Memahami Daya Tarik Pseudosains: Mengapa Banyak Orang Terobsesi Dengan Zodiak, Tarot, dan MBTI?

29 Apr 2025 12:19 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi zodiak, salah satu bentuk pseudosains paling populer. (Freepik/rawpixel.com) .

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Nuha Khairunnisa

Pseudosains mengacu pada praktik atau klaim yang tampak seperti sains, tetapi sebenarnya tidak mengikuti metode ilmiah yang ketat.

Karakteristik utama dari pseudosains adalah kurangnya dasar empiris yang dapat diuji dan diverifikasi. Sering kali, penggunaan bahasan dalam pseudosains menyaru sebagai istilah saintifik, padahal tidak berlandaskan pada fakta yang dapat diuji.

Lalu, mengapa banyak orang meyakini pseudosains seperti zodiak, tarot, MBTI, dan lain sebagainya, meskipun landasannya sering kali tak dapat dipastikan?

Perbedaan antara sains dan pseudosains

Perbedaan penting antara sains dan pseudosains terletak pada metodologi. Sains menggunakan metode ilmiah yang melibatkan pengamatan, pengujian hipotesis, dan pemantauan hasil yang dapat diulang. Di sisi lain, pseudosains sering kali memulai dari kesimpulan yang sudah ada, lalu mencari bukti yang mendukung tanpa mempertimbangkan bukti yang berlawanan.

Ciri-ciri yang menonjol dari pseudosains antara lain adalah penggunaan istilah teknis yang kompleks untuk nampak meyakinkan, namun sering kali tidak menyertakan bukti empiris yang solid. Kritik dan uji coba terhadap klaim-klaim ini biasanya diabaikan, dan ada kecenderungan untuk mengabaikan fakta yang bertentangan.

Contoh praktik pseudosains termasuk astrologi, homeopati, dan beberapa jenis terapi alternatif yang menjanjikan hasil tanpa dasar ilmiah yang kuat. Praktik-praktik ini sering kali menipu banyak orang karena tampilannya yang meyakinkan dan jargonnya yang rumit.

Mengapa banyak orang percaya pseudosains?

Salah satu alasan utama mengapa orang mempercayai pseudosains adalah kebutuhan emosional dan psikologis yang memenuhi harapan serta keinginan individu. Hal ini diperkuat oleh pengaruh penggunaan bahasa yang mengesankan serta bias kognitif yang turut memengaruhi cara individu memahami dunia.

Kebutuhan emosional dan psikologis

Banyak individu mencari klarifikasi dalam situasi yang membingungkan atau menegangkan. Pseudosains sering memberikan jawaban yang sederhana untuk masalah kompleks, yang dapat menawarkan rasa aman dan pengertian. Kepercayaan pada pseudosains dapat memberikan kenyamanan dalam menghadapi ketidakpastian kehidupan.

Pengaruh bahasa dan penyampaian ilmiah

Bahasa yang digunakan dalam publikasi pseudosains sering kali bersifat ilmiah dan bisa membingungkan. Istilah-istilah yang terdengar modern memberi kesan lebih meyakinkan, meskipun tidak ada substansi ilmiah yang kuat di baliknya. Ini membuat banyak orang terjebak dan percaya pada klaim-klaim yang tidak berdasar.

Bias kognitif dalam memahami dunia

Manusia cenderung menggunakan mental shortcut yang disebut bias kognitif untuk memproses informasi. Bias ini bisa menyebabkan mereka mencari tahu hanya informasi yang mendukung pandangan mereka, mengabaikan bukti-bukti yang bertentangan, dan memperkuat kepercayaan mereka pada pseudosains.

Dampak pseudosains dalam masyarakat

Pseudosains dapat berdampak cukup besar pada masyarakat dengan mengikis kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan, yang kemudian berdampak pada kesehatan publik serta penyebaran informasi yang salah melalui media.

Berkurangnya kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan

Keberadaan pseudosains berpotensi merusak kepercayaan publik terhadap ilmuwan dan lembaga penelitian. Ketika informasi yang salah beredar, maka masyarakat menjadi skeptis terhadap apa yang bisa dipercaya. Hal ini membuat penanganan isu-isu kesehatan dan pemahaman terhadap fakta ilmiah semakin sulit.

Konsekuensi kesehatan publik

Dampak negatif dari pseudosains bisa terlihat dalam konteks kesehatan, di mana individu dapat terjerumus dalam praktik pengobatan alternatif yang tidak terbukti. Keputusan untuk mengabaikan pengobatan yang efektif demi pseudosains dapat berbahaya dan berakibat fatal.

Penyebaran misinformasi melalui media

Media sosial menjadi alat penyebar utama untuk informasi yang salah dan klaim pseudosains. Dengan kemudahan akses informasi, pemahaman yang keliru dapat menyebar dengan cepat, menyebabkan banyak orang terpengaruh tanpa verifikasi fakta yang memadai.

Strategi untuk menghadapi pseudosains

Penting bagi masyarakat untuk mengembangkan strategi dalam menghadapi pseudosains. Ini bisa dilakukan dengan cara komunikasi yang lebih empatik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, serta memastikan akses ke pendidikan ilmiah yang baik.

Pentingnya komunikasi empatik

Penting untuk mengadopsi pendekatan komunikasi yang empatik dalam menjelaskan fakta ilmiah. Dengan memahami alasan dibalik kepercayaan orang pada pseudosains, ilmuwan dan pendidik dapat membangun dialog yang lebih konstruktif, mengurangi ketegangan, dan menumbuhkan kepercayaan.

Menumbuhkan budaya berpikir kritis

Masyarakat perlu didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis mulai dari usia dini. Mengajarkan cara berpikir analitis dan skeptis terhadap klaim-klaim yang tidak berdasar dapat membekali individu untuk lebih berhati-hati dalam menyerap informasi.

Menciptakan akses ke pendidikan ilmiah yang lebih baik

Pendidikan ilmiah yang baik sangat penting untuk memerangi pseudosains. Dengan memberikan akses dan menyajikan ilmu pengetahuan dengan cara yang relevan dan menarik, individu dapat lebih memahami dan menghargai metode ilmiah serta hasilnya. Selain dapat membangun fondasi kepercayaan, akses terhadap pendidikan ilmiah juga akan mengurangi ketergantungan pada informasi yang tidak valid.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER