Sinopsis Mangku Pocong: Ketegangan di Balik Bisnis Kuliner

28 Apr 2025 09:40 WIB

thumbnail-article

Poster film "Mangku Pocong." Sumber: Tix.id. .

Penulis: Margareth Ratih. F

Editor: Margareth Ratih. F

Film Mangku Pocong menggambarkan perjalanan emosional dua saudara, Hendri dan Nurul, yang terpaksa kembali ke kampung halaman mereka. Kembalinya mereka bukan sekadar pulang, tetapi juga menghadapi trauma masa lalu yang menghantui pikiran mereka. Kenangan buruk dari masa kecil menjadi halangan tersendiri yang harus mereka hadapi, mengingat rumah tersebut menyimpan banyak kenangan menyakitkan bagi mereka.

Kondisi yang mendesak ketika ayah mereka, Mardi, mengalami penurunan kesehatan yang drastis menjadi alasan utama mereka pulang. Setelah kepergian Mardi, Hendri dan Nurul menghadapi tantangan untuk melanjutkan warisan keluarga, yaitu rumah makan yang telah lama dirintis oleh almarhum ayah mereka. 

Dengan harapan untuk menjalankan kembali bisnis kuliner ini, mereka mesti berhadapan dengan penolakan dari sanak saudara. Keinginan untuk menegakkan kembali bisnis ini mendorong mereka untuk menyelidiki lebih jauh kenangan lama yang menyimpan rahasia besar.

Ide cerita Mangku Pocong

Film Mangku Pocong terinspirasi dari kisah nyata yang terjadi di salah satu kota di Jawa Tengah. Penggambaran budaya lokal dan kearifan yang kental ditampilkan, membawa penonton pada nuansa yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Tema horor dalam Mangku Pocong tidak hanya berakar pada elemen supranatural tetapi juga menelusuri etika dan kepercayaan masyarakat setempat yang sering menghubungkan bisnis kuliner dengan pantangan serta pesugihan.

Bentuk usaha kuliner yang dikelola oleh Hendri dan Nurul berhadapan dengan isu-isu yang lebih dalam, termasuk kepercayaan masyarakat tentang penggunaan kekuatan gaib dalam bisnis. Hal ini menambah lapisan kompleksitas pada cerita dan membuatnya tidak hanya menjadi sekadar film horor, tetapi juga menggugah pertanyaan tentang moralitas, kepercayaan, dan ketahanan yang ada dalam diri manusia.

Karakter utama dalam Mangku Pocong

Hendri, yang diperankan oleh Jevan Nathanio, tampil sebagai tokoh utama yang berjuang melawan momok masa lalunya. Dia adalah sosok yang berusaha keras untuk menghadapi tantangan dan berkomitmen untuk menghidupkan kembali usaha keluarga mereka. Dengan jiwa yang penuh semangat, dia berusaha meyakinkan Nurul dan juga diri sendiri bahwa pulang ke kampung halaman adalah pilihan yang tepat.

Di sisi lain, Nurul, diperankan oleh Ajeng Fauzia, berperan sebagai pendukung setia dan sahabat bagi Hendri. Dia berusaha memahami perasaan abangnya dan membawa kelengkapan emosional dalam perjalanan mereka. Pemahaman Nurul tentang trauma yang dihadapi keduanya mencerminkan sisi kelemahan yang bisa dipahami oleh penonton, membuat hubungan mereka sebagai saudara semakin kuat.

Sosok Mardi, yang diperankan oleh Indra Pacique, meskipun telah tiada, tetap menjadi penghubung antara Hendri dan Nurul dengan masa lalu mereka. Hanya melalui ingatannya, mereka dapat menjelajahi dan memahami kenangan yang terdistribusi dalam konteks waktu dan tempat, serta dampaknya terhadap kehidupan mereka saat ini.

Tantangan dan teror yang dihadapi

Dalam proses menghidupkan kembali rumah makan warisan keluarga, Hendri dan Nurul harus menghadapi berbagai penolakan dari keluarga besar. Teror mulai menghantui mereka melalui kehadiran sosok pocong yang misterius, mengancam tidak hanya kehidupan mereka tetapi juga usaha yang sedang mereka jalani.

Petunjuk mencurigakan mulai muncul, menuntun mereka pada rahasia terdalam yang disembunyikan oleh keluarga selama ini. Dalam pencarian kebenaran ini, mereka menemukan bahwa tidak semua kenangan itu indah, dan terkadang, ada hal-hal yang lebih dalam dari sekadar trauma yang dapat muncul ke permukaan. Perjuangan mereka melawan teror ini menjadi simbol dari perjuangan melawan ketakutan yang tak tampak, baik dari luar maupun dalam diri mereka sendiri.

Film Mangku Pocong menyatukan elemen horor dengan drama keluarga, mengekplorasi tidak hanya ketegangan dan kebangkitan kembali bisnis kuliner, tetapi juga pertanyaan tentang apa yang benar dan salah dalam konteks spiritual dan emosional. Ketegangan yang terbangun di antara karakter menjadikan film ini bukan hanya sekadar penyajian kisah horor, tetapi juga suatu refleksi tentang hubungan antar manusia dan dampaknya terhadap perjalanan hidup masing-masing.


 

 

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER