Advertisement

Satu Dekade Pestarama: Melestarikan Budaya dan Sastra Islami Melalui Panggung Akademik

16 May 2025 15:11 WIB

thumbnail-article

Seminar Nasional Pestarama 10 Sumber: Pestarama 10.

Penulis: Press Release

Editor: Press Release

Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2016, Pekan Apresiasi Sastra dan Drama atau yang akrab dikenal dengan nama Pestarama, telah berkembang menjadi sebuah ajang kebudayaan yang dinantikan. Diselenggarakan oleh sivitas akademika Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Pestarama menjadi cerminan semangat kolektif dalam menjaga, merawat, dan mengembangkan tradisi literasi serta seni di lingkungan akademik.      

Pestarama 10: Perjalanan Satu Dekade Apresiasi Sastra dan Budaya 

Pestarama 10 yang diselenggarakan tahun ini menjadi momen spesial sebab menandai satu dekade perjalanannya. Dengan mengusung tema “Relung Langkah Budayawan Muslim Indonesia 2”, Pestarama 10 menghadirkan beragam kegiatan budaya yang unik, seperti Lokakarya 1-6, Workshop Keaktoran dan Penulisan Puisi, Seminar Nasional dan Tribute, Panggung Ekspresi, Pementasan Teater, dan Pameran.  

Kepala Program Studi PBSI, Dr. Ahmad Bahtiar, M.Hum., menegaskan bahwa UIN Jakarta melalui Pestarama tidak hanya merayakan karya sastra, tetapi juga membangun ekosistem intelektual yang inklusif.  “Pestarama bukan hanya ruang apresiasi seni, tapi juga wahana praktik akademik lintas jenjang.” ujarnya. 

Seminar Nasional dan Tribute: Ruang Apresiasi Sastra dan Para Tokoh Sastra Islam

Salah satu rangkaian kegiatan dalam Pestarama 10 yaitu Seminar Nasional dan Tribute, telah dilaksanakan pada Rabu, 14 Mei 2025 di Aula Student Center UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta. Mengusung tema “Peran Lembaga Kebudayaan Islam dalam Membentuk Sastra dan Drama Bernapas Islam di Indonesia 2”, kegiatan ini bertujuan untuk merefleksikan peran lembaga-lembaga kebudayaan Islam serta memberikan penghormatan kepada tokoh budayawan Muslim yang berjasa dalam ranah kesusastraan dan kesenian Islam. 

Empat narasumber terkemuka hadir dalam seminar tersebut. Dr. Kusen, S.Ag., M.Ag., Ph.D. (dikenal sebagai Kiai Cepu), menekankan bahwa inti dari sastra Islam adalah nilai-nilai kebenaran, bukan sekadar simbol-simbol keagamaan. Sementara itu, narasumber kedua Bambang Prihadi membahas secara komprehensif peran lembaga kebudayaan Islam dalam membentuk sastra dan teater bernapas Islam.

Narasumber ketiga, Rahmat Hidayatullah menyoroti kontribusi Lembaga Kebudayaan Islam (LKI) sebagai wadah pengembangan sastra bernilai Islam. Adapun narasumber keempat, yaitu Mahwi Air Tawar, dalam sesi tribute, mengulas warisan sastra dan teater dari Muhammad Diponegoro, khususnya kontribusinya dalam perkembangan budaya Islam di Yogyakarta. Ia menekankan pentingnya menggali dan merawat warisan tersebut agar tetap relevan dengan perkembangan zaman.

Sesi ini menjadi ruang reflektif yang mengajak peserta untuk melihat sastra sebagai warisan budaya yang penting untuk terus dijaga dan dikembangkan, sekaligus mengapresiasi para tokoh sastra Islam. 

Penyampaian Dakwah Lewat Panggung Melalui Pementasan Drama Bernapas Islam

Puncak acara Pestarama 10 yaitu pementasan, diselenggarakan pada 20 Mei - 22 Mei 2025 di Gedung Teater Bulungan Jakarta Selatan. Pada acara pementasan, ditampilkan tiga drama bernapas Islam yang menyuarakan pesan dakwah melalui seni peran. Pada hari pertama, 20 Mei 2025, dipentaskan drama “Masyitoh” karya Ajip Rosidi. Kemudian pada 21 Mei 2025, ditampilkan pementasan drama “Tikungan Iblis” karya Emha Ainun Nadjib, dan tanggal 22 Mei 2025 ditampilkan drama “Iblis” karya Muhammad Diponegoro. Tak hanya pertunjukan teater, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan Pameran Seni bertema “Keteguhan Iman dalam Modernisasi”, yang berlangsung selama tiga hari penuh. 

Penutupan Pestarama 10: Panggung Ekspresi Penuh Makna

Pestarama 10 ditutup dengan acara Panggung Ekspresi bertema “Ekspresi Diri Melalui Seni dan Budaya”, yang digelar pada 31 Mei 2025. Acara ini menjadi ruang terbuka bagi mahasiswa dan komunitas seni untuk menampilkan karya seperti puisi, musik, tari, hingga teater mini yang mencerminkan semangat kreatif dan kepekaan budaya. Ragam penampilan yang ditampilkan dengan antusias dan ketulusan menjadikan Panggung Ekspresi sebagai penutup yang penuh warna dan bermakna dalam perjalanan Pestarama 10.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER

Advertisement
Advertisement