Advertisement

Mengapa Sebaiknya Kita Tidak Latah Mengikuti Microtrend

23 May 2025 12:26 WIB

thumbnail-article

Stanley Cup, tumbler trendi TikTok yang menjadi salah satu ikon microtrend. Sumber: stanley1913.com.

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Nuha Khairunnisa

Microtrend merupakan fenomena yang belakangan ini mengemuka di media sosial, terutama dalam konteks fashion. Lewat media sosial, informasi tentang tren fashion kini dapat menyebar dengan cepat. Akibatnya, banyak individu merasa terdorong untuk mengikuti setiap tren terbaru, yang perputarannya bisa sangat cepat.

Tren-tren yang terus berubah dan biasanya tidak bertahan lama inilah yang disebut sebagai microtrend. Contohnya banyak bertebaran di TikTok, Instagram, maupun aplikasi media sosial lainnya: dari Stanley Cups hingga Labubu, dari leopard print hingga pita-pita coquette.

Para pengikut microtrend biasanya ingin tetap relevan dalam hal berpakaian tanpa benar-benar mempertimbangkan dampaknya. Mereka sering kali mengadopsi tren hanya untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial mereka, bukan karena mereka benar-benar tertarik dengan tren tersebut. Hal ini menyebabkan perubahan yang cukup signifikan dalam perilaku dan preferensi individu, dan menciptakan sebuah siklus yang tidak berkesudahan.

Dari sisi konsumsi, efek jangka pendek dari microtrend juga memunculkan masalah yang tak bisa diabaikan. Banyak orang membeli barang-barang tren yang sifatnya hanya sesaat, yang pada akhirnya tidak lagi dipakai setelah beberapa waktu. Hal ini berkontribusi pada overconsumption, di mana barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya menjadi konsumsi yang sia-sia.

Bahaya mengikuti microtrend

Meski terasa menyenangkan, mengikuti microtrends sebenarnya dapat membawa sejumlah risiko dalam berbagai lini kehidupan. Pertama, kebiasaan ini dapat mengganggu finansial seseorang. Ketika individu mengikuti tren yang hanya berlangsung sebentar, ia akan menjumpai dirinya mengoleksi barang-barang yang sebenarnya tidak benar-benar ia sukai. Ketika tren telah berlalu, barang-barang itu hanya akan teronggok berdebu. Padahal, tak sedikit uang yang dikeluarkan untuk membelinya. Hal ini dapat menciptakan kerugian finansial yang signifikan.

Kedua, ada kecenderungan untuk jatuh ke dalam pola konsumsi yang tidak sehat. Seseorang yang terus menerus mengikuti tren fashion terbaru bisa terjebak dalam siklus belanja yang berlebihan, yang tidak hanya berdampak pada keuangan pribadi, tetapi juga menciptakan perasaan tidak puas dengan diri sendiri.

Ketiga, dampak negatif pada kesehatan mental juga tidak bisa diabaikan. Kebiasaan membanding-bandingkan diri orang lain di media sosial seringkali memicu rasa rendah diri dan kecemasan. Ketika nilai seseorang hanya diukur berdasarkan seberapa besar dedikasi mereka dalam mengikuti setiap microtrends, tekanan ini dapat membuat mereka merasa tertekan dan tidak bahagia.

Cara menjauhkan diri dari microtrend

Untuk menjauhkan diri dari lingkaran setan microtrend, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, kesadaran diri adalah kunci. Individu perlu mengidentifikasi minat pribadinya agar dapat membangun gaya hidup, termasuk gaya berpakaian, yang lebih berkelanjutan. Alih-alih tergoda dengan hal-hal yang sedang populer, temukan sesuatu yang benar-benar disukai.

Kedua, menjaga nilai-nilai pribadi adalah bagian krusial dalam proses ini. Banyak orang merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan jati diri mereka hanya demi mengejar tren. Memiliki nilai-nilai yang jelas akan membantu individu untuk berdiri teguh pada pilihan mereka.

Terakhir, penting untuk selalu berpikir kritis terhadap setiap tren. Apakah mengikuti microtrends adalah sebuah kebutuhan, atau hanya merupakan respons dari lingkungan sekitar? Dengan berpikir kritis, seseorang bisa lebih memahami apakah tren tersebut benar-benar memiliki makna atau dampak positif dalam kehidupannya.

Alternatif microtrend

Daripada terjebak dalam siklus microtrends, ada beberapa alternatif yang bisa dipertimbangkan. Membangun kehidupan berkelanjutan adalah salah satu pilihan yang semakin digemari. Contoh praktisnya seperti memilih barang dan tren yang tidak hanya menarik, tetapi juga ramah lingkungan dan bisa bertahan lama.

Selain itu, menikmati hal-hal yang bersifat timeless juga bisa menjadi cara untuk menghindari terbawa arus microtrends. Misalnya, memilih gaya fashion yang klasik dan tidak lekang oleh waktu dapat mengurangi kebutuhan untuk terus menerus berbelanja barang baru. Barang-barang tersebut lebih tahan lama dan tentunya memiliki nilai yang lebih tinggi.

Mengembangkan kreativitas pribadi juga menjadi alternatif lain. Ketika seseorang fokus pada ekspresi diri dan menciptakan gaya yang unik, ia tidak akan merasa tertekan untuk mengikuti tren fashion yang terus berubah. Hal ini tidak hanya membuat individu merasa lebih percaya diri, tetapi juga memperkuat jati diri mereka.

Dengan memahami dampak dan risiko dari mengikuti microtrends, individu dapat membuat keputusan yang lebih baik mengenai gaya hidup mereka. Kesadaran diri, menghargai nilai-nilai pribadi, dan menemukan alternatif yang lebih berarti menjadi kunci untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik dalam menghadapi arus perubahan zaman dan tren.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER

Advertisement
Advertisement