22 Februari 2023 08:27
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan arahan dalam Rapat Pimpinan TNI Tahun 2023 di Museum Satriamandala, Jakarta, Kamis (9/2/2023). ANTARA/Gilang Galiartha
Penulis: Rahma Arifa
Editor: Akbar Wijaya
Peneliti Senior di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Vidhyandika Djati Perkasa mengkritik pernyataan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang menyebut TPNPB-OPM tak ubahnya kelompok kecil preman.
Menurut Vidhyandika pernyataan tersebut terkesan meremehkan sepak terjang TPNPB-OPM yang terbukti cukup merepotkan dan mengakibatkan korban jiwa di tubuh TNI-Polri.
“Saya mempertanyakan sebenarnya motivasi Pak Yudo mengatakan KKB premanisme itu apa?,” kata Vidhyandika kepada Narasi, Rabu (22/2/2023).
Vidhyandika menilai pernyataan Yudo mencerminkan sikap over-confident dalam menyikapi masalah Papua yang begitu rumit dan telah memakan banyak korban. Sikap ini juga menunjukkan ketidakseriusan pemerintah dalam menyelesaikan akar separatisme di Papua.
“Jadi seperti upaya untuk mengalihkan perhatian dari kompleksitas permasalahan yang sebenarnya” ujar Vidhyandika.
Vidhyandika menegaskan TPNPB-OPM tak bisa direduksi sebagai gerakan premanisme semata. Pasalnya, operasi mereka berdampak langsung terhadap citra negara di dunia.
“Jangan over-confident lah dengan mecoba mengecilkan masalah itu. Premanisme itu apa? Ini mereka punya kapasitas untuk berinteraksi dengan PBB, ya jelas beda,” katanya.
Vidhyandika menyatakan TPNPB-OPM Papua bukan lagi kelompok kecil yang dapat disepelekan. Mereka kian berkembang besar dari segi pengalaman, skala pergerakan, dan perlengkapan senjata. Mereka pun semakin canggih dalam menarik perhatian dunia internasional.
Tak hanya itu, korban akibat kasus-kasus yang terafiliasi TPNPB-OPM Papua pun terus meningkat setiap tahunnya. Ini menurut Vidhyandika cukup menegaskan bahwa TPNPB-OPM bukan permasalahan premanisme biasa dan patut menjadi perhatian serius.
“Dulu mereka hanya terkonsentrasi di daerah pegunungan. Sekarang mereka menyebar ke daerah lain. Dengan anggota semakin banyak. Dari mana Pak Panglima itu bisa mengatakan mereka kecil?,” ujarnya.
Vidhyandika mengatakan pemerintah tidak boleh menutup mata dari kasus penyanderaan pilot Susi Air yang terjadi di Papua. Sebab ini lagi-lagi menunjukkan gagalnya pemerintah dalam menangani konflik yang telah lama ada.
“Upaya meremehkan kekuatan OPM terbukti fatal,” katanya.
Menurut Viyandhika ketakutan pemerintah akan internasionalisasi isu Papua patut dipertanyakan. Sebab itu seperti mengecilkan masalah dan membiarkan konflik terus memanas tanpa solusi.
“Ini kan realitanya konflik ini sangat dinamis. Kelihatan sekali kegagalan pemerintah dalam menangani permasalahan Papua. Dan dengan semakin banyaknya korban bisa jadi kemungkinan internasionalisme malah akan masuk sendirinya di situ,” kata Vidhyandika.
Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyebut KKB Papua sebagai kelompok kecil seperti masalah premanisme di daerah lain.
Ia juga menyebut masalah Papua tak perlu dibesar-besarkan, sebab menurutnya ini hanya akan membuat senang kelompok tersebut.
“Kalau di Indonesia, di Jawa, atau di luar daerah, ini kayak premanisme, hanya menekan masyarakat meminta uang. Nanti kalau pas kehabisan duit naik lagi, menggangu lagi, bakar-bakar lagi, makan korban lagi. Begitu terus dari dulu. Menurut saya, jangan dibesar-besarkan,” katanya.
Latest Comment
Belum ada komentar
Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya