Perdana Menteri Australia Anthony Albanese hari ini bertemu Presiden Prabowo di Istana Negara, Kamis 15 Mei 2025. Indonesia sebagai negara tujuan pertama usai Anthony Albanese terpilih kembali menjadi kepala pemerintahan negara Kangguru tersebut.
Dalam pertemuan bilateral bersama delegasi Indonesia dan Australia, Presiden Prabowo menyambut baik pertemuannya kembali dengan PM Albanese, sejak pertemuan terakhir di Lima, Peru.
Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menyampaikan ucapan selamat secara pribadi atas terpilihnya kembali PM Albanese melalui pemilihan parlemen di Australia, meskipun sebelumnya ia sudah mengucapkan hal serupa melalui sambungan telepon.
"Saya juga ingin mengucapkan selamat secara pribadi atas terpilihnya kembali Anda sebagai Perdana Menteri Australia dan atas kemenangan bersejarah partai Anda dalam pemilihan parlemen," kata Prabowo.
Bagaimana profil Anthony Albanese dan perjalanan karier politiknya? Berikut profil serta perjalanan karier PM Autralia yang dikutip dari berbagai sumber
Profil Anthony Albanese
Anthony Albanese lahir pada 2 Maret 1963 di Sydney, Australia, sebagai anak dari seorang ibu tunggal, Maryanne. Masa kecilnya dihabiskan di kompleks perumahan rakyat yang dibangun pemerintah. Kedua kondisi sosial dan ekonomi ini menjadi pengaruh besar bagi pandangannya terhadap keadilan sosial dan motivasinya untuk terlibat dalam politik. Ia sudah lama bercita-cita menduduki kursi Perdana Menteri.
Albanese menyelesaikan pendidikan dasarnya di St Mary's Cathedral School di Sydney dan kemudian melanjutkan ke St. Joseph's College, sebuah sekolah Katolik pria di Sydney, sebelum akhirnya melanjutkan studi di Universitas Sydney. Ia meraih gelar Bachelor of Economics pada tahun 1984.
Selama masa studinya, Albanese aktif terlibat dalam kegiatan politik, termasuk menjabat sebagai presiden Partai Buruh Muda di saat usianya baru 22 tahun. Pengalaman ini membentuk dasar karier politiknya yang luar biasa.
Pengaruh besar dari masa kecilnya dan pendidikan tersebut menjadikan Albanese seorang yang terinspirasi untuk mengangkat suara masyarakat yang terpinggirkan. Ia melihat pendidikan sebagai alat untuk mencapai keadilan sosial dan berupaya keras melakukan perubahan positif dalam masyarakat Australia.
Perjalanan Karier Politik Anthony Albanese
Perjalanan karier politik Albanese dimulai pada tahun 1996 ketika ia terpilih sebagai anggota parlemen untuk daerah pemilihan Grayndler. Sejak awal kariernya, ia dikenal sebagai sosok yang memiliki komitmen kuat terhadap kebijakan yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
Selama dua dekade lebih, Albanese berhasil mempertahankan kursinya di parlemen, yang menunjukkan dukungan terus-menerus dari konstituennya.
Dari waktu ke waktu, Albanese mengambil berbagai posisi penting dalam Partai Buruh. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Infrastruktur dan Transportasi pada era Perdana Menteri Kevin Rudd dan Julia Gillard. Keahliannya dalam membangun infrastruktur di Australia terlihat jelas melalui berbagai proyek yang sukses ia jalankan.
Puncak karier Albanese tiba pada 23 Mei 2022 ketika ia dilantik sebagai Perdana Menteri Australia ke-31. Pelantikannya terjadi setelah Partai Buruh berhasil memenangi pemilihan umum untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun terakhir, menggantikan Scott Morrison dari Partai Liberal. Sebagai Perdana Menteri, Albanese membawa visi baru yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan.
Anthony Albanese resmi dilantik kembali sebagai Perdana Menteri Australia untuk masa jabatan kedua, usai menang telak dalam pemilu yang digelar pada 3 Mei lalu.
Kebijakan Anthony Albanese Sebagai PM Australia
Setelah menjabat Perdana Menteri, Albanese berfokus pada beberapa isu utama termasuk perubahan iklim dan pemulihan ekonomi pasca-pandemi. S
alah satu langkah awal yang diambilnya adalah memperkenalkan kebijakan yang lebih ambisius dalam hal penanganan perubahan iklim, dengan berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dan mendorong penggunaan energi terbarukan.
Selain itu, Albanese juga berusaha untuk meningkatkan hubungan diplomatik Australia dengan negara-negara lain. Ia melakukan upaya untuk memperbaiki hubungan dengan Prancis setelah insiden pembatalan kontrak kapal selam sebelumnya, dan mulai membangun dialog konstruktif dengan Cina yang selama ini mengalami ketegangan.
Namun, masa jabatannya juga tidak terlepas dari tantangan. Albanese menghadapi situasi ekonomi yang sulit dengan inflasi yang meningkat dan biaya hidup yang tinggi.
Di samping itu, referendum mengenai Suara Pribumi yang digagas pemerintah, yang bertujuan untuk mengakui masyarakat Aborigin secara konstitusional, ditolak oleh pemilih, menjadi salah satu momen sulit dalam kepemimpinannya.
Baca Juga:Sinopsis The Desperate Hour: Perjuangan Seorang Ibu Selamatkan Sang Anak Ditengah Teror Sekolah