Penulis: Advertorial
Editor: Advertorial
Oktober lalu, Podcast Musyawarah Narasi, berkesempatan ngobrol-ngobrol dengan experience berbeda. Ya, tidak di studio seperti biasanya, tapi langsung on the spot di negeri jiran: Singapura.
Singapura, pulau kecil yang dipenuhi dengan inovasi dan keajaiban, sekali lagi membuktikan bahwa ukuran tidak menentukan kemampuan untuk menginspirasi dan memukau.
Perjalanan tim Musyawarah dimulai dengan antusiasme yang tinggi. Saat roda pesawat menyentuh landasan Bandara Changi, semua orang yang datang, bukan hanya memasuki salah satu bandara terbaik di dunia, tetapi juga gerbang pertama menuju rangkaian pengalaman unik dan menakjubkan.
Begitu tiba di Changi, tim Musyawarah —Najwa Shihab, Andovi da Lopez, dan Jovial da Lopez— disambut pemandangan umum di bandara: ramainya orang yang membawa koper. Tapi Bandara Changi bukanlah bandara biasa. Di sinilah eksplorasi mereka dimulai.
Inisiatif terbaru dari Singapore Tourism Board, melalui kampanye “Passion Made Possible”, tidak hanya sekadar ajakan bagi wisatawan untuk menjelajahi keindahan fisik negara ini, tetapi juga undangan untuk merasakan semangat dan kreativitas yang memenuhi udara kota yang ramai ini.
Inovasi di Setiap Langkah
Ketika berbicara tentang kemajuan teknologi, Singapura tidak pernah berhenti inovatif. Tim Musyawarah sempat bertemu Joy, robot bandara yang berada di Jewel, bangunan inovatif futuristik di Changi.
Andovi dan Jovial dengan iseng menggelitik Joy, bahkan memintanya untuk bernyanyi bersama. Najwa Shihab, yang melihat keseruan kedua kakak adik itu, lantas berkomentar
“Saya baca bahwa Singapura adalah negara kedua yang menggunakan robot, dan penggunaan robot mereka adalah yang paling luas. Negara pertama adalah Korea Selatan, lalu Singapura. Mereka telah melakukan penelitian mendalam tentang ini, bekerja sama dengan universitas-universitas, dan menyediakan dana yang signifikan untuk pengembangan robot.” ucap Najwa.
Di Jewel bandara Changi, Joy biasanya tak sendiri. Ada dua robot, Joy dan Jamie. Joy dan Jamie sangat ramah dan senang bertemu orang baru. Dengan telinga kelinci dan eksterior merah muda atau biru, sulit untuk tidak melihat Joy dan Jamie. Tapi jangan tertipu oleh penampilan mungil mereka, Joy dan Jemie adalah mesin rap!
Singapura: Tempat Biasa Menjadi Luar Biasa
Di jantung Jewel bandara Changi, juga berdiri sebuah mahakarya yang mengesankan, Rain Vortex, air terjun indoor tertinggi di dunia yang telah menjadi ikon baru Singapura. Air terjun ini, dengan ketinggian tujuh lantai dan dikelilingi oleh taman yang luscious, merupakan perpaduan sempurna antara keindahan alam dan keajaiban rekayasa.
“Jujur, ini adalah pengalaman luar biasa. Saya tidak pernah merasa dalam hidup saya bahwa pergi ke bandara, yang biasanya hanya perjalanan biasa, bisa berubah menjadi sesuatu yang berbeda, sesuatu yang luar biasa. Dulu hanya biasa, tapi sekarang tidak lagi biasa. Ini luar biasa”, ujar Andovi.
Pengalaman di Singapura, seperti yang disampaikan melalui kampanye “Passion Made Possible”, tentu saja tidak terbatas pada apa yang terlihat mata. Ini adalah tentang merasakan detak dan jantung kota yang dinamis, tentang menemukan inspirasi dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana.
Fusi Budaya
Singapura telah memetakan sebuah perjalanan yang tak hanya melintasi jembatan dan jalan-jalan kota, tetapi juga melintasi imajinasi dan kemungkinan.
Di hari kedua, tim Musyawarah mencoba untuk menjelajahinya. Salah satunya di Kampong Gelam.
Di jantung kawasan bersejarah Kampong Gelam, terdapat Jalan Baghdad yang berdenyut dengan irama budaya dan sejarah. Jalanan ini menjadi kanvas hidup bagi para seniman jalanan, yang muralnya menceritakan kisah-kisah masa lalu yang kaya dan masa kini yang dinamis.
Mural-mural itu merupakan buah karya seniman lokal, salah satunya Yip Yew Chong, yang karyanya tak hanya menghiasi dinding, tapi juga merayakan keanekaragaman etnik dan tradisi yang menjadi inti dari Singapura.
Tidak jauh dari jalur seni ini, aroma dan cita rasa otentik Singapura menarik pengunjung ke dunia kuliner yang tidak terlupakan. Di sudut-sudut Jalan Baghdad, beragam hidangan khas menawarkan pengalaman rasa yang unik, dari kari kepala ikan hingga es serut yang segar.
Keragaman kuliner Singapura adalah sebuah odisei rasa yang tak terhingga, sebuah tapestri cita rasa yang menggabungkan pengaruh dari berbagai budaya etnik yang menjadi fondasi bangsa ini. Dari makanan kaki lima yang lezat hingga hidangan haute cuisine yang menggugah selera, setiap sudut Singapura menawarkan kisah unik melalui makanannya.
“Singapura terkenal dengan pusat-pusat hawker-nya,,” kata Jovial, memberitahu Andovi dan Najwa.
Hawker centre mengacu pada pasar makanan yang ramai, di mana setiap gerai mewakili sebagian dari mozaik etnis kota. Hawker center ini bukan hanya tempat untuk menyantap makanan, melainkan juga arena pertemuan sosial, tempat warga lokal dan pengunjung dari berbagai penjuru dunia berkumpul untuk berbagi pengalaman kuliner yang kaya dan autentik. Pusat-pusat hawker tersebut, kini telah terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO, yang dengan kata lain representasi nyata dari harmoni multikultural.
Saat masih melihat-lihat cerita sejarah di museum, Andovi lantas celetuk dan tergoda oleh beragam pilihan kuliner, “Aku jadi lapar Mbak Nana”. “Saya ingin makan kari. Entah mengapa, di Singapura, saya selalu ingin makan kari.”
Sampailah tim Musyawarah ke restoran Muthu's Curry. Berdiri sejak tahun 1969, restoran ini telah tumbuh dari sebuah kedai kecil, terkenal dengan hidangan kepala ikan kari yang lezat, merupakan sebuah ikon kuliner di Singapura.
Keunikan Muthu's Curry tidak hanya terletak pada menu autentiknya, tetapi juga pada filosofi dan warisan yang telah dijaga sepanjang generasi. Restoran ini didirikan oleh Ayyakkannu S, yang bermimpi membawa cita rasa asli India Selatan ke Singapura.
Resep kepala ikan kari, yang menjadi signature dish mereka, adalah perpaduan sempurna antara bumbu tradisional India dengan influensi lokal, menciptakan cita rasa yang kaya dan unik. Menu tersebut telah menjadi sangat populer sehingga sering dianggap sebagai bagian penting dari warisan kuliner Singapura.
“Menu khas kami kari ikan”, kata Narayan, manager restoran yang menyambut mereka. “Yang kebanyakan orang akan makan saat datang ke sini adalah kari kepala ikan kami”, lanjutnya.
Kepala ikan kari di Muthu's Curry bukan hanya sekedar makanan, melainkan cerminan dari cerita imigrasi dan adaptasi.
“Asal mula hidangan ini adalah... Ketika pemilik restoran ini, sang koki, bermigrasi ke Singapura, mereka mencoba memperkenalkan makanan ini. Tapi juga harus mengenalkan sesuatu yang biasa dimakan oleh penduduk sekitar.” ujar Najwa.
Penduduk lokal, yang kebanyakan adalah nelayan, sering makan kepala ikan. Dari sinilah lahirnya kepala ikan kari yang kini menjadi hidangan khas Muthu's Curry.
“Untuk Musy-musy kami di rumah, maaf ya, tangan kami kotor. Kami sedang menikmati makanan.”, celetuk Andovi.
Mengunjungi Muthu's Curry menjadi bagian penting dari setiap perjalanan kuliner di Singapura. Andovi menambahkan, “Kami menutup perjalanan kami dengan Muthu's Curry berbintang Michelin. Saya pikir Muthu's adalah yang terbaik. Sungguh yang terbaik.”
Di sini, setiap rasa memperkaya narasi Singapura, dan setiap hidangan mengungkap cerita tersendiri tentang persimpangan budaya dan sejarah yang terjalin dalam setiap suapan.
Passion Made Possible
Tonton utuh tayangan lengkap pengalaman ketiga orang tersebut di Singapura dalam Musyawarah di Singapore Bahas Teknologi, Seni, dan Budaya Lokal di Youtube Narasi.
Kunjungi Singapura dan saksikan sendiri bagaimana sebuah negara kecil bisa memiliki pengaruh yang begitu besar. Dengan “Passion Made Possible”, setiap pengunjung bukan hanya turis, tetapi juga penjelajah dalam narasi yang terus berkembang, sebuah cerita tentang passion yang menjadi kenyataan, akan buat liburan kalian menjadi luar biasa di Singapura.
#VisitSingapore #PassionMadePossible #MadeinSingapore
KOMENTAR
Latest Comment