Seberapa Realistis Film Conclave Dibandingkan dengan Proses Konklaf Sebenarnya?

30 Apr 2025 14:13 WIB

thumbnail-article

Adegan dalam film "Conclave". (IMDb) Sumber: (IMDb).

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Nuha Khairunnisa

Setelah wafatnya Paus Fransiskus, proses pemilihan paus baru pun dimulai. Di kalangan penggemar sinema, film Conclave kembali menyeruak ke permukaan dan menjadi trending topic.

Film karya sutradara Edward Berger ini menggambarkan secara detail prosesi konklaf untuk memilih paus baru. Banyak orang kemudian bertanya-tanya, seberapa realistis gambaran konklaf dalam film Conclave dengan realitas sebenarnya?

Perlu diketahui, konklaf merupakan sebuah urusan yang sangat rahasia. Para kardinal yang berpartisipasi akan diasingkan dari dunia luar untuk mengikuti pemilihan dengan cara yang masih begitu lekat dengan tradisi.

Sepanjang berjalannya konklaf, kardinal diharuskan untuk berkumpul di ruang-ruang yang telah disiapkan. Mereka hanya dapat berbicara satu sama lain seputar pemilihan tersebut.

Hal ihwal terkait konklaf yang serba rahasia membuat banyak orang penasaran akan situasi di dalam Kapel Sistina yang menjadi lokasi pemungutan suara. Dengan adanya film Conclave, masyarakat luas sedikit banyak dapat melihat prosesnya. Namun, apakah proses konklaf dalam film ini benar-benar seperti aslinya?

Sinopsis film Conclave

Film Conclave yang meraih pengharaan Skenario Adaptasi Terbaik pada Oscar 2025 mempertontonkan proses pemilihan paus dengan berbagai intrik politik dan emosional yang terjadi di balik layar.

Alur cerita dalam film ini berpusat pada Kardinal Thomas Lawrence (Ralph Fiennes), Kepala Dewan Kardinal yang bertanggung jawab dalam penyelengaraan konklaf usai wafatnya paus akibat serangan jantung.

Ada setidaknya empat kandidat terkuat yang diunggulkan untuk menjadi paus berikutnya. Mereka adalah Kardinal Aldo Bellini (Stanley Tucci) dari Amerika yang progresif, Kardinal Joshua Adeyemi (Lucian Msamati) dari Nigeria yang konservatif, Kardinal Joseph Tremblay (John Lithgow) dari Kanada yang moderat, dan Kardinal Goffredo Tedesco (Sergio Castellitto) dari Italia yang merupakan seorang traditionalis.

Film ini menggabungkan elemen drama, thriller, dan dinamika sosial yang kompleks dalam konteks gereja.

Kesesuaian film Conclave dengan proses konklaf sebenarnya

Representasi visual

Visual dalam film Conclave secara akurat menggambarkan keindahan ruang-ruang di Vatikan, terutama Kapel Sistina. Kapel ini menjadi lokasi pusat penyelenggaraan konklaf, yakni pemungutan suara oleh para kardinal untuk memilih paus yang baru.

Setiap detail, mulai dari lukisan di langit-langit hingga tata letak ruangan, cukup merepresentasikan nuansa sakral dalam prosesi konklaf yang sebenarnya.

Detail proses voting dan ritual

Proses voting yang ditampilkan dalam film juga didasarkan pada fakta-fakta kunci dari konklaf yang sebenarnya. Setiap kardinal memberikan suaranya dengan menulis nama kardinal yang dipilih pada selembar kertas. Mereka kemudian maju ke altar secara bergantian dan memasukkan kertas yang telah dilipat ke dalam wadah khusus.

Setelah semua kardinal memberikan suaranya, proses penghitungan suara akan dimulai. Tahapan ini dilakukan oleh tiga orang kardinal yang dipilih secara acak. Usai hasil voting diperoleh, semua kertas akan dibakar.

Proses pemilihan ini menggunakan asap sebagai sinyal kepada publik. Asap hitam menunjukkan bahwa pemilihan belum membuahkan hasil, sementara asap putih menandakan bahwa paus baru telah terpilih.

Pengasingan para kardinal

Salah satu aspek paling menonjol dari film Conclave adalah pengasingan para kardinal dari dunia luar selama berjalannya konklaf. Hal ini adalah fakta; para kardinal yang berpartisipasi dalam konklaf akan diputus interaksinya dengan dunia luar, baik selama berdiam di Domus Sanctae Marthae maupun saat proses voting di Kapel Sistina.

Mereka terkurung dalam lingkup yang sangat rahasia, terpisah dari media dan pengaruh eksternal. Di dalam film, pengasingan ini memunculkan ketegangan dan keintiman di antara para kardinal.

Intrik politik

Film Conclave secara cermat menggambarkan intrik politik yang terjadi di balik dinding-dinding Basilika Santo Petrus. Sejumlah kardinal memiliki agenda tersembunyi dan membentuk koalisi untuk mewujudkan visi mereka tentang masa depan gereja. Catatan sejarah menunjukkan hal serupa. Selain tuntutan spiritual, elemen-elemen politis juga memainkan peran penting dalam proses pemilihan paus.

Penggambaran kehadiran Roh Kudus

Selain itu, film ini mencakup tema tentang keterlibatan Roh Kudus dalam proses pemilihan. Di balik semua pembicaraan politik dan ambisi pribadi yang terjadi, ada nuansa bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan Tuhan. Ini menjadi elemen penting yang menekankan kehendak spiritual dalam proses konklaf.

Hal-hal yang tidak akurat dalam film

Kesalahan penggambaran karakter kardinal

Meskipun film ini berhasil dalam banyak hal, ada beberapa ketidakakuratan yang perlu dicatat. Misalnya, penggambaran beberapa karakter kardinal tampak stereotipikal, yang memperkuat pandangan umum mengenai perpecahan di dalam gereja. Hal ini dapat memberikan gambaran yang keliru kepada penonton terkait kompleksitas sejati dari hubungan antar kardinal.

Proses pembakaran kertas suara

Selanjutnya, proses pembakaran surat suara yang digambarkan dalam film tidak sepenuhnya tepat. Dalam film, setiap surat suara akan langsung dibakar setelah isinya dibaca. Pada kenyataannya, surat suara dibakar setelah setiap sesi pemungutan suara, bukan setelah setiap suara. Penyesuaian ini mungkin untuk tujuan dramatis, tetapi bisa menimbulkan kebingungan tentang prosedur yang sebenarnya.

Akhir yang tidak realistis

Pada akhirnya, akhir film Conclave yang menghadirkan twist dramatis memperoleh kritik karena dianggap tidak realistis. Momen kunci yang menandai pemilihan paus tampak terlalu bombastis dan tidak mencerminkan proses pemilihan yang sebenarnya, yang lebih mengedepankan kedamaian dan kehati-hatian dibandingkan dengan ledakan dramatis.

Meskipun Conclave menyajikan banyak kebenaran mengenai proses pemilihan paus, film ini juga mengandung elemen-elemen fiksi yang perlu diperhatikan oleh penonton. Namun, hal ini tidak mengurangi daya tarik film Conclave dalam mengungkapkan dinamika kompleks pemilihan pemimpin spiritual terbesar di dunia.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER