Paus Fransiskus meninggal pada Senin (21/4/2025) di Vatikan, Roma di usinya yang ke 88 tahun. Paus Fransiskus sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit pada Februari lalu karena menderita penyakit bronkitis kronis.
Paus Fransiskus yang memimpin selama lebih dari satu dekade tersebut dikenang sebagai pemimpin yang peduli akan isu-isu sosial, termasuk kecerdasan buatan (AI). Semasa hidupnya, ia mengeluarkan berbagai pernyataan penting terkait dengan perkembangan teknologi dan dampaknya terhadap umat manusia. Paus menekankan bahwa AI harus tetap menjadi alat di tangan manusia.
Pada tahun 2023 silam, Paus Fransiskus pernah melontarkan sebuah pernyataan bahwa kehadiran AI itu dapat mengancam umat manusia. Saat itu ditekankan terkait bias ancaman algoritmik dalam teknologi AI, sehingga dia meminta agar masyarakat mewaspadai mengakarnya logika kekerasan dan diskriminasi dalam teknologi AI.
Paus Fransiskus menyadari dampak negatif yang bisa dihasilkan teknologi ini, terutama bagi kelompok-kelompok yang rentan. Dalam pernyataannya, ia menyoroti risiko bahwa penggunaan teknologi bisa mengorbankan individu yang paling lemah dalam masyarakat, sehingga berpotensi menciptakan ketidaksetaraan lebih lanjut.
"Ketidakadilan dan ketidaksetaraan memicu konflik dan permusuhan," tutur Paus Fransiskus.
"Kebutuhan mendesak untuk mengarahkan konsep dan penggunaan kecerdasan buatan dengan cara yang bertanggung jawab, sehingga dapat melayani umat manusia dan melindungi rumah kita bersama, mengharuskan refleksi etis diperluas ke bidang pendidikan dan hukum," imbuhnya.
Melihat perkembangan pesat teknologi, Paus Fransiskus menekankan pentingnya refleksi etis dalam penggunaan AI. Ia menyatakan bahwa pengembangan dan penerapan teknologi harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.
Kekhawatiran terhadap penyalahgunaan AI juga menjadi perhatian Paus. Ia menunjukkan potensi risiko yang timbul akibat penyebaran disinformasi, yang sering kali difasilitasi oleh teknologi ini. Dalam dunia digital yang semakin kompleks, disinformasi dapat memiliki dampak yang merusak serta mempengaruhi keputusan masyarakat dan menambah ketidakstabilan sosial.
Kasus pemalsuan citra Paus yang melibatkan sebuah gambar Paus mengenakan mantel putih yang terinspirasi dari Balenciaga yang dihasilkan oleh AI menjadi viral. Dia pun menyoroti betapa rentannya individu terhadap manipulasi digital. Cuplikan tersebut hanya merupakan salah satu contoh dari potensi penyalahgunaan yang dapat terjadi sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang tidak terarah.
Dalam rangka memastikan bahwa teknologi tetap menjadi alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, Paus Fransiskus menekankan pentingnya perlindungan martabat manusia. "Perlindungan martabat manusia dan kepedulian terhadap persaudaraan yang secara efektif terbuka untuk seluruh keluarga manusia, adalah kondisi yang sangat diperlukan untuk pengembangan teknologi untuk membantu berkontribusi pada promosi keadilan dan perdamaian di dunia," ujar Paus.