Advertisement

Memahami Dampak Overconsumption terhadap Lingkungan Hidup

23 May 2025 10:42 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi overconsumption. Sumber: Freepik/8photo.

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Nuha Khairunnisa

Istilah overconsumption merujuk pada keadaan ketika konsumsi barang dan jasa melebihi batas keberlanjutan, yang mengakibatkan menipisnya sumber daya serta meningkatnya kerusakan lingkungan.

Konsep ini mencerminkan perilaku konsumen yang tidak membeli barang berdasarkan kebutuhan, tetapi lebih berorientasi pada keinginan, tren, dan status sosial semata.

Keberlanjutan mengacu pada kemampuan Bumi untuk memenuhi kebutuhan tanpa merusak kemampuannya di masa depan. Saat ini, penggunaan sumber daya Bumi tercatat mencapai 1,6 kali lipat dari kapasitas regenerasi planet setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi global telah melebihi batas yang dapat dipertahankan, sehingga berpotensi menyebabkan kerusakan jangka panjang terhadap lingkungan.

Siklus overconsumption menjebak banyak masyarakat modern di negara-negara yang sudah berkembang. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat, pola konsumsi yang tinggi berkontribusi terhadap pemborosan sumber daya, pencemaran, dan perubahan iklim, yang semakin memperburuk kondisi global.

Koneksi antara overconsumption dan perubahan iklim

Kaitan antara overconsumption dan perubahan iklim dapat dilihat langsung melalui emisi karbon yang dihasilkan. Sebagian besar energi yang digunakan dalam produksi barang berasal dari bahan bakar fosil. Diperkirakan bahwa sekitar 70 persen emisi gas rumah kaca global disebabkan oleh overconsumption. Artinya, setiap barang yang diproduksi memiliki jejak karbon yang signifikan.

Overconsumption juga menyebabkan peningkatan limbah, mayoritas di antaranya adalah limbah yang tidak dapat terurai atau berbahaya. Tempat pembuangan sampah menghasilkan metana, sebuah gas rumah kaca yang jauh lebih berbahaya dibandingkan karbon dioksida, yang berkontribusi terhadap pemanasan global.

Kondisi ini diperburuk oleh praktik deforestasi, yang terjadi sebagai akibat dari meningkatnya permintaan terhadap produk pertanian dan kehutanan. Penebangan pohon untuk membuka lahan pertanian tidak meningkatkan hanya pelepasan karbon dioksida, tetapi juga mengurangi jumlah pohon yang dapat menyerap CO2 dari atmosfer.

Dampak lingkungan dari overconsumption

Kerugian keanekaragaman hayati

Overconsumption berkontribusi secara signifikan terhadap hilangnya keanekaragaman hayati. Laporan terbaru menunjukkan laju kepunahan spesies saat ini adalah sekitar seribu kali lebih cepat daripada rata-rata historis, utamanya disebabkan oleh kerusakan habitat dan eksploitasi sumber daya yang berlebihan.

Krisis ketersediaan air

Produksi barang juga mengkonsumsi banyak air. Dengan perkiraan bahwa dunia dapat mengalami kekurangan air bersih hingga 40 persen pada tahun 2030, overconsumption memperburuk ketersediaan sumber daya yang sangat penting ini.

Perubahan cuaca ekstrem

Akibat dari overconsumption, perubahan iklim mengakibatkan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, dan suhu ekstrem, yang menambah tekanan pada ekosistem dan masyarakat.

Pola konsumsi dalam masyarakat

Dampak dari overconsumption cenderung tidak merata. Negara-negara kaya dan individu berpenghasilan tinggi seringkali menjadi penyebab utama tingginya emisi karbon, sementara komunitas marjinal menjadi kelompok yang harus menghadapi dampaknya, seperti kesulitan akses terhadap sumber daya dasar. Ini menciptakan kesenjangan ekonomi yang semakin lebar.

Overconsumption juga berkontribusi terhadap masalah kesehatan, seperti penyakit kronis akibat pola makan tidak sehat, yang sering kali disebabkan oleh konsumsi berlebihan makanan olahan. Akibatnya, biaya kesehatan meningkat dan kualitas hidup masyarakat menurun.

Iklan dan pemasaran memiliki pengaruh besar dalam membentuk pola konsumsi. Perusahaan sering kali mendesain produk untuk dijadikan barang sekali pakai atau mengedepankan aspek estetika dan status dibandingkan aspek keberlanjutan, yang mendorong konsumen untuk melakukan pembelian secara impulsif.

Solusi untuk mengurangi overconsumption

Menerapkan konsumerisme berkelanjutan

Sebagai bentuk perlawanan terhadap overconsumption, terdapat peningkatan tren konsumerisme berkelanjutan di kalangan konsumen. Konsumerisme berkelanjutan mendorong konsumen untuk mencari produk yang ramah lingkungan dan berkomitmen pada penggunaan yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Contohnya yakni pembelian barang-barang produksi lokal atau yang menggunakan bahan daur ulang.

Konsep ekonomi sirkular

Penerapan model ekonomi sirkular oleh perusahaan dan pebisnis juga penting dalam upaya mengurangi overconsumption. Caranya adalah dengan berfokus pada pengurangan limbah melalui praktik daur ulang, penggunaan kembali, dan peningkatan efisiensi dalam produksi. Dengan mempromosikan keberlanjutan dalam rantai pasokan, perusahaan dapat mengurangi konsumsi secara keseluruhan.

Pentingnya kebijakan publik

Kebijakan publik juga berkontribusi dalam mengatasi overconsumption. Regulasi yang mendorong keberlanjutan, seperti pajak untuk produk yang tidak ramah lingkungan dan insentif untuk produk yang dapat didaur ulang, dapat merangsang perubahan perilaku konsumen menuju praktik konsumsi yang lebih bertanggung jawab.

Memahami dan mengatasi dampak overconsumption adalah hal yang penting untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan seimbang, tidak hanya bagi planet ini, tetapi juga untuk generasi mendatang.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER

Advertisement
Advertisement