21 Mei 2023 17:05 WIB
Penulis: Dzikri N. Hakim
Editor: Akbar Wijaya
Butuh waktu 32 tahun bagi Tim Nasional Sepak Bola Indonesia (Timnas) membawa pulang medali emas Sea Games.
Timnas berhasil mengakhiri puasa juara usai mengalahkan Thailand dengan skor telak pula 5-2 di babak final.
Kemenangan Timnas disyukuri dan disambut gegap gempita para pecinta sepak bola tanah air.
Meski begitu, kemenangan tersebut bukan berarti menjadi hal yang tidak lagi memerlukan evaluasi. Pertanyaan kemudian mengemuka benarkah keberhasilan ini petanda sepak bola Indonesia sedang dilakoni generasi emasnya?
Jawaban atas pertanyaan tersebut muncul lantaran komposisi pemain yang diterjunkan dalam laga Sea Games di Kamboja beberapa di antaranya merupakan para pemain timnas senior.
Sebut saja nama Muhammad Ferrari, Witan Sulaeman, Rizki Ridho, Pratama Arhan, Marselino dan Ramadhan Sananta yang meskipun berusia 22 tahun ke bawah merupakan pemain berlabel timnas senior.
Peneliti sepak bola sekaligus pendiri Save Our Socce Akmal Marhali melihat pemanggilan timnas senior dalam squad Garuda Sea Games 2023 tak lepas dari minimnya persiapan.
Tanggapan ini menurutnya berangkat dari penjelasan dari pelatih Indra Sjafri.
“Begini, pertama-tama, kalau coach Indra Sjafri menyebut bahwa Timnas (sea games) dipersiapkan dalam waktu yang singkat. Sekitar 2-3 bulan,” kata Akmal kepada Narasi, Jum'at (19/5/2023).
Akmal mengatakan Indonesia sebenarnya selalu punya bibit muda potensial. Hal ini menurutnya bahkan diakui oleh eks pemain Chelsea dan Real Madrid yang pernah merumput di Persib Bandung Michael Essien.
Dalam sebuah obrolan Akmal mengatakan Essien mengakui potensi pemain muda Indonesia amatlah luar biasa, bahkan cenderung lebih baik daripada pemain sepak bola di Afrika.
“Dan saya paling ingat, apa kata-kata Michael Essien, karena kebetulan sebelum Michael Essien selesai kontraknya dengan Persib, sebelum pulang (ke negaranya) kita ngobrol-ngobrol dan dia bilang 'Potensi sepak bola di negeri ini luar biasa',” ucap Akmal.
Persoalanya menurut Akmal pesepakbola Indonesia cenderung cepat merasa puas, apalagi jika mendapat kontrak dari klub besar dengan gaji tinggi.
“Cuma permasalahannya, misal, kalo kata Michael Essien waktu itu, kenapa? pemain Indonesia itu sudah merasa puas kalau sudah main di klub besar, walaupun jadi cadangan, yang penting digaji besar. Itu mereka sudah puas,” terangnya.
Faktor mental terlalu cepat menjadi idola juga menjadi sebab mengapa pemain-pemain potensial cenderung layu sebelum berkembang.
“Terus diidolakan, dielu-elukan, didaftarkan haji dan umroh. Itu mereka sudah puas. Udah, sampe situ saja akhirnya target pemain Indonesia. Kalau udah nyampe level itu, mereka sudah merasa mendapatkan segala-galanya dari sepak bola,” papar Akmal.
Keberhasilan Timnas meraih medali emas Sea Games 2023 Kamboja tak cuma disambut gegap gempita oleh publik pecinta sepak bola tapi juga pemerinta.
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menggelar acara pawai atau arak-arakan bertema “Kirab Juara” pada Jumat (19/5/2023) meski sebenarnya Indonesia berada di posisi ketiga saat ajang olah raga seluruh Asia Tenggara itu ditutup.
Akmal mengingatkan euforia kemenangan Timnas jangan sampai membuat para pemain terlena.
“Boleh saja, sebenarnya (euforia) karena akhirnya setelah 32 tahun kita baru saja mendapat medali emas itu kembali, tapi setelah itu semua harus segera kembali dan menjemput (prestasi) yang lainnya lagi,” ucap Akmal.
Sebab, kemenangan timnas di Sea Games Kamboja menurutnya merupakan anak tangga pertama yang perlu didaki lebih tinggi lagi.
“Bahwa mungkin ini baru batu loncatan pertama, anak tangga pertama, dari sekian banyaknya anak tangga yang harus dilewati oleh pesepakbola kita,” katanya.
Akmal mengatakan sejumlah agenda telah menanti para pemain Timnas muda Indonesia.
“Mesti cepat-cepat kita bergerak, karena akan ada kualifikasi Piala Asia, kemudian ada pra olimpiade, piala AFF U-22, itu harus dipersiapkan dengan matang,” katanya lagi.
Akmal mengatakan jangan sampai euforia perayaan juara itu membuat pemain menjadi lupa daratan dan menjadi tidak fokus untuk menyambut partai-partai yang akan dilakukan nantinya.
“Jangan sampai setelah ini euforia kemudian tidak banyak persiapan, karena sudah merasa jago, mendapatkan medali emas, lalu kemudian kita lalai, terus kalah (di kompetisi selanjutnya). (terlalu banyak euforia) jadi lupa berkembang. Kita jadi lupa daratan,” ujarnya.
Sebagai Asosiasi Sepakbola Indonesia, PSSI dinilai bertanggung jawab dalam menjaga potensi serta kualitas pemain bintang yang ada di negeri ini.
“Ini dia kemudian yang jadi PR untuk PSSI ke depan, bagaimana golden generation ini bisa tumbuh berkembang dengan sehat dan semakin berkualitas, gitu,” sebut Akmal.
Untuk menuju ke sana, Akmal menyebut perlu adanya pembenahan kompetisi guna menyokong perkembangan bibit-bibit potensial tersebut.
Jika kompetisi belakangan ini dikatakan masih terdapat banyak kecurangan serta kelalaian yang ada, maka kompetisi ke depannya mestilah dirawat agar menjadi ranah yang sehat dan menjunjung tinggi profesionalitas.
“Caranya apa, caranya yang pertama adalah kompetisi kita ini harus dibenahi, kolam yang kotor di kompetisi kita harus dikuras kemudian diganti dengan air yang sehat, sehingga bibit-bibit potensial ini bisa hidup,” ujar Akmal.
“Karena bila kompetisi sudah baik, maka bibit-bibit potensial pesepakbola Indonesia akan tetap terjaga juga kualitasnya,” kata Akmal.
KOMENTAR
Latest Comment