10 Agustus 2022 15:08 WIB
Penulis: Berlian Rahmy
Editor: Akbar Wijaya
Donald Trump mengecam Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat yang menggerbek salah satu rumahnya di Resor Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, Senin (8/8) pagi.
FBI menggeledah brankas pribadi milik Trump dan membaha sekitar 10 kotak dokumen. Penyelidikan terhadap aset mantan presiden ini merupakan yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat.
“Setelah bekerja sama dengan instansi pemerintah terkait, penggerbekan mendadak di rumah saya ini tidak perlu atau tidak pantas. Mereka bahkan membobol brankas saya!,” kata Trump dikutip Reuters, Rabu (10/8/2022).
Eric Trump, putra presiden AS ke-45 itu mengatakan bahwa investigasi FBI tidak terlepas dari kotak-kotak dokumen yang dibawa Trump dari Gedung Putih usai melepas masa jabatannya pada Januari 2021 lalu.
Berdasarkan Undang-Undang Catatan Kepresidenan AS, seluruh dokumen yang terkait dengan tugas resmi presiden memang harus dijaga dan dilestarikan.
Misalnya saja, setelah masa jabatan Trump habis, Administrasi Arsip dan Catatan Nasional AS meminta Trump untuk mengembalikan 15 kotak dokumen sepanjang tahun 2021. Trump kemudian mengembalikan arsip yang diminta pada Januari 2022.
Tiga bulan berselang atau April 2022, Departemen Kehakiman memulai penyelidikan tahap awal terkait dugaan Trump menghapus catatan kepresidenannya di resor miliknya di Florida.
Meski demikian, Lara Trump, menantu mantan presiden itu menyebut bahwa Trump hanya mengambil kenang-kenangan yang secara hukum diizinkan untuk diambil. Bukan tindakan penghapusan dokumen.
Di Amerika Serikat setiap penggeledahan di kediaman pribadi, harus mengantongi izin dari hakim pengadilan dan memiliki alasan yang jelas.
Tak terkecuali penggeledahan di rumah Trump yang dilakukan Direktur FBI Christopher Way dan Jaksa Agung Merrick Garland yang ditunjuk Presiden Joe Biden.
Namun, seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Biden tidak diberi pemberitahuan terlebih dahulu mengenai pencarian dokumen di rumah Trump. Gedung Putih telah mengajukan pertanyaan ke Departemen Kehakiman terkait peristiwa ini.
Departemen Kehakiman AS dan Markas Besar FBI juga enggan menanggapi kasus penggerebekan resor milik Trump ini.
Namun satu yang pasti. Apabila seseorang terbukti menyembunyikan atau menghancurkan catatan pemerintah, dianggap melakukan tindak pidana di Amerika.
Bagi yang terbukti melanggar akan dihukum penjara tiga tahun dan dilarang memegang jabatan federal seperti presiden dan senator.
Kasus penyalahgunaan dokumen kenegaraan sebelumnya pernah dilakukan Hillary Rodham Clinton pada 2016 saat menjabat Menteri Luar Negeri.
Ia memindahkan catatan dokumen pemerintah ke server email pribadinya. Hillary bahkan disebut menghancurkan 30 ribu dokumen ketika membersihkan servernya.
Namun, FBI tidak pernah melakukan penggeledahan aset sebagaimana mereka lakukan terhadap Trump dan justru membebaskan Hillary.
Beberapa bulan kemudian, James Comey yang dipecat dari jabatan Direktur FBI karena membebaskan Hillary dilaporkan mencuri dokumen pemerintahan dari FBI.
Namun, lagi-lagi saat itu tidak ada penggerebekan di rumah Comey.
Pendukung Trump menuduh Partai Demokrat mempersenjatai FBI untuk menargetkan Trump, bahkan ketika Biden berusaha menjauhkan diri dari Departemen Kehakiman.
Sejak dilakukan penggerebekan, puluhan pendukung Trump berkumpul di Mar-a-Lago yang berjarak beberapa langkah dari laut. Polisi bahkan harus menertibkan dan menjauhkan pendukung Trump dari gerbang resor.
Mereka membunyikan klakson dan memainkan musik dari kendaraan mereka masing-masing. Beberapa bahkan mengibarkan bendera Trump dan bendera Amerika Serikat.
“Ini adalah hal lain yang tidak adil seperti tipuan pemakzulan yang dibuat-buat,” protes Whelan, pendukung Trump yang berusia 59 tahun, dikutip Reuters.
Penyelidikan dokumen hanya salah satu dari beberapa investigasi yang berfokus pada Trump sejak ia meninggalkan Gedung Putih.
Trump pernah diinvestigasi terkait ulah para pendukungnya yang menyerbu Gedung Kongres AS pada 6 Januari 2021 karena ingin membatalkan hasil pemilihan presiden.
Penyerbuan ini tak lepas dari klaim berulang-ulang Trump bahwa pemilu telah dicurangi dan suaranya mereka dicuri.
Pada awal tahun ini FBI juga menilik salah satu properti Trump untuk menyelidiki sebuah kotak di ruang penyimpanan yang terkunci. Pemeriksaan tersebut menghabiskan waktu seharian.
Namun semua langkah investigasi terhadap Trump belum sampai pada kesimpulan ia bersalah dan dapat menghadapi tuntutan pidana.
Kasus penggeledahan resor milik Trump membuat publik kembali mengingat bagaimana Trump menangani dokumen-dokumen sensitif milik negara.
Saat menjabat menjadi presiden, Trump memiliki wewenang untuk membuka informasi pemerintah apapun.
Saat itu, Trump pernah dilaporkan mengambil gambar satelit mata-mata yang sangat rahasia dari situs peluncuran rudal di Iran. Trump kemudian mengunggah foto tersebut ke Twitter.
Trump juga tercatat beberapa kali memindahkan informasi terkait isu-isu penyelidikan hubungan kampanyenya dengan Rusia.
Trump juga pernah merobek-robek kertas resmi dan memaksa petugas Gedung Putih untuk merekatkannya kembali. Pernah juga ditemukan gumpalan kertas yang robek menyumbat toiletnya.
Trump menjadikan penggeledahan FBI sebagai topik meraih simpati dari para pendukungnya melalui email. Trump menggambarkan investigasi itu bermotivasi politik yang dijalankan Presiden Joe Biden.
Trump hingga sekarang masih menjadi mesin suara Partai Republik yang paling berpengaruh. Pengamat mengatakan pencarian FBI ini dapat meningkatkan posisinya di mata pemilih Partai Republik.
“Mereka mencoba untuk menghentikan partai Republik dan saya sekali lagi. Pelanggaran hukum, penganiayaan politik, dan perburuan penyihir harus diungkap dan dihentikan,” tulis Trump dalam email penggalangan dana yang dikirim Selasa (9/8/2022).
Pemimpin Partai Republik di Senat AS Mitch McConnell juga mengatakan negara layak mendapatkan penjelasan menyeluruh dan segera tentang apa yang melatar belakangi kasus penggeledahan di kediaman Trump.
KOMENTAR
Latest Comment