Pilpres 2024: Jawa Timur adalah Kunci

3 Mei 2023 02:28

Narasi TV

Jokowi berkampanye sebagai capres nomor urut 1 di Banyuwangi, Jawa Timur pada Pemilu 2019/ Antara

Penulis: Hakim Dzikri

Editor: Akbar Wijaya

Sejumlah bakal calon presiden (bacapres) untuk Pemilu 2024 telah memiliki basis potensi pemilih yang kuat di provinsi dengan daftar pemilih terbesar di Indonesia.

Survei yang dilakukan Charta Politika pada 4-12 November dengan metode tatap muka atau face to face interview  kepada respoden 17 tahun ke atas yang memenuhi syarat sebagai pemilih menunjukkan hal tersebut.

Di Jawa Barat yang memiliki 33,3 juta pemilih elektabilitas Anies berada di posisi teratas dengan angka 27%, disusul Prabowo 26,7 persen, dan Ganjar 15,2 persen.

Berbeda halnya di Jawa Tengah. Di provinsi dengan 30,6 juta pemilih ini elektabilitas Ganjar Pranowo memimpin dengan angka 73%, disusu Anies 8%, dan Prabowo 7%.

Sedangkan di Jawa Timur yang suara pemilihnya berada di angka 30,9 juta jiwa ketiga kandidat saling berbagi suara dengan perolehan masing-masing: Ganjar 32,2%, Prabowo 30%, dan Anies 20%.

Angka-angka dalam survei tersebut tentu saja masih bisa berubah bergantung pada manuver dan dinamika politik yang terjadi, namun dari sana tergambar bagaimana Jawa Timur menjadi kunci bagi kemenangan masing-masing bakal calon presiden.

Mengapa Jawa Timur?

Dari enam provinsi dengan jumlah pemilih terbesar, tiga di antaranya tersebar di pulau Jawa, yakni: Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Timur (Jatim). 

Ketiga provinsi itu menyumbang lebih dari 70 juta pemilih dari total 154 juta pemilih pada pilpres 2019 lalu.

Pada dua edisi pemilihan sebelumnya, yaitu pada 2014 dan 2019. Terlihat bagaimana Jawa Timur menjadi game changer yang menentukan siapa pemenang dan siapa yang kalah.

Prabowo yang berhasil menang telak di Jawa Barat sebagai provinsi dengan pemilih terbesar tetap gagal menjadi presiden karena tidak mampu mengoptimalisasi suara lebih banyak ketimbang lawannya yakni Jokowi.

Dari 24,6 juta suara sah di Jawa Timur dalam Pemilu 2019, Prabowo hanya mendapat 8,4 juta suara. Masih jauh dari 16,2 juta suara jumlah suara yang diraup oleh Jokowi.

Begitu halnya dengan Pemilu 2014 Jokowi unggul tipis dengan perolehan 11,6 juta suara dari Prabowo yang mendapat 10,2 juta suara.

Unggul jauh Jokowi atas Prabowo pada pemilu 2019 tak lepas dari sosok KH. Ma’ruf Amin sebagai cawapres yang dinilai menjadi  magnet bagi kaum NU di Jatim yang merupakan basis Nahdliyyin.

Cawapres Penentu

Untuk itu, penting bagi para bacapres untuk memilih calon wakil yang betul-betul bisa merepresentasikan kekuatan pemilih di Jawa Timur.

Sejauh ini ada sejumlah nama yang disebut-sebut memiliki potensi menarik pemilih di Jawa Timur mereka:

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.  Sebagi gubernur, tokoh Muslimat NU, dan basis politik yang kuat di level akar rumput Khofifah dinilai mampu menggaet suara pemilih di Jawa Timur.

Berikutnya Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang sebagai orang Jawa Timur dan memiliki basis kuat di sana dinilai bisa mempengaruhi suara warga nahdliyin.

Ada pula nama Menkopolhukam Mahfud MD dan Wakil Presiden saat ini KH. Ma’ruf Amin yang  bisa saja kembali digaet untuk maju menjadi cawapres pada pemilu 2024 mendatang.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR