Profil Try Sutrisno: Jenderal TNI yang Mendapat Hormat Dari Presiden Prabowo

8 May 2025 18:18 WIB

thumbnail-article

Prabowo dan Try Sutrisno Sumber: Antara.

Penulis: Elok Nuri

Editor: Elok Nuri

Nama Jenderal (Purn) Try Sutrisno tengah hangat menjadi perbincangan publik, hal ini lantaran ia terlihat akrab dan duduk satu meja dengan Presiden Prabowo diacara halalbihalal purnawirawan TNI-Polri yang digelar di Balai Kartini, Jakarta pada Selasa, 6 Mei 2025 lalu.

Tidak hanya itu, mantan Wakil Presiden keenam Republik Indonesia ini mendapatkan hormat dari orang nomer satu Republik ini, dibsalah satu kesempatan Presiden Prabowo terluihat memberi hormat kepada kepada salah satu tokoh penting di dunia militer Indonesia tersebut sebelum berpidato dalam acara Halalbihalal Purnawirawan TNI AD.

Sikap Presiden Prabowo tersebut tentu mendapatkan respon positif dari publik, lantas siapa dan bagaimana latar belakang Try Sutrisno

Profil Try Sutrisno

Try Sutrisno lahir pada 15 November 1935 di Surabaya, Jawa Timur, dalam keluarga sederhana. Ayahnya, Subandi, bekerja sebagai sopir ambulans di Dinas Kesehatan Kota Surabaya, sementara ibunya, Mardiah, adalah seorang ibu rumah tangga.

Sejak kecil, Try hidup di tengah situasi yang penuh tantangan, terutama karena kondisi perang yang melanda Indonesia saat itu. Ketika Belanda mencoba kembali menjajah Indonesia, keluarganya pun terpaksa mengungsi ke Mojokerto.

Di Mojokerto, Try tidak bisa melanjutkan sekolah dan harus bekerja sebagai penjual rokok dan koran untuk membantu keluarganya. Saat berusia 13 tahun, dia mulai bersimpati pada perjuangan kemerdekaan dan berusaha untuk bergabung dengan Batalyon Poncowati.

Namun, karena usianya yang masih terlalu muda, usahanya tidak dianggap serius. Akhirnya, ia bekerja sebagai kurir, mencari informasi di wilayah yang dikuasai Belanda dan mengirimkan obat-obatan untuk pasukan Indonesia.

Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949, Try dan keluarganya kembali ke Surabaya. Dia kemudian melanjutkan pendidikan di sekolah menengah, lulus pada tahun 1956, sebelum mencoba mendaftar di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad).

Meskipun awalnya gagal dalam pemeriksaan fisik, kegigihan Try untuk bergabung dengan militer membuahkan hasil setelah ia mendapatkan kesempatan kedua dan diterima menjadi taruna di Atekad.

Selama bersekolah di Atekad, Try Sutrisno berkenalan dengan banyak tokoh militer lain yang berpengaruh di Indonesia, termasuk Benny Moerdani. Pendidikan militer yang diperoleh Try di Atekad dan pengalaman militer awalnya membentuk karakter dan kepemimpinan yang kelak mengantarkannya ke puncak posisinya dalam jajaran militer Indonesia.

Karier Militer Try Sutrisno

Setelah menyelesaikan pendidikan, Try Sutrisno memulai karier militernya pada tahun 1957, terlibat dalam pertempuran melawan pemberontakan PRRI. Kariernya terus meroket ke posisi yang lebih tinggi; pada tahun 1988, ia diangkat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab), menggantikan Jenderal TNI LB Moerdani.

Selama menjabat sebagai Pangab, Try dikenal menjalankan beberapa tugas penting, baik dalam negeri maupun luar negeri, untuk mempertahankan stabilitas nasional.

Posisi-posisinya yang lain mencakup Panglima Daerah KODAM IV/Sriwijaya, KODAM V/Jaya, serta menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Keberhasilannya dalam menjaga keamanan dan stabilitas, terutama pada masa-masa genting seperti pemberontakan di Aceh dan insiden Santa Cruz di Timor Timur, menjadi catatan penting dalam sejarah militer Indonesia.

Dalam proses karier militernya, Try Sutrisno mengalami berbagai pertempuran dan operasi militer yang signifikan, salah satunya adalah Operasi Pembebasan Irian Barat pada tahun 1962.

Keterlibatannya dalam operasi ini tidak hanya membuatnya dikenali secara luas tetapi juga membentuk hubungannya dengan Soeharto, yang saat itu memimpin Komando Mandala. Perkenalan ini kelak menjadi salah satu yayasan untuk karier politiknya di masa mendatang, setelah ia diangkat sebagai ajudan presiden pada tahun 1974.

Peran Sebagai Wakil Presiden

Try Sutrisno diangkat sebagai Wakil Presiden Indonesia ke-6 pada tahun 1993 dan menjalani masa kepemimpinan yang penuh tantangan hingga tahun 1998. Selama periode ini, dia membantu Soeharto dalam menjaga stabilitas politik dan ekonomi negara. Posisi ini juga menempatkannya sebagai salah satu tokoh penting dalam era Orde Baru, di mana hubungan di antara militer dan pemerintah sangat erat.

Sebagai wakil presiden, Try Sutrisno dikenal karena integritasnya, tidak ambisius, dan komitmennya untuk tidak menghalalkan segala cara demi mendapatkan kekuasaan. Interaksi dan koordinasi yang erat antara dirinya dan Soeharto menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan politik pada masa tersebut.

Masa jabatannya sebagai wakil presiden juga diwarnai dengan berbagai tantangan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menjelang akhir masa Orde Baru, ditambah dengan kritik terhadap kebijakan pemerintah, memicu protes yang meluas. Try Sutrisno mencoba menanggapi tantangan ini dengan tetap menjaga stabilitas internal dan menyelaraskan kebijakan pemerintah dengan kebutuhan masyarakat.

Meskipun masa jangkuan presidenannya berakhir pada tahun 1998, sumbangsih Try Sutrisno dalam bentuk kebijakan dan pemikiran strategis tetap menjadi fondasi bagi penggantinya dan bahkan bagi generasi pemimpin yang akan datang.

Penghargaan Try Sutrisno

Karena jasa-jasanya yang luar biasa, Try Sutrisno dianugerahi berbagai penghargaan dan tanda jasa, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa di antaranya termasuk Bintang Republik Indonesia Adipradana, Bintang Mahaputera Adipurna, dan berbagai penghargaan internasional seperti Bintang Legiun Veteran Republik Indonesia dan Commander of the National Order of the Legion of Honour dari Prancis. Penghargaan ini mencerminkan kontribusi dan dedikasi Try Sutrisno dalam menjaga keamanan serta kedaulatan negara.

Setelah pensiun dari dunia militer dan politik, Try Sutrisno tetap aktif berkontribusi terhadap masyarakat dan bangsa. Ia menjadi salah satu pemain penting dalam forum-forum purnawirawan yang memperjuangkan kepentingan veteran dan prajurit, serta terus terlibat dalam kegiatan sosial yang mendukung generasi muda.

Peran yang ditinggalkan oleh Try Sutrisno tetap hidup dalam berbagai program serta inisiatif yang ditujukan untuk memperkuat ideologi Pancasila dan kebangsaan. Sebagai Wakil Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), ia menunjukkan bahwa semangat kebangsaan dan komitmennya untuk Indonesia tetap relevan dan berharga dalam konteks pembangunan masa depan.

Sikap rendah hati dan kesederhanaan Try Sutrisno merupakan teladan bagi banyak orang, tidak hanya di kalangan militer, tetapi juga di masyarakat luas. Melalui kisah hidupnya, ia menginspirasi banyak generasi untuk berjuang demi kebaikan bersama dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan jiwa nasionalisme.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER