Mengapa Perlu Memaafkan Orang yang Menyakiti Kita dalam Islam?

22 Jul 2023 18:07 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi seorang muslim berusaha memaafkan seseorang yang menyakiti sebagaimana hadis Nabi Muhammad saw. (Sumber: Pexels/Mikhail Nilov)

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Memaafkan orang yang menyakiti kita adalah sebuah anjuran dan salah satu akhlak mulia dalam Islam, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam tindakannya.

Dalam sebuah hadis berikut, Aisyah ra. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah ketika disakiti oleh orang lain, maka Aisyah menjawab:

"Beliau tidak pernah berbuat jahat, tidak berbuat keji, tidak meludah di tempat keramaian, dan tidak membalas kejelekan dengan kejelekan. Melainkan beliau selalu memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain," (H. R. Ibnu Hibban).

Lantai bagaimana Islam menyerukan umat-Nya untuk bisa menjadi hamba pemaaf? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Memaafkan orang yang menyakiti kita dalam Islam

Prof. Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Membumikan Al-Quran (1995) memberikan penjelasan mengenai sikap dan perilaku manusia dalam menyikapi seseorang yang melakukan salah kepadanya.

Dalam keterangannya, Quraish Shihab merujuk firman Allah Swt. mengenai tiga sikap sebagai panduan menghadapi orang yang menyakiti kita, yakni menahan amarah, memaafkan, dan berbuat baik kepadanya.

Firman Allah Swt. tersebut terdapat dalam surah Ali Imran ayat 134 sebagai berikut:

 الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Ali Imran: 134).

Dalam penjelasan lainnya, Al-Qur’an juga menganjurkan umat muslim untuk memaafkan orang yang berbuat jahat kepadanya, seperti yang diterangkan dalam Surat An-Nur ayat 22:

 وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nur: 22).

Dari kedua rujukan surat diatas dapat disimpulkan bahwa setiap muslim dianjurkan untuk memiliki sikap pemaaf, bahkan kepada orang yang menyakitinya.

Memaafkan orang yang menyakiti tanpa menyimpan bekas luka atau dendam hati adalah tingkatan paling tinggi dalam memaafkan menurut Islam.

Allah Swt, dalam firman-Nya, menjelaskan bahwa suatu kejahatan boleh diganjar dengan kejahatan yang setimpal sebagai hukuman.

Akan tetapi, memaafkan adalah hal yang paling benar dilakukan. Meskipun memaafkan bukan perkara mudah, namun Allah Swt. akan memberikan pahala yang setimpal dengannya.

Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Asy-Syura ayat 40 sebagai berikut:

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: “Balasan suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim." (Q.S. Asy-Syura:40).

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER