Menjadi haji mambrur tentu menjadi harapan bagi semua orang, terutama bagi mereka yang sudah menjalankan ibadah haji, tahun 2025, jamaah haji Indonesia mulai kembali ke tanah air secara berangsur-angsur dimulai pada Rabu, 11 Juni 2025.
Proses pemulangan diikuti jemaah setelah menyelesaikan puncak prosesi di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), dan fase akhir ibadah. Berikut adalah pengertian mambrur serta ciri-cirinya
Pengertian Haji Mabrur
Haji mabrur adalah istilah yang sering digunakan untuk menandakan ibadah haji yang diterima oleh Allah SWT. Secara etimologis, istilah ini berasal dari kata "birr" yang berarti kebaikan.
Dalam konteks haji, mabrur menggambarkan haji yang dilakukan dengan ikhlas dan sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Haji yang mabrur dikatakan memberi dampak positif tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
Semantara berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan mabrur sebagai "diterima Allah Swt.; baik". Mengutip dari laman NU Online penyematan gelar haji mabrur memang hak prerogatif Allah swt untuk hamba-hamba-Nya yang dikehendaki.
Ciri-Ciri Haji Mabrur
Masih dari laman NU Online, berikut terdapat tiga ciri haji mabrur yang dijelaskan berdasarkan hadis Rasulullah SAW.
Santun dalam bertutur kata (thayyibul kalam).
Ciri pertama dari haji mabrur adalah adanya sikap santun dalam berinteraksi dengan orang lain. Seorang haji mabrur mencerminkan akhlak yang baik, tidak berkata kasar, dan menjunjung tinggi adab dalam bermusyawarah.
Sikap ini mencakup tutur kata yang lembut dan penuh rasa hormat kepada sesama, serta jauh dari kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain. Sebagaimana hadis Nabi berikut yang diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya.
الوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ؟ قال: "إِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ
Artinya: "Para sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?' Rasulullah menjawab, 'Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.'"
Menebarkan kedamaian (ifsya’us salam)
Ciri selanjutnya adalah menebarkan kedamaian di lingkungan sekitar. Seorang yang menjalankan haji mabrur akan berusaha untuk menciptakan suasana harmoni, jauh dari kebencian dan permusuhan.
Mereka berupaya untuk hidup dalam kedamaian, tidak hanya selama pelaksanaan ibadah haji, tetapi juga setelahnya. Hal ini bisa dimanifestasikan dengan menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan lingkungan serta sesama umat.
Memiliki kepedulian sosial yaitu mengenyangkan orang lapar (ith‘amut tha‘am).
Yang tak kalah penting adalah rasa kepedulian kepada sesama. Haji mabrur ditandai dengan jiwa sosial yang tinggi. Setelah melaksanakan ibadah haji, mereka yang mendapatkan predikat mabrur akan berbagi rejeki dan membantu orang-orang yang membutuhkan.
Seperti berdonasi, membantu mereka yang kurang mampu, serta memastikan bahwa tindakan baik tersebut dapat terus berlanjut setelah pulang dari Tanah Suci. ebagaimana hadis di bawah ini:
سئل النبي ما بر الحج قال إطعام الطعام وطيب الكلام وقال صحيح الإسناد ولم يخرجاه
Artinya: "Rasulullah SAW ditanya tentang haji mabrur. 'Rasulullah kemudian berkata: Memberikan makanan dan santun dalam berkata.' Al-Hakim berkata bahwa hadis ini sahih sanadnya tetapi tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim."