28 April 2023 12:04 WIB
Penulis: Zen RS
Editor: Zen RS
Menjelang lebaran, generasi muda kerap mengeluarkan lelucon mengenai kesiapan ditanyai “kapan menikah?” oleh keluarga. Kendati bernada canda, lelucon itu mengemukakan salah satu faktor yang menjadi sumber kebahagiaan dan ketidakbahagiaan (tekanan) bagi orang Indonesia, khususnya Gen Z.
Kolaborasi penelitian antara Snapcart dan Iwan Murty tentang tingkat kebahagiaan orang Indonesia memperlihatkan posisi keluarga yang paradoksal. Di satu sisi, keluarga diakui sebagai salah satu sumber utama kebahagiaan, tapi temuan lainnya juga mengatakan tidak sedikit yang menyebut keluarga sebagai sumber tekanan.
Dari 9.863 sampel yang diteliti, 60% mengatakan bahwa keluarga adalah sumber utama kebahagiaan mereka. Namun, terdapat 46% sampel yang juga mengatakan bahwa keluarga adalah sumber utama tekanan. Sedangkan sahabat disebut oleh 10% sampel sebagai sumber tekanan.
Selain keluarga dan teman, temuan Snapcart dan Iwan Murty lain yang menarik adalah terdapat 44% sampel yang mengakui sumber tekanan adalah diri sendiri. Generasi muda yang paling banyak mengakui betapa mereka menaruh tekanan kepada dirinya sendiri untuk membuktikan diri kepada dunia. Hal inilah yang kemungkinan menjadi faktor yang membuat mereka kurang bahagia dibandingkan generasi yang lebih tua.
Riset yang dilakukan secara online pada 3-16 Januari 2023 ini juga menemukan fakta bahwa tingkat kebahagiaan di antara Gen Z secara keseluruhan lebih rendah daripada generasi yang lebih tua.
Sampel dari gen Z (15-17 tahun) yang mengaku bahagia mencapai 27%, sampel dari milenial muda (18-27) yang mengaku bahagia mencapai 31%, sedangkan sampel dari milenial tua (28-35) yang mengaku bahagia mencapai 33%. Angka-angka tersebut lebih rendah dari para Gen X yang mengaku bahagia mencapai hingga 37%.
Dalam analisisnya, Iwan Murty mengakui perbedaan kebahagiaan antara yang muda dan tua ini bisa jadi ditentukan oleh perbedaan pengalaman hidup, nilai dan prioritas.
“Generasi yang lebih muda mungkin lebih menekankan masa depan seperti membangun karier, romansa, dan pembuktian diri dalam kehidupan, dan akibatnya mengalami jenis kebahagiaan yang menggairahkan. Generasi yang lebih tua mungkin memprioritaskan stabilitas dan kesehatan, fokus pada saat ini, dan mengalami kebahagiaan yang diselaraskan dengan ketenangan,” kata Iwan Murty, CEO RB Consulting.
Kendati demikian, terdapat beberapa kecenderungan dalam sumber-sumber kebahagiaan ini. Generasi tua lebih mengutamakan keluarga dan kesehatan sebagai sumber kebahagiaan; temuan ini masih konsisten dengan temuan Snapcart dan Iwan Murty pada riset yang serupa pada 2017. Sedangkan sumber kebahagiaan bagi generasi muda lebih banyak tentang pertemanan dan hubungan asmara.
Temuan tersebut bisa menjelaskan mengapa, misalnya, generasi tua terlihat lebih antusias merayakan lebaran dengan melakukan mudik untuk berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman. Mereka umumnya tidak mempunyai isu terkait kapan menikah, kapan punya anak atau pun karier karena kondisi mereka cenderung sudah lebih settle ketimbang generasi lebih muda yang masih mengejar banyak hal.
Saat para responden ditanyai satu hal yang bisa membuat mereka bahagia, jawaban umum yang diberikan sangat mewakili tiga elemen penting dalam kehidupan manusia: bisa memiliki barang yang diinginkan, pengakuan dari orang lain dan melakukan ziarah keagamaan. Tiga hal tersebut mewakili atau terkait dengan tiga hal yang berbeda: tentang kepemilikan duniawi, hubungan eksternal/sosial dan pencapaian spiritual.
Temuan-temuan tersebut berasal dari survei yang dilakukan secara online oleh Snapcart pada 13-16 Januari 2023 dengan total 9.863 responden berusia 11-71 tahun. Responden ini berasal dari panel Snapcart, yang memiliki lebih dari 800.000+ orang online. Kajian ini dilakukan di beberapa provinsi di Indonesia, antara lain DKI Jakarta, Banten, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan provinsi lainnya.
Sampel data yang cukup besar juga memungkinkan survei tersebut menemukan data-data menarik lainnya. Misalnya, pria lebih berbahagia daripada perempuan, dan orang yang menikah lebih berbahagia daripada lajang. Temuan lain juga menunjukkan 7% sampel mengatakan bahwa menikah adalah faktor yang menciptakan kebahagiaan yang sempurna dalam kehidupan, selain traveling (4%), memiliki banyak uang (7%) dan memiliki usaha yang bagus (5%).
Survei tentang tingkat kebahagiaan seperti ini, menurut Iwan Murty, bisa memberikan wawasan berharga bagi pemasaran dan masyarakat.
“Memahami apa yang membuat orang berbahagia dapat membantu mengembangkan pesan dan kampanye iklan yang lebih efektif. Temuan-temuan tersebut dapat digunakan oleh para pemasar (marketers) agar bisa lebih baik lagi dalam mendefinisikan manfaat produk dan brand personality serta strategi komunikasi yang lebih efektif untuk segmen konsumen yang dihasilkan,” urainya.
KOMENTAR
Latest Comment