Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Ifan Seventeen sebagai direktur utama (dirut) PT Produksi Film Negara (PFN).
Kabar pengangkatan Ifan sebagai dirut PFN dikonfirmasi oleh Juru Bicara Kementerian BUMN Putri Viola. "Betul, direktur utama PFN. Memang ada pengangkatan direksi," ujarnya pada Rabu (12/3/2025).
Keputusan ini sontak memicu keheranan publik. Sebab, musisi bernama lengkap Riefian Fajarsyah yang tak memiliki latar belakang perfilman itu dianggap kurang sesuai menangani BUMN di bidang industri film.
Lantas, apa sebenarnya entitas PT PFN yang komandonya kini dipercayakan kepada Ifan?
Sejarah PT Produksi Film Negara
Era Belanda
Cikal-bakal PT Produksi Film Negara (PFN) bermula pada tahun 1934 dengan didirikannya Java Pacific Film (JPF) oleh Albert Balink. Lahirnya JPF bersamaan dengan Nederlandsch Indische Bioscoopbond (Asosiasi Bioskop Hindia Belanda) dan Film Commisie (kini Lembaga Sensor Film).
Pada masa itu, JPF telah memproduksi sejumlah film yang memperoleh perhatian, salah satunya film Pareh yang diakui sebagai salah satu karya sinematik terbaik Hindia Belanda.
Pada tahun 1936, JPF berganti nama menjadi Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat (ANIF). ANIF tidak hanya memperluas fokusnya pada pembuatan film cerita, tetapi juga pada film dokumenter, yang menjadikannya salah satu pilar penting dalam industri perfilman di Indonesia.
ANIF semakin mencatatkan namanya di pasar perfilman dunia melalui film Terang Bulan yang meraih sukses besar di kancah internasional pada 1937.
Era Jepang
Dengan datangnya pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1943, ANIF diambil alih dan diubah namanya menjadi Nippon Eiga Sha/Perusahaan Film Jepang.
Di bawah kepemimpinan Nippon Eiga Sha, fokus produksi film beralih ke konten propaganda yang melayani kepentingan penjajah Jepang. Hal ini menciptakan tantangan dan perubahan drastis dalam produksi film Indonesia.
Era kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, Nippon Eiga Sha diubah kembali menjadi Berita Film Indonesia (BFI) pada tanggal 6 Oktober 1945 oleh Raden Mas Soetarto.
Di bawah BFI, perusahaan ini berfungsi sebagai lembaga pembuat film pertama yang sepenuhnya milik Indonesia, dan berperan penting dalam mendokumentasikan berbagai peristiwa bersejarah pada masa-masa awal kemerdekaan.
Pada tahun 1950, BFI diubah menjadi Perusahaan Pilem Negara (PPN) oleh Kementerian Penerangan, lalu diganti lagi menjadi Perusahaan Film Negara (PFN). Selama periode 1950-1959, film digunakan sebagai alat perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan.
PFN sempat dibagi menjadi empat badan pada 1957, terdiri dari Central Film Laboratory (CFL), Dinas Film Penerangan (DFP), Dinas Film Cerita (DIFTA) dan Kantor Peredaran Film (KPF)
Pada 16 Agustus 1975, Kementerian Penerangan melalui SK Menteri Penerangan Nomor 55B/MENPEN/1975 memutuskan untuk menjadikan PFN sebagai Pusat Produksi Film Negara (PPFN). Melalui SK tersebut, PPFN bergabung di bawah Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film (RTF) Departemen Penerangan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Baca Juga:Profil Ifan Seventeen: Sang Musisi Yang Kini Menjadi Pembantu Prabowo Sebagai Direktur Utama PT PFN
Transformasi menjadi BUMN
Perubahan status PFN menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terjadi pada 7 Mei 1988 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1988. Transisi ini bertujuan agar PFN mampu menjalankan aktivitasnya secara mandiri dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip ekonomi perusahaan.
Pada 12 Oktober 2023, PFN mengalami kembali bertansformasi menjadi PT Produksi Film Negara (Persero) sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2023 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Produksi Film Negara menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).
Daftar film produksi PT PFN
Mengutip portofolio perusahaan, PT Produksi Film Negara telah menghasilkan sejumlah judul film pendek, film layar lebar, hingga program TV. Berikut daftarnya:
-
Film Klasik: Pelangi di Nusa Laut (1992), Surat Untuk Bidadari (1992), Operasi Trisula (1986), Djakarta 66 (1986), Pengkhianatan G30S/PKI, Kereta Api Terakhir (1981), Serangan Fajar (1981), Harmonikaku (1979), Yuyun Pasien Rumah Sakit Jiwa (1979), Si Nila (1979), Djajaprana (1955), Si Melati (1954), Belenggu Masyarakat (1953), Si Pintjang (1951), Inspektur Rachman (1950), Antara Bumi dan Langit (1936)
-
Film Pendek: Isolasi dan Spaghetti (2020), Menantu Pilihan Bapak (2020), Positif (2020), Riuh (2020), Serangan Fajar (2020), Ulang Tahun Pernikahan (2020), Meja Makan (2022), Ride To Farm (2022), Bukan Sekedar Kata Kasar (2022)
-
Film Layar Lebar: Kuambil Lagi Hatiku (2019), Anak Titipan Setan (2023)
-
Program TV: Corat-Coret (2020), Animasi Petualangan Si Unyil (2019), Si Unyil (1981)