Profil Kardinal Ignatius Suharyo yang Ikut Konklaf Mewakili Indonesia

30 Apr 2025 11:03 WIB

thumbnail-article

Uskup Keuskupan Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo saat memberikan keterangan pers seusai memimpin Misa Requiem di Gereja Katedral, Jakarta, Kamis (24/4/2025). (ANTARA/Asep Firmansyah) .

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Nuha Khairunnisa

Sepeninggal Paus Fransiskus, Vatikan akan menggelar konklaf untuk memilih Paus yang baru. Sebagaimana tradisi yang telah berlangsung sejak lama, konklaf akan dihadiri oleh para kardinal dari seluruh dunia. Kardinal Ignatius Suharyo asal Bantul, Indonesia, menjadi salah satu perwakilannya.

Berdasarkan informasi di laman Catholic Hierarchy, Kardinal Suharyo akan berpartisipasi dalam konklaf di Vatikan bersama 133 kardinal lainnya. Adapun Konklaf 2025 dijadwalkan berlangsung pada Rabu, 7 Mei 2025 waktu setempat.

Kardinal Suharyo dijadwalkan terbang ke Vatikan pada Minggu (4/5/2025). Terkait keikutsertaannya dalam konklaf, Kardinal Suharyo mengaku tak punya persiapan khusus. Namun, ia telah membayangkan bagaimana prosesi konklaf akan berlangsung.

"Saya kira kira sudah bisa membayangkan siapa nanti yang akan banyak berbicara. Siapa nanti yang akan banyak mengemukakan gagasan-gagasan sehingga dapat memperkaya para kardinal yang ikut di dalam konklaf untuk menentukan pilihannya. Tapi kita tidak akan pernah tahu siapa yang akan terpilih. Tidak pernah tahu," ujarnya.

Lalu, seperti apa profil dari Kardinal Ignatius Suharyo yang akan mewakili Indonesia dalam konklaf di Vatikan?

Latar belakang Kardinal Suharyo

Kardinal Ignatius Suharyo lahir pada 9 Juli 1950 di Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Ia merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara dalam keluarga yang memiliki komitmen religius yang kuat.

Dalam keluarganya, satu saudara laki-lakinya menjadi biarawan, dan dua saudara perempuannya menjalani kehidupan sebagai biarawati. Sejak kecil, Suharyo telah dikenalkan dengan nilai-nilai ajaran Katolik yang membentuk fondasi spiritualnya.

Minat Suharyo terhadap kehidupan keagamaan dimulai pada usia sebelas tahun ketika ia masuk ke Seminari Menengah Mertoyudan. Seiring berjalannya waktu, Suharyo semakin memahami panggilannya dan melanjutkan pendidikan teologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Setelah itu, ia memperoleh gelar lisensiat dan doktor dari Pontifical Urban University di Roma pada tahun 1979 dan 1981, yang semakin memantapkan kapasitas akademik dan spiritualnya.

Kardinal Suharyo tidak hanya fokus pada pembelajaran akademis, namun juga aktif dalam pendidikan spiritual. Sebagai pengajar di berbagai lembaga pendidikan seperti Sanata Dharma, ia mengembangkan potensi generasi muda dalam memahami ajaran Katolik dan isu-isu sosial. Pemahaman mendalamnya tentang filsafat dan teologi turut berkontribusi pada pencapaian misi gereja di Indonesia.

Karir keagamaan Kardinal Suharyo

Kardinal Suharyo ditahbiskan sebagai imam pada 26 Januari 1976. Setelah menjalani berbagai peran dan posisi, ia menerima tahbisan episkopal pertama sebagai Uskup Semarang pada 22 Agustus 1997. Di bawah kepemimpinannya, Gereja Katolik di Semarang berkembang dalam hal dialog antaragama dan keterlibatan sosial.

Pada 29 Juni 2010, Suharyo diangkat sebagai Uskup Agung Jakarta menggantikan Julius Kardinal Darmaatmadja. Dalam kapasitas ini, ia berperan penting dalam memimpin kegiatan Gereja Katolik di ibu kota Indonesia serta mewakili kepentingan umat Katolik di tingkat nasional dan internasional.

Pada 5 Oktober 2019, Paus Fransiskus mengangkat Suharyo menjadi kardinal, menjadikannya sebagai kardinal ketiga dari Indonesia. Sebagai seorang kardinal, ia memiliki tanggung jawab lebih besar dalam berbagai aspek kepemimpinan gereja, termasuk menjabat sebagai ketua Konferensi Waligereja Indonesia, di mana ia menekankan pentingnya pembaruan dan keterlibatan gereja dalam isu-isu kontemporer.

Aktivisme sosial dan lingkungan

Inisiatif keadilan sosial di Jakarta

Kardinal Suharyo dikenal sebagai advokat yang gigih untuk keadilan sosial. Pada tahun 2016, ia mendirikan sebuah komisi keadilan dan perdamaian di Jakarta, berfokus pada isu-isu yang dihadapi oleh kelompok-kelompok yang terpinggirkan di kota. Dalam perannya, ia berupaya mengadvokasi kebijakan yang mendukung hak-hak asasi manusia dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keadilan sosial.

Kampanye kesadaran lingkungan

Selain isu-isu sosial, Kardinal Suharyo juga berkomitmen pada kesadaran lingkungan. Ia telah berbicara secara terbuka mengenai masalah sampah plastik di Indonesia dan pentingnya tindakan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Melalui kampanyenya, ia mendorong tindakan kolektif di kalangan umat Katolik dan masyarakat luas.

Dialog antaragama dan toleransi

Dalam konteks keberagaman Indonesia, Kardinal Suharyo aktif mempromosikan dialog antaragama dan toleransi. Ia percaya bahwa kolaborasi antar umat beragama adalah kunci untuk menciptakan harmoni dan perdamaian di masyarakat. Di Jakarta, dia mendukung keterlibatan aktif berbagai komunitas dalam kegiatan yang membangun solidaritas dan pengertian antar pemeluk agama.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER