WIB
Penulis: Rusti Dian
Editor: Rizal Amril
Hingga hari ini, Senin (15/05/2023), masih banyak warganet mengunggah foto dan video perjalanan 32 biksu yang berjalan kaki dari Thailand menuju ke Candi Borobudur.
Sejumlah biksu tersebut ditargetkan sampai di Candi Borobudur pada 2 Juni untuk mengikuti perayaan Hari Waisak pada 4 Juni 2023.
Setelah beristirahat di Pamanukan, Kabupaten Subang pada Minggu, (14/05), para biksu akan melanjutkan perjalanan ke Indramayu dan Cirebon hari Senin, (15/05).
Kegiatan ini disambut baik oleh warga Pamanukan. Bahkan, pihak Polres Pamanukan pun ikut memantau dan menjaga para biksu.
Para biksu yang berjalan kaki tersebut berasal dari Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Mereka memulai perjalanan pada 25 Maret 2023.
Berjalan dengan rute Thailand-Malaysia-Singapura-Indonesia, total jarak yang akan ditempuh para biksu tersebut diperkirakan sejauh 2.600 Km.
Memasuki Indonesia, para biksu tersebut direncanakan akan berjalan dengan rute Batam-Jakarta-Bekasi-Cikarang-Karawang-Cikampek-Pamanukan-Kandanghaur-Jatibarang-Cirebon-Losari-Tegal-Pemalang-Pekalongan-Banyuputih-Kendal-Semarang-Ambarawa-Magelang.
Tujuan para biksu melakukan perjalanan ribuan kilometer ini adalah untuk melakukan perjalanan religi.
Selain itu, para biksu juga ingin membangun persaudaraan dan perdamaian umat manusia di dunia.
Perjalanan biksu berjalan kaki ini disebut ritual International Thudong. Ritual keagamaan tersebut mengharuskan biksu berjalan kaki dari tempat satu ke yang lain.
Tahun ini, untuk pertama kalinya ritual Thudong diadakan di Indonesia. Tak heran jika ritual ini tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI).
“Ini Thudong pertama kali di Indonesia, dan ini termasuk Thudong terbesar dari empat negara,” ujar Liaison Officer (LO) International Thudong, Ki Onto, dikutip dari detikJabar.
Selama menjalani ritual, para biksu tidak membawa uang sama sekali. Mereka juga hanya makan dua kali dalam sehari sampai pukul 12 siang.
Setelah itu, mereka tidak akan makan sama sekali. Mereka hanya akan minum, tetapi tidak mengandung susu.
Biasanya, para umat Buddha di berbagai daerah yang dilewati para biksu ini akan menyediakan tempat tinggal dan makanan secara sukarela. Selain umat Buddha, para biksu juga disambut hangat oleh umat beragama lain.
Hal tersebut sesuai dengan ritual Thudong sendiri yang mengharuskan para biksu agar tidak tidur di penginapan, melainkan di rumah ibadah.
Tak hanya sekadar mampir, mereka juga akan berdialog dengan tokoh agama lain. Kegiatan tersebut selaras dengan tujuan Thudong untuk membangun perdamaian.
Ketua Thudong Internasional Welly Widadi menjelaskan tentang ritual Thudong yang sedang berjalan. Ia menjelaskan bahwa ritual ini seperti napak tilas.
Para biksu berjalan kaki dari Thailand ke Malaysia, kemudian ke Singapura. Selanjutnya, para biksu naik kapal feri menuju Batam, dilanjutkan naik pesawat ke Jakarta. Para biksu mulai berjalan kaki dari Jakarta menuju ke Candi Borobudur.
Menurut Welly, mereka yang ikut kegiatan adalah para biksu berpengalaman. Tantangan mereka menjalani ritual Thudong kali ini adalah cuaca tidak menentu.
Di beberapa daerah yang dilewati pun panasnya mencapai 41 derajat Celcius. Namun, para biksu ini tetap bertekad mampu mengatasi tantangan tersebut.
Untuk mendukung kesuksesan ritual para biksu, mobil ambulans atau mobil panitia tetap disiagakan mengikuti perjalanan para biksu.
KOMENTAR
Latest Comment