16 November 2022 10:11 WIB
Penulis: Rahma Arifa
Editor: Akbar Wijaya
Sudah bukan rahasia lagi jika para elite PDI Perjuangan acap mengeluarkan kritikan dan sindiran kepada Anies Baswedan baik saat ia memimpin DKI Jakarta maupun setelah dideklarasikan sebagai calon presiden oleh Partai Nasdem.
Namun apa jadinya jika di tengah kritik dan sindiran yang gencar mereka lakukan, salah satu kader yang kini menjabat sebagai Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka malah justru asik sarapan dan ngobrol bareng dengan Anies Baswedan?
Gelagapan. Itulah kesan yang tergambar dari pernyataan-pernyataan para elite PDI Perjuangan.
Ibarat buah simalakama mereka bingung antara mau menutup mata atau bereaksi keras.
Ingin menutup mata namun pertemuan itu seperti dikatakan Said Abdullah akan besarkan nama Anies Baswedan, tapi kalau pun Gibran akan diberi sanksi sebagai kader ia merupakan putra Presiden Jokowi.
Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka melakukan sarapan bersama dengan eks gubernur DKI Jakarta sarapan bareng di Hotel Novotel, Jalan Slamet Riyadi No. 272, Solo.
Gibran datang ke hotel tempat Anies menginap tersebut sekitar pukul 07.42 WIB. Setelah turun dari mobil ia langsung disambut calon presiden dari Partai Nasdem itu di depan pintu lobi hotel.
Sarapan bersama ini digelar sebelum keduanya menghadiri acara Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi di area Masjid Ar Riyadh, Pasar Kliwon, Solo.
Lantas, apa saja yang mereka bicarakan sepanjang sarapan?
Anies memuji Gibran sebagai walikota yang berhasil membuat Kota Solo makin rapih, tertib, dan bersih.
“Pagi ini senang bisa silaturahmi dengan Pak wali kota. Alhamdulilah melihat Solo rapi, bersih, tertib," kata Anies kepada wartawan usai pertemuan.
“Saya senang di bawah Mas Gibran Solo makin maju, berkembang.”
Anies juga memuji Gibran sebagai sosok yang andhap asor alias rendah hati karena mau bersilaturahmi dengan berbagai kalangan.
“Beliaunya sendiri saya suka karena Mas Gibran menjangkau semua. Semua disapa, silaturahmi pada semuanya. Kalau saya bilang andhap asor beliau ini. Itu salah satu sifat baik yang jadi contoh,"
Begitu juga halnya dengan Gibran yang mengaku ingin mencontoh keberhasilan Anies mengelola transportasi publik di Jakarta.
“Kalau masalah transportasi yang bisa kami jadikan percontohan kan Jakarta ya. Kalau di Solo banyak warga commute ke Solo, banyak dari Jogja ke Solo naik KRL. Ke depan harus kami perbanyak, masifkan transportasi umum," kata Gibran.
Anies mengatakan dalam pertemuannya dengan Gibran mereka juga saling berbagi pengalaman dalam memimpin sebuah daerah.
"Kami saling sharing pengalaman, sama-sama pernah bertugas mengelola sebuah kota. Di Jakarta walaupun namanya gubernur, sesungguhnya itu juga sebuah kota tapi besar. Sama dengan Solo juga begitu," katanya.
Anies dan Gibran kompak menjawab tidak membicarakan isu-isu politik dalam pertemuan yang mereka gelar.
Soal wacana Gibran maju di Pilkada DKI Jakarta 2024 mendatang misalnya, Anies mengatakan hal itu ia serahkan kepada Gibran.
“Beliau (Gibran) yang paling tahu,” ujarnya.
Sedangkan Gibran mengatakan:
“Enggak bicara masalah itu.”
Sejumlah elite PDI Perjuangan tampak gelagapan menanggapi pertemuan tiba-tiba antara Anies dan Gibran. Mau dibiarkan Gibran merupakan kader PDI Perjuangan, mau disanksi tapi dia putra Presiden Jokowi.
Sekjend PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang selama ini termasuk gencar mengkritik dan menyindir Anies misalnya, tampak kebingungan bagaimana bereaksi terhadap isu ini.
Di satu sisi ia bilang bahwa silaturahmi sebagai budaya, namun di sisi lain ia juga mempertanyakan kemungkinan adanya agenda politik lanjutan di balik pertemuan itu.
"Ya kalau pertemuan silaturahmi itu kan budaya kita, tetapi apakah pertemuan itu dilanjutkan dengan agenda politik? Nah, itu yang harus dipertanyakan," kata Hasto dikutip dari CNN Indonesia di Gedung Dakwah PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Selasa (15/11/2022).
Hasto juga mengakui bahwa dalam diri Gibran terdapat tiga entitas politik berbeda: Pertama, sebagai kader PDI Perjuangan. Kedua, sebagai Walikota Solo. Ketiga, sebagai putra Presiden Jokowi.
Sehingga Hasto tampak tidak bisa memberikan gambaran yang terang bagaimana sikap resmi partai terhadap pertemuan Gibran dengan Anies.
"Mas Gibran kader PDIP dan kemudian di dalam membangun silaturahmi dengan berbagai tokoh-tokoh apa pun Mas Gibran kan juga putra Presiden Jokowi. Sehingga sebagai wali kota dia menerima tamu dari berbagai elemen termasuk yang datang dan berkunjung ke Solo," kata Hasto.
Reaksi lebih keras disampaikan Ketua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah. Ia menuding ada kepentingan dan maksud tertentu dari Anies Baswedan saat menemui Wali Kota Solo Gibran Rakabuming sekaligus putra Presiden Joko Widodo.
"Maksudnya Anies mau jadi king maker di DKI? Kalau Anies yang mau majukan Gibran, Anies nggak punya partai. Gibran kader PDIP. Itulah tricky politik Anies saja untuk memecah belah PDIP," kata Said dikutip Antara di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa.
Said juga menanggapi pujian Anies kepada Gibran. Menurutnya pujian itu disampaikan karena menurutnya Anies tidak punya kinerja.
"Itu (pujian ke Gibran) bagian cara Anies membuat contrasing terus-menerus langkahnya supaya lebih dikenal publik dan ingat kalau dia muji-muji Gibran pasti ada udang di balik batu." ucapnya menegaskan.
Lebih lanjut, Said mengatakan langkah Anies menemui Gibran itu semata untuk kepentingan pribadi. Menurut Said, Anies sedang mencari keuntungan politik untuk memperbesar suaranya sebagai calon presiden Partai NasDem di Pilpres 2024.
Menanggapi reaksi para elite PDI Perjuangan, Gibran justru menganggap tidak ada yang salah dalam pertemuannya dengan Anies.
Alih-alih mengamini reaksi keras Sai’d Abdullah, Gibran Rakabuming malah justru membantahnya. Ia tak melihat pertemuannya dengan Anies sebagai upaya memecah belah PDI Perjuangan.
“Memangnya silaturahmi itu untuk pecah belah? Yang namanya silaturahmi itu untuk mempererat persahabatan,” kata Gibran dikutip CNN Indonesia di Balai Kota Solo, Selasa (15/11/2022).
Gibran mengatakan banyak belajar dari Anies yang telah berpengalaman lima tahun memimpin Jakarta sekaligus menjalin hubungan baik.
Gibran juga memastikan tidak ada agenda politik di balik pertemuannya dengan Anies. Lagi pula, kata Gibran, ia tidak termasuk dalam struktur perngurus partai.
"Enggak ada politik. Saya kan bukan struktur partai. Tujuan saya silaturahmi bukan itu. Nggak ada negosiasi-negosiasi apa pun selain belajar. Saya yang belajar dari beliau yang sudah berpengalaman," ujarnya.
Gibran enggan mengontak-ngotakan diri dalam kubu-kubu politik tertentu. Menurutnya yang terpenting adalah silaturahmi dilakukan dengan semua pihak, termasuk dengan Anies yang ia akui bisa menjadi tempat belajar mengelola transportasi umum.
"Justru gunanya silaturahmi kan itu. Beda kubu, sama kubu, kabeh silaturahmi," katanya.
Gibran pun menegaskan siap mendapatkan sanksi dari PDIP jika pertemuan itu dianggap tak sesuai ketentuan.
"Siap. Mau ada teguran, hukuman, saya siap," katanya.
KOMENTAR
Latest Comment