Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa dua pertiga dari pemanasan global yang terjadi sejak 1990 disebabkan oleh 10 persen orang terkaya dunia.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Change ini menunjukkan bahwa 10 persen orang terkaya bertanggung jawab atas 65 persen dari kenaikan suhu rata-rata global sebanyak 0,61 derajat celcius selama periode tersebut.
Para peneliti menghubungkan emisi gas rumah kaca ini langsung kepada gaya hidup dan pilihan investasi mereka, yang sangat berkaitan dengan kekayaan.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa individu yang termasuk dalam kelompok 10 persen terkaya mengeluarkan emisi sekitar tujuh kali lipat dari rata-rata global. Dalam hal tersebut, kelompok paling kaya memiliki peran yang signifikan dalam memicu pemanasan global, membuat mereka bertanggung jawab atas sebagian besar perubahan iklim yang dialami dunia saat ini.
Dampak perubahan iklim terhadap wilayah rentan
Dampak dari pemanasan global tidak terbagi secara rata. Masyarakat yang paling terpengaruh adalah mereka yang hidup di wilayah rentan, terutama di negara berkembang. Peningkatan frekuensi gelombang panas dan kekeringan yang ekstrem, seperti yang terjadi di wilayah Amazon, sangat berkaitan dengan emisi yang berasal dari kelompok 10 persen terkaya. Penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumsi dan investasi mereka meningkatkan risiko terjadinya peristiwa cuaca ekstrem.
Kekeringan yang buruk di kawasan seperti Amazon dan peningkatan frekuensi gelombang panas menjadi ancaman nyata bagi masyarakat miskin dan anak-anak yang tidak memiliki sumber daya untuk beradaptasi. Masyarakat yang paling tidak bertanggung jawab terhadap perubahan iklim sering kali menanggung beban terberat dari dampak yang dihasilkan.
Ketimpangan emisi global
Ketimpangan emisi gas rumah kaca di tingkat global jelas terlihat, di mana penyumbang emisi utama berasal dari kelompok paling kaya. Penelitian menyebutkan bahwa jika seluruh populasi dunia berkontribusi terhadap emisi dalam jumlah yang sama seperti 50 persen terbawah, dunia hanya akan mengalami pemanasan dalam jumlah minimal sejak 1990.
Di sisi lain, jika seluruh dunia menyumbang jumlah emisi yang sama kelompok 10 persen terkaya, suhu global dapat meningkat hingga 2,9 derajat celcius, yang jauh di atas ambang batas yang dibutuhkan untuk menjaga kestabilan iklim.
Ketidakadilan iklim ini menyiratkan bahwa negara-negara yang paling sedikit berkontribusi pada pemanasan global, terutama di wilayah tropis, menjadi korban utama dari perubahan iklim. Dengan tingkat emisi yang rendah, mereka tetap berhadapan langsung dengan konsekuensi paling parah dari pemanasan global, sehingga menegaskan perlunya penanganan yang lebih adil terhadap masalah ini.
Kebijakan untuk mengatasi ketidakadilan iklim
Mengatasi ketidakadilan iklim memerlukan implementasi kebijakan yang menyasar mereka yang memiliki kontribusi emisi tertinggi, yaitu kelompok 10 persen terkaya. Kebijakan pajak progresif untuk orang kaya, serta pengenalan pajak pada investasi yang bernilai tinggi emisi karbon, adalah langkah-langkah penting dalam menyasar pengurangan emisi yang dapat dilakukan.
Selanjutnya, investasi berkelanjutan dan peralihan menuju energi bersih harus menjadi fokus utama dalam kebijakan iklim. Kebijakan ini tidak hanya akan membantu mengurangi jejak karbon yang dikeluarkan oleh individu kaya, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim.
Aksi iklim yang adil dan efektif memerlukan komitmen dari semua pihak dan pemahaman bahwa tindakan kolektif sangat penting untuk mengurangi dampak negatif pemanasan global. Dengan memperhitungkan kontribusi emisi yang tidak proporsional dari orang terkaya di dunia, kebijakan yang dibentuk dapat lebih inklusif dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat yang paling rentan.