Sebuah rekaman video yang beredar luas di media sosial memperlihatkan momen tak biasa antara Presiden Prancis Emmanuel Macron dan istrinya, Brigitte Macron, sesaat sebelum mereka menuruni tangga pesawat dalam kunjungan kenegaraan ke Vietnam. Insiden kecil ini terjadi pada Minggu (25/5/2025) dan pertama kali dilaporkan oleh kantor berita Associated Press.
Dalam video yang direkam dari luar pesawat dan kemudian dikutip AFP pada Senin (26/5/2025), tampak Presiden Macron berdiri di ambang pintu pesawat, bersiap menyapa pejabat penyambut. Tiba-tiba, dari sisi kiri pintu pesawat, muncul tangan Brigitte yang mengenakan blazer merah, lalu terlihat menempelkan kedua tangannya ke wajah Macron dan mendorongnya ringan ke arah samping.
Presiden Macron tampak sempat terkejut namun segera mengendalikan ekspresi wajahnya. Ia berbalik dan melambaikan tangan ke arah luar, sementara Brigitte belum tampak keluar dari kabin, membuat ekspresi atau sikap tubuhnya tidak terlihat jelas dalam rekaman.
Setelah insiden itu, keduanya menuruni tangga pesawat tanpa menunjukkan keintiman seperti biasanya. Sebuah momen lain juga tertangkap kamera ketika Brigitte tidak merespons uluran tangan suaminya, dan pasangan ini melangkah menuruni tangga tanpa bergandengan tangan.
Cuplikan video tersebut segera menyebar cepat di internet, terutama di kalangan akun-akun yang dikenal kritis terhadap Macron. Beberapa komentar bahkan menyebut aksi Brigitte sebagai “tamparan”, meski tak terlihat adanya kekerasan fisik yang nyata.
Menanggapi berbagai spekulasi publik, kantor kepresidenan Prancis menyampaikan respons ringan. Insiden tersebut tidak dianggap serius dan tidak mengganggu jalannya kunjungan resmi Macron di kawasan Asia Tenggara.
Profil Brigitte Macron
Brigitte Macron, istri Presiden Prancis Emmanuel Macron, telah lama menjadi sorotan media dan publik, tidak hanya karena perannya sebagai ibu negara, tetapi juga karena kisah cintanya yang tidak konvensional, latar belakang akademiknya, dan berbagai kontroversi yang mengikutinya. Ia bukan sekadar pendamping presiden, tetapi juga figur publik yang mencerminkan kompleksitas peran perempuan dalam politik modern Prancis.
Cinta yang Tak Biasa
Kisah cinta Brigitte dan Emmanuel Macron dimulai di kota Amiens, Prancis utara, ketika Emmanuel masih berusia 15 tahun dan menjadi murid di sekolah Katolik swasta La Providence, tempat Brigitte mengajar sastra dan teater. Brigitte, yang saat itu berusia 39 tahun, telah menikah dengan banker André-Louis Auzière dan memiliki tiga anak. Hubungan mereka berkembang secara perlahan namun intens, dan sempat mendapat tentangan dari keluarga Emmanuel. Namun, pasangan ini tetap bertahan dan akhirnya menikah pada tahun 2007, setelah Brigitte bercerai.
Perbedaan usia 24 tahun antara keduanya menjadi perhatian luas, tidak hanya di Prancis tetapi juga di dunia. Di tengah masyarakat yang kerap menggambarkan hubungan publik dengan pola patriarkal, kisah cinta mereka menantang norma dan memicu perdebatan tentang gender, usia, dan persepsi romantisme dalam politik.
Latar Belakang dan Karier
Brigitte Marie-Claude Trogneux lahir pada 13 April 1953 di Amiens, dari keluarga terpandang yang menjalankan bisnis cokelat dan roti ternama, Jean Trogneux. Ia merupakan anak bungsu dari enam bersaudara. Sebelum menjadi figur publik, Brigitte menjalani kehidupan sebagai guru sastra dan Latin yang dihormati oleh murid-muridnya. Pengalaman panjangnya di dunia pendidikan membentuk kepekaannya terhadap isu-isu sosial, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak-anak dan remaja.
Sebagai ibu dari tiga anak dan nenek dari tujuh cucu, Brigitte membawa figur "madame" yang tidak hanya personal, tetapi juga simbolik: representasi perempuan Prancis yang matang, berpendidikan, dan aktif dalam ruang publik.
Peran Sebagai Ibu Negara
Ketika Emmanuel Macron menjabat sebagai Presiden Prancis pada 2017, Brigitte tidak serta merta mengadopsi gelar resmi "First Lady", mengingat gelar itu ditolak publik dalam usulan resmi awal. Namun, ia tetap memainkan peran signifikan dalam kegiatan sosial, kemanusiaan, dan pendidikan. Ia dikenal aktif mendukung kampanye melawan perundungan di sekolah, meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, serta mendampingi suaminya dalam perjalanan diplomatik ke berbagai negara.
Di dalam lingkaran istana Élysée, Brigitte dikenal memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan informal. Ia membentuk apa yang dijuluki media sebagai l’aile Madame atau “sayap Madame”, yang menghubungkan istana dengan berbagai komunitas sosial dan kebudayaan. Ia juga dikenal memberikan masukan tajam kepada Presiden Macron, termasuk dalam persoalan gaya komunikasi publik.
Kontroversi dan Tuduhan Palsu
Brigitte Macron tidak luput dari serangan politik, terutama dari kelompok kanan jauh dan teori konspirasi digital. Salah satu tuduhan yang paling mencolok adalah klaim bahwa ia adalah seorang transgender dan dilahirkan sebagai laki-laki dengan nama Jean-Michel Trogneux. Tuduhan ini pertama kali muncul di situs sayap kanan pada September 2021 dan kemudian menyebar luas melalui media sosial.
Pada Desember 2021, Brigitte mengambil langkah hukum terhadap dua perempuan yang menyebarkan klaim tersebut. Setelah melalui proses hukum yang panjang, pada September 2024, pengadilan Prancis memenangkan gugatan Brigitte dan memerintahkan terdakwa untuk membayar ganti rugi sebesar €8.000.
Tuduhan tersebut mendapat amplifikasi dari tokoh-tokoh sayap kanan internasional, termasuk Candace Owens, seorang pengaruh konservatif asal Amerika Serikat yang turut menyebarkan teori tersebut melalui podcast dan platform media sosial. Buku Devenir Brigitte karya Xavier Poussard, meskipun kontroversial dan ditolak banyak kalangan akademik, juga menjadi bagian dari narasi yang berusaha mendiskreditkan figur Brigitte.