Sinopsis Pernikahan Arwah: Sarat Budaya Tionghoa dan Tayang di 7 Negara

2 Mar 2025 09:45 WIB

thumbnail-article

Sumber: Instagram @entelekeymediaid

Penulis: Rusti Dian

Editor: Rusti Dian

Film Pernikahan Arwah yang disutradarai oleh Paul Agusta tayang di bioskop mulai tanggal 27 Februari 2025. Satu hal yang menarik tentang film ini adalah bahwa ia akan ditayangkan di tujuh negara di Asia. Sebelum menonton, berikut sinopsis Pernikahan Arwah.

Film Pernikahan Arwah menjadi salah satu film horor menarik yang tayang di penghujung Februari. Tidak hanya mengangkat cerita dari budaya Tionghoa, film ini juga akan ditayangkan di tujuh negara seperti Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Laos, Brunei Darussalam, dan Myanmar.

Keputusan untuk merilis film ini di pasar internasional menunjukkan potensi menarik perhatian penonton yang lebih luas, terutama mengingat tema yang diangkat berkaitan dengan budaya Tionghoa yang masih jarang diadaptasi dalam sinema Indonesia.

Secara keseluruhan, film ini menggabungkan elemen budaya dengan cerita horor, memberikan pengalaman menonton yang tidak hanya menyeramkan, tetapi juga mendidik.

Sinopsis Film Pernikahan Arwah

Pernikahan Arwah berkisar pada kisah sepasang kekasih, Salim (Morgan Oey) dan Tasya (Zulfa Maharani) yang memutuskan untuk mengadakan sesi foto pre-wedding di rumah keluarga Salim setelah berita kematian bibinya.

Salim, yang merupakan satu-satunya anggota keluarga yang tersisa, merasa bertanggung jawab untuk melanjutkan tradisi keluarga setelah pemakaman.

Tanpa disadari, kehadiran mereka di rumah leluhur itu membangkitkan arwah leluhur Salim yang berusaha untuk menyelesaikan urusan yang belum tuntas.

Film ini mengangkat tradisi Minghun atau pernikahan arwah yang merupakan bagian penting dari budaya Tionghoa. Dalam tradisi ini, arwah yang belum menemukan pasangan akan "dinikahkan" secara ritual agar dapat tenang di alam baka.

Keberadaan tradisi ini memberikan dimensi tambahan pada plot, menambah ketegangan saat Salim dan Tasya berusaha untuk melepaskan diri dari kewajiban keluarga yang menakutkan.

Ketika arwah mulai meneror mereka, Tasya terdorong untuk menyelidiki misteri masa lalu keluarga Salim agar dapat menenangkan arwah tersebut.

Keberanian dan keteguhan Tasya dalam membongkar kebenaran akan menjadi inti konflik dalam film ini, di mana penonton diajak untuk menelusuri sejarah keluarga Salim yang kelam.

Film ini juga didukung oleh aktor-aktor lain seperti Jourdy Pranata sebagai Febri, Brigitta Cynthia sebagai Mei Hwa, dan Verdi Solaiman sebagai Koh Chung-Chung. Kehadiran mereka menambah kualitas dan keragaman dalam pengisahan cerita.

Pendekatan Budaya Tionghoa dalam Film

Sutradara Paul Agusta dan tim produksinya melakukan riset mendalam untuk memastikan akurasi budaya. Setiap elemen yang dimasukkan ke dalam film bertujuan untuk menghormati dan merepresentasikan tradisi Tionghoa dengan tepat.

Paul menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang budaya yang diangkat agar film ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga edukasi bagi penonton.

Film ini mengusung pendekatan "elegant horror", di mana ketegangan dan kengerian tidak hanya berasal dari jumpscare, tetapi juga dari atmosfer mencekam yang dihasilkan melalui penggambaran cerita dan simbolisme. Hal ini bernuansa artistik, membuat penonton merasakan ketegangan yang real.

Lokasi syuting yang dipilih berlokasi di Lasem, Jawa Tengah. Kota ini dikenal dengan sejarah dan budaya peranakan Tionghoa. Pemilihan lokasi tidak hanya memberikan keaslian tetapi juga menambah elemen visual yang menarik.

Rilis Internasional di 7 Negara

Setelah tayang di Indonesia, film Pernikahan Arwah akan diperkenalkan ke pasar internasional dan dijadwalkan tayang di Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, Laos, Brunei Darussalam, dan Myanmar. Hal ini membuka kesempatan bagi film horor bertema Tionghoa untuk mendapat perhatian yang lebih luas.

Penggemar film horor di Asia akan menyambut baik penampilan film ini, mengingat jarangnya film dengan tema dan budaya yang sama. Film produksi Entelekey Media Indonesia diharapkan dapat memikat penonton dari berbagai latar belakang budaya.

Penayangan tanggal 27 Februari dianggap sebagai waktu yang tepat menurut praktik feng shui, terutama setelah perayaan Cap Go Meh.

Ini menunjukkan bahwa setiap aspek dari rilis film ini dipertimbangkan dengan cermat untuk menarik perhatian penonton dan mendorong keberhasilan film di pasar internasional.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER