Mengapa PAN dan PPP Berikan Tiket Cawapres ke Erick Thohir dan Sandiaga Uno?

22 Jun 2023 12:45 WIB

thumbnail-article

Sandiaga Uno dan Erick Thohir/ Antara

Penulis: Dzikri N. Hakim

Editor: Akbar Wijaya

Dua menteri Kabinet Indonesia Maju dengan latar belakang pengusaha yakni Erick Thohir dan Sandiaga telah mengantongi rekomendasi partai politik untuk menjadi cawapres di Pilpres 2024.

Erick Thohir yang menjabat sebagai Menteri BUMN mendapat rekomendasi dari Partai Amanat Nasional (PAN) sedangkan Sandiaga Uno yang merupakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendapat rekomendasi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Rekomendasi PAN maupun PPP kepada Erick dan Sandiaga menarik ditelaah sebab mereka belum mengalami proses kaderisasi panjang di kedua partai. Erick bahkan bukan kader PAN, partai mulanya menjagokan ketua umum mereka Zulkifli Hasan.

Lantas apa alasan kedua partai memberikan tiket kepada Erick dan Sandiaga?

Alasan PAN Dukung Erick

Politikus senior PAN Drajad Wibowo mengakui Erick bukanlah kader mereka. Namun bukan berarti PAN tak punya alasan saat mengusulkan nama Erick sebagai cawapres.

Drajad menganggap Erick punya portofolio pengalaman yang lengkap. Erick, kata Drajad, pernah menjadi koordinator tim kampanye Presiden Jokowi, pemilik perusahaan media, pemilik klub sepak bola di luar negeri, hingga menjadi ketua umum sejumlah lembaga.

"Dia tokoh pengusaha, politik, media, olahraga, ekonomi syariah dan pejabat negara," tutur Dradjad dikutip Antara. Selasa 6 Juni 2023.

"Bukan kaleng-kaleng. Semuanya papan atas."

Dengan portofolio semacam itu Wakil Ketua Umum PAN Yandri Susanto mengatakan Erick merupakan kunci kemenangan para capres.

"Kalau mau menang, saya kira Pak Prabowo atau Ganjar mesti ambil Pak Erick Thohir untuk memenangkan kontestasi di 2024," kata Yandri dalam rilis survei Indikator Politik Indonesia yang disiarkan secara daring melalui kanal Youtube, Minggu (4/6/2023).

Dalam survei Indikator tersebut, Erick Thohir memperoleh elektabilitas tertinggi yakni 14,8% dalam simulasi 22 nama bacawapres. Kemudian elektabilitasnya mencapai 15,5% untuk simulasi 18 nama.

Yandri menilai elektabilitas itu salah satu faktornya karena kinerja baik Erick sebagai Ketua Umum PSSI membawa Timnas juara Sea Games 2023. Ia menyebut penggemar sepak bola di Indonesia tergolong besar.

"Sepak bola (bagi masyarakat) di Indonesia seperti agama kedua. Jadi, anak kecil, tua-muda, laki-perempuan, di desa-di kota senang dengan sepak bola," ujarnya.

Alasan PPP Dukung Sandiaga

Wakil Ketua Umum DPP PPP Amir Uskara mengatakan, alasan partainya mengusung Sandiaga Uno sebagai cawapres adalah karena survei elektabilitas eks Gubernur DKI Jakarta itu lumayan bagus

“Kalau kita lihat Sandi dari sisi elektoral ya, hampir seluruh calon wakil masih sandi yang terbaik. Dari sisi kesiapan untuk maju saya kira orang juga tahu Sandi punya kemampuan untuk itu. Jadi makanya kita yakin Sandi ini akan masuk dalam kriteria,” kata Amir Uskara kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (19/6/2023)

Terlebih, Amir menambahkan, Sandi memiliki modal, dengan kemenangan di Pilkada DKI 2017, serta kekalahan di Pilpres 2017. Bersama itu, Amir meyakini Sandi sudah paham betul cara bertarung dalam kontestasi politik.

“Tentu dia ada pengalaman, karena pernah pengalaman kalah, tentu itu menjadi pelajaran supaya jangan kalah lagi,” ucapnya.

Absurdnya Ideologi Partai

Ujang Komarudin, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar menilai keputusan PAN mengusung nama Erick dan PPP mendorong nama Sandiaga tak lepas dari kekuatan finansial kedua sosok. Hal ini, kata Ujang, menunjukkan pragmatisme kedua partai.

“Ya kalo partai memang sangat pragmatis ya, sangat taktis saja, siapa yang punya elektabilitas, siapa yang punya uang, walaupun bukan kadernya, ya dicomot, dibajak, lalu dijadikan kader, lalu diambil, direkrut untuk kepentingan pencawapresan tersebut,” kata Ujang kepada Narasi, Senin (19/6/2023).

Ujang mengatakan pragmatisme politik tak terhindarkan lantaran partai membutuhkan modal tak sedikit untuk bisa mengikuti pemilu.

“Jadi jalan pintas parpol ya, cari orang yang berduit, lalu memiliki elektabilitas yang cukup untuk dicalonkan menjadi bakal calon wakil presiden,” ucapnya. 

Persoalannya, acap kali partai menutup diri atau tak ambil peduli mengenai sumber uang yang masuk ke mereka.

“Gatau uangnya dari mana, yang jelas mau membiayai parpol yang mengusung dan mendukungnya, mau juga membiayai kampanye, ya dalam konteks ketika dia disokong, didukung, atau dicalonkan sebagai cawapres,” jelas Ujang.

Di sisi lain Ujang berpandangan pencalonan Erick dan Sandiaga menunjukkan kegagalan partai politik dalam melakukan kaderisasi kepemimpinan. Ujang mengatakan partai politik kerap menjadikan kaderisasi sekadar jalan pintas atau formalitas belaka. Pembekalan pendidikan kepada kader dilakukan serba tanggung.

“Makanya ketika (kegagalan kaderisasi pemimpin) itu terjadi, jangan aneh dan jangan heran ketika yang muncul mewarnai politik nasional kita adalah orang-orang pengusaha atau orang-orang yang punya uang,” katanya lagi.

Dalam situasi yang serba pragmatis, Ujang menilai ideologi terkesan tidak memiliki andil dalam setiap keputusan partai.

“Yang ada di lapangan politik, ya nilai-nilai pragmatisme dan kebutuhan atau kepentingan untuk bisa menang, begitu,” ucapnya.

Ujang mengatakanideologi menjadi barang absurd yang tersimpan rapi dalam etalase dan tidak terimplementasi secara nyata. Sebab, ideologi hanya bertahan di atas kertas. Tidak digunakan sebagai sebuah gerakan serta pemikiran untuk membangun kontestasi politik yang baik di Indonesia ini.

“Ideologi partai itu ya tadi, (hanya sampai) di tatanan ideal saja, implementasinya kosong, nol, artinya hanya tatanan di atas kertas, bukan yang betul-betul implementatif di lapangan,” pungkasnya.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER