Advertisement

Sharenting: Hati-hati Oversharing Kehidupan Anak di Media Sosial

21 May 2025 15:45 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi sharenting, kebiasaan oversharing kehidupan anak di media sosial. Sumber: Freepik/prostooleh.

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Nuha Khairunnisa

Di era digital ketika hampir setiap orang memiliki akun media sosial, banyak orang tua yang membagikan foto-foto dan video perkembangan anak mereka ke dunia maya. Fenomena ini dikenal dengan istilah sharenting. Praktik ini mencakup berbagi momen-momen berharga dari kehidupan anak—yang sering kali bersifat pribadi, menjadi konsumsi publik.

Definisi dan asal-usul sharenting

Sharenting merupakan gabungan dari dua kata, yaitu 'share' dan 'parenting' yang merujuk pada perilaku orang tua yang membagikan informasi, foto, dan video tentang anak-anak mereka di platform media sosial. Tujuannya bervariasi, mulai dari berbagi kebanggaan hingga mendapatkan perhatian dari para pengikut.

Fenomena ini muncul seiring dengan perkembangan teknologi dan popularitas media sosial. Sejak platform seperti Facebook, Instagram, dan TikTok populer, berbagai momen kehidupan anak mulai di-upload oleh orang tua dengan niat menunjukkan rasa bangga mereka atas tumbuh kembang anak.

Alasan orang tua melakukan sharenting cukup beragam. Beberapa ingin berbagi kebahagiaan dan pencapaian anak, sedangkan yang lain mungkin berusaha untuk menjalin relasi dengan orang tua lain. Namun, orang tua terkadang tidak mempertimbangkan faktor risiko dan konsekuensi yang mungkin muncul dari kebiasaan berbagi informasi pribadi anak di ruang publik.

Dampak negatif sharenting bagi anak

Perasaan tertekan dan malu

Anak-anak yang terpapar sharenting sering kali merasa tertekan, terutama jika orang tua membagikan momen-momen yang seharusnya bersifat pribadi. Hal ini dapat menyebabkan rasa malu di kemudian hari, saat mereka menyadari bahwa hal-hal yang mereka anggap privat ternyata menjadi konsumsi publik.

Ketergantungan pada media sosial

Dengan melihat berulang kali konten yang mereka tampilkan, anak-anak dapat mengalami ketergantungan pada media sosial. Mereka mungkin merasa perlu untuk mendapatkan likes dan komentar positif untuk membangun harga diri mereka, yang bisa menjadi berbahaya bagi kesehatan mental mereka di masa depan.

Penyalahgunaan data dan privasi

Setiap foto dan informasi yang dibagikan mengandung risiko penyalahgunaan. Informasi pribadi tentang anak, seperti lokasi atau nama sekolah, dapat jatuh ke tangan yang salah dan digunakan untuk tujuan kriminal. Ini adalah risiko serius yang mungkin tidak disadari oleh banyak orang tua.

Eksploitasi anak

Dalam beberapa kasus, sharenting berpotensi menjurus pada eksploitasi anak. Ini terjadi ketika anak dijadikan objek untuk mendapatkan perhatian atau keuntungan finansial di media sosial, di mana orang tua mungkin menyuruh anaknya untuk melakukan hal-hal tertentu yang menghibur.

Komersialisasi anak

Beberapa orang tua yang memiliki banyak pengikut di media sosial bahkan dapat berujung mengkomersialisasi anak mereka dengan membuat akun khusus untuk anak dan mengisi akun tersebut dengan konten berbayar. Ini dapat menghilangkan hak anak atas privasi dan citranya.

Menghilangkan hak anak

Anak-anak berhak atas privasi mereka sendiri. Ketika orang tua membagikan informasi atau gambar tanpa izin, mereka berpotensi menghilangkan kontrol anak atas hidup mereka di dunia maya. Di masa depan, anak-anak mungkin merasa terasing dari kehidupan mereka sendiri.

Cara menghindari bahaya sharenting

Pentingnya literasi digital bagi orang tua

Orang tua perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang media sosial dan risiko yang menyertainya. Literasi digital yang baik memungkinkan orang tua untuk memahami kapan dan bagaimana membagikan informasi secara adil dan aman.

Menghargai privasi dan otonomi anak

Sangat penting bagi orang tua untuk menghormati privasi anak. Sebaiknya, sebelum memposting gambar atau informasi tentang anak, orang tua perlu meminta izin anak, terutama jika mereka sudah cukup besar untuk memberikan pendapat.

Berbagai konten dengan aman dan bertanggung jawab

Jika ingin membagikan konten, pertimbangkan untuk menggunakan pengaturan privasi yang ketat. Hindari membagikan informasi yang dapat mengidentifikasi lokasi atau informasi sensitif lainnya. Ini dapat melindungi anak dari potensi risiko di dunia maya.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda sebagai orang tua dapat menjaga hak dan privasi anak, serta menghindari dampak negatif dari sharenting. Membangun kesadaran dan literasi digital adalah hal yang sangat penting di era keterbukaan informasi seperti saat ini.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER

Advertisement
Advertisement