16 Agustus 2023 16:08 WIB
Penulis: Rusti Dian
Editor: Margareth Ratih. F
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jakarta dan pabrik batu bara raksasa tengah menjadi sorotan di tengah kualitas udara Jakarta yang memburuk. Apalagi kini Jakarta menduduki posisi pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyebut polusi di Jakarta tidak hanya berasal dari transportasi, melainkan juga dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara di sekitarnya.
Perlu diketahui bahwa penyebab polusi udara bisa berasal dari sumber bergerak dan tidak bergerak. Sumber bergerak mengacu pada aktivitas transportasi kendaraan yang membuang gas karbon dioksida.
Sementara sumber tidak bergerak adalah aktivitas pembuangan karbondioksida di suatu tempat dan berkelanjutan. Misalnya adalah pembangunan proyek jalan, kawasan industri, pabrik, dan PLTU batu bara.
Berdasarkan data Global Energy Monitor, sebanyak 16 PLTU berbasis batu bara berada tak jauh dari Jakarta. Persebarannya adalah 10 PLTU di Banten dan enam PLTU di Jawa Barat.
Yang terdekat dengan Monumen Nasional Jakarta Pusat adalah PLTU Cikarang Babelan, Bekasi, Jawa Barat yaitu sejauh 25,87 km.
Ketua Kampanye WALHI DKI Jakarta, Muhammad Aminullah menyebut peran asap bakar dari PLTU batu bara di Banten, Jawa Barat turut menyumbang 20-30 persen pada memburuknya kualitas udara Jakarta.
Kualitas udara semakin memburuk dengan adanya aktivitas warga yang sering membakar sampah di pekarangan rumah. Ini membuat pergerakan udara mengalami stagnasi sehingga terakumulasi di Jakarta. Ditambah lagi tidak ada hujan dan kelembaban.
Menteri KLHK: uap PLTU bergerak ke Selat Sunda
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menampik bahwa polusi Jakarta dan sekitarnya berasal dari PLTU. Menurutnya, uap PLTU justru bergerak ke arah Selat Sunda. Pihak KLHK telah melakukan kajian berdasar studi satelit periode 27 Juli-9 Agustus 2023.
“Hasil analisis uapnya itu pencemarannya dia bergeraknya tidak ke arah Jakarta tapi bergerak ke arah Selat Sunda dan itu ditopang oleh arah angin yang menurut data BMKG,” ujar Siti usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat pada Senin (14/8/2023).
Menurut Siti, penyebab utama pencemaran kualitas udara justru berasal dari kendaraan. Ia juga mengajak masyarakat untuk melakukan uji emisi, mengingat kesadaran uji emisi di Jakarta baru berkisar antara 3-10% saja.
Pernyataan serupa juga muncul dari Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK Sigit Reliantoro. Ia memaparkan data bahwa penyumbang emisi terbanyak yaitu 44% berasal dari transportasi. Sektor industri energi menyumbang sebanyak 25,17%, manufaktur industri 10%, perumahan 14%, dan komersial 1%.
“Jadi sebetulnya ini mengonfirmasi sebetulnya ini (polusi di Jakarta) sifatnya lokal, tidak ada yang dari Suralaya ke Jakarta,”ujar Sigit dilansir dari CNNIndonesia.
Fakta di sekitar PLTU
Warga di sekitar PLTU Batubara Lontar, Banten menceritakan soal kebiasaan warga. Sejak PLTU berdiri, warga biasa menampung air untuk mandi dan kebutuhan konsumsi.
Kini, warga tak lagi bisa menampung air. Hal ini dikarenakan air hujan yang turun ke atap rumah warga menghitam lantaran tercampur partikel dari dampak aktivitas PLTU. Warga tak pernah tahu apakah kualitas udara yang mereka hirup masih tergolong bersih.
Dampak paling nyata yang dirasakan warga sekitar PLTU adalah udara yang semakin panas dibanding wilayah lain. Ditambah lagi kini sedang musim kemarau yang membuat panas semakin parah.
Selain itu, warga di sekitar PLTU lain juga mengalami penyakit kulit. Ini dikarenakan air yang digunakan sehari-hari terkena cemaran batu bara yang jatuh dari kapal tongkang. Keluhan masih sama yaitu udara yang lebih panas dari biasanya.
Langkah pemerintah
Akhirnya, pemerintah memberlakukan work from home (WFH) sebagai langkah mengatasi tingginya polusi udara di Jakarta. Presiden Joko Widodo menghimbau agar pemerintah bisa mendorong banyak kantor untuk melaksanakan hybrid working, WFO, dan WFH.
Selain kebijakan WFH, Presiden Jokowi juga meminta adanya rekayasa cuaca untuk memancing hujan di kawasan Jabodetabek. Ia juga sedang menyiapkan anggaran untuk memperbanyak ruang terbuka hijau.
Dalam rapat yang berlangsung pada Senin (14/8/2023) di Istana Merdeka tersebut, Presiden Jokowi juga membuat perencanaan jangka menengah.
Ia meminta agar para menteri konsisten menerapkan kebijakan mengurangi penggunaan kendaraan berbasis fosil dan beralih ke transportasi massal. Selain itu, Jokowi juga meminta agar ada penguatan mitigasi terhadap perubahan iklim.
KOMENTAR
Latest Comment