Film Perang Kota (This City is A Battlefield) yang disutradarai Mouly Surya baru saja merilis trailer resmi pada Rabu (11/12/2024).
Film ini diadaptasi dari novel Indonesia klasik karya sastrawan Mochtar Lubis berjudul Jalan Tak Ada Ujung.
Proyek ini sebenarnya telah diumumkan sejak 2018 silam, tetapi proses produksinya sempat terhenti karena pandemi.
Film Perang Kota merupakan kolaborasi internasional yang melibatkan berbagai rumah produksi dari Indonesia, Singapura, Belanda, Prancis, Norwegia, Filipina dan Kamboja, dengan pendanaan dari Hubert Bals Fund.
Perang Kota dibintangi oleh sejumlah aktor dan aktris kenamaan, sebut saja Chicco Jerikho, Ariel Tatum, dan Jerome Kurnia.
Belum ada informasi resmi terkait tanggal tayang film Perang Kota. Namun, rumah produksi Cinesurya yang menggarap film ini memastikan Perang Kota akan rilis di bioskop pada 2025 mendatang.
Selain itu, Perang Kota juga akan diputar sebagai film penutup di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025. Festival ini dijadwalkan berlangsung pada 30 Januari hingga 9 Februari 2025.
Sinopsis film Perang Kota
Film Perang Kota berlatar di Jakarta tahun 1946, saat Indonesia tengah berjuang mempertahankan kemerdekaannya setelah proklamasi.
Ceritanya berpusat pada Isa (Chicco Jerikho), seorang guru sekolah sekaligus veteran perang yang dihadapkan pada misi rahasia.
Isa ditugaskan untuk menghabisi seorang petinggi kolonial Belanda demi menjamin kemerdekaan tanah airnya.
Misi ini tidak hanya menguji keberaniannya, tetapi juga membawanya pada dilema moral yang mendalam.
Ada pula karekter Hazil (Jerome Kurnia), seorang pemuda yang bersemangat dalam membantu Isa menjalankan misinya.
Di balik uluran tangannya, Hazil diam-diam tertarik pada Fatimah (Ariel Tatum), istri Isa. Dinamika emosional antara Isa, Hazil, dan Fatimah menciptakan ketegangan personal yang menarik dalam film ini.
Ketiga karakter tidak hanya berjuang melawan penjajah, tetapi juga terjebak dalam konflik pribadi dan emosional yang menambah kompleksitas cerita.
Film ini memberikan gambaran mendalam tentang kondisi Jakarta pasca-kemerdekaan. Penggarapan yang cermat dari sutradara Mouly Surya menghadirkan detail sosial dan psikologis masyarakat pada masa itu, mulai dari arsitektur yang mencerminkan dinamika sosial hingga mode pakaian yang dikenakan masyarakat.
Selain menampilkan adegan-adegan perang yang dramatis, film ini juga menggali dampak psikologis dan emosional yang ditimbulkan oleh konflik personal karakter-karakternya.
Lewat film ini, penonton akan merasakan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat Jakarta di tahun 1946 terpengaruh oleh situasi perang dan perjuangan melawan penjajah.