Kemarau 2025: BMKG Sebut 403 Zona Musim Masuk Musim Kemarau Awal Pada Bulan April

1 Apr 2025 14:57 WIB

thumbnail-article

Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memprediksi periode puncak musim kemarau di Indonesia tahun ini akan terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus 2025. Sumber: BMKG.

Penulis: Margareth Ratih. F

Editor: Margareth Ratih. F

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa Indonesia akan memasuki musim kemarau awal pada April 2025. Sebanyak 403 Zona Musim (ZOM) diprediksikan akan mengalami perubahan cuaca ini, dengan periode dimulainya kemarau diperkirakan antara April-Juni. Salah satu faktor utama yang memengaruhi adalah peralihan angin dari Monsun Asia ke Monsun Australia.

Wilayah Nusa Tenggara merupakan area yang diperkirakan akan mengalami musim kemarau lebih awal dibandingkan dengan wilayah lainnya. BMKG mencatat bahwa kondisi ini penting diperhatikan, mengingat dampak yang akan ditimbulkan bisa berbeda di setiap ZOM.

Peralihan angin dari Monsun Asia menjadi Monsun Australia adalah indikasi penting dalam pengaturan musim kemarau. Sinyal ini menandakan bahwa perubahan cuaca dapat berdampak pada pola curah hujan dan suhu di berbagai wilayah Indonesia. Sebagai upaya mitigasi, BMKG mendorong masyarakat yang terlibat di sektor pertanian untuk menyesuaikan jadwal tanam mereka.

Di sektor pertanian, penyesuaian jadwal tanam sesuai dengan ramalan musim sangat krusial. Petani diharapkan memilih varietas tanaman yang lebih tahan terhadap kekeringan. Selain itu, manajemen pengelolaan air harus diperhatikan agar meminimalkan risiko gagal panen akibat kurangnya curah hujan.

Karakteristik musim kemarau 2025

Musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung pada 2025 ini, secara umum dikategorikan sebagai musim yang bersifat normal. BMKG menjelaskan bahwa sebagian besar ZOM di Indonesia diharapkan akan mengalami curah hujan yang normal selama musim kemarau.

Sebanyak 416 ZOM diprediksikan akan memiliki sifat musim kemarau normal. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada penyimpangan signifikan dari pola cuaca yang telah teramati dalam periode sebelumnya. Namun, BMKG juga mencatat ada kemungkinan beberapa wilayah akan menghadapi kondisi yang lebih kering dari rata-rata.

Akumulasi curah hujan di banyak ZOM dijadwalkan dalam kategori normal yaitu tidak lebih basah atau kering dari biasanya. Prediksi ini memberikan harapan bahwa sektor-sektor yang bergantung pada curah hujan dapat beroperasi dengan stabil.

Durasi musim kemarau di Indonesia bervariasi. Beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan diperkirakan hanya akan mengalami kemarau singkat, sedangkan di wilayah Sulawesi, musim kemarau dapat berlangsung lebih dari 6 bulan.

Puncak kusim kemarau dan dampaknya

BMKG memprediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan Agustus 2025. Puncak ini diharapkan akan membawa dampak yang signifikan tidak hanya pada lingkungan, tetapi juga pada kegiatan ekonomi di sektor-sektor tertentu.

Waktu puncak musim kemarau diharapkan akan jatuh pada bulan Juni, Juli, dan Agustus, di mana curah hujan akan berada pada tingkat paling rendah. Hal ini penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan berbagai aktivitas ekonomi.

Wilayah dengan prediksi kemarau lebih lama dan lebih kering meliputi sebagian besar Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Masyarakat di daerah ini disarankan untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan kekurangan air.

Dampak kemarau terhadap kegiatan ekonomi dapat terasa pada sektor pertanian, energi, dan industri. Penyesuaian strategi dan perencanaan yang baik diperlukan agar kegiatan ekonomi tetap berkelanjutan meskipun dalam kondisi kemarau.

Upaya mitigasi terhadap kebakaran hutan

Dalam menanggapi potensi risiko akibat musim kemarau, BMKG mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat terhadap kebakaran hutan.

Masyarakat di daerah rawan kebakaran sangat dianjurkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan bersiap menghadapi potensi kebakaran lahan. Edukasi dan pelatihan tentang pencegahan kebakaran harus menjadi fokus bagi pemerintah setempat.

Langkah-langkah preventif yang dapat diambil termasuk patroli rutin dan pengawasan area rawan kebakaran, serta penanaman vegetasi yang dapat menurunkan risiko kebakaran. Pemerintah daerah juga diharapkan untuk menyediakan sumber daya yang cukup untuk penanggulangan.

BMKG menyarankan agar semua pihak terlibat dalam upaya penanggulangan kebakaran lahan, terutama di lokasi predator yang diperkirakan akan mengalami musim kemarau dengan curah hujan yang normal atau di bawah normal. Dengan langkah-langkah preventif yang tepat, diharapkan dampak negatif dari musim kemarau dapat diminimalisasi.

 

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER