22 Agustus 2022 12:08 WIB
Editor: Akbar Wijaya
Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond J. Mahesa berdialog sengit dengan Ketua Kompolnas Mahfud M.D. soal masih perlu ada tidaknya lembaga pengawas internal kepolisian itu.
Perdebatan dimulai dengan pertanyaan Desmond ke Mahfud soal apa itu tugas Kompolnas.
“Pak Mahfud tugas Kompolnas itu apa, diperjelas Pak, tugas Kompolnas itu apa sih sebenarnya?” tanya politikus Gerindra ini.
Mahfud menjawab:
“Saya ini Menkopolhukam ex officio Ketua Kompolnas. Kompolnas itu ikut mengawasi, memberi rekomendasi, tapi saya Menkopolhukam yang harus menerjemahkan setiap yang dikatakan presiden kepada publik misalnya, kalau sudah presiden bicara ke publik menteri itu tidak usah tanya lagi,” jawab Mahfud.
“Yang saya tanya itu bukan Menkonya Pak, tugas Kompolnas-nya,” sanggah Desmond.
“Kompolnas itu pengawas eksternal Polri,” jawab Mahfud.
“Eksternal atau internal?” balas Desmond
“Pengawas eksternal Polri, jadi dia mitra,” jawab Mahfud.
Mahfud lalu menceritakan saat pertama dilantik menjadi ketua Kompolnas ia langsung menyatakan ke Kapolri bahwa pihaknya tidak akan menjadi musuh bagi Polri.
“Kita kerja sama saja, kalau kita punya masukan kita sampaikan, kalau Bapak ada keluhan, apa pertanyaan Kompolnas sampaikan. Itu sejak awal Kapolri dilantik saya bilang begitu ketemu dengan Kompolnas. Oleh sebab itu, kita menempatkan diri sebagai mitra,” ujar Mahfud.
Jawaban Mahfud tampaknya tidak terlalu memuaskan Desmond. Ia lalu balik mencecer Mahfud dengan pertanyaan:
“Pak, kalau posisi sebagai mitra apa bedanya dengan DPR? Sama saja.”
Mahfud dengan nada sedikit meninggi lalu menjawab:
“Sama saja, dengan LSM dengan media sama saja boleh bicara apa saja,” katanya.
Desmond mengaku paham bahwa Kompolnas tidak memiliki kewenangan dan perangkat melakukan penyidikan. Untuk itu Kompolnas berkoordinasi dengan Komnas HAM.
Persoalannya, kata Desmond, ada anggota Kompolnas yang sekadar mengutip keterangan pers Kapolres Jakarta Selatan sehingga mengesankan Kompolnas sekadar juru bicara kepolisian.
“Persoalannya adalah pada saat salah seroang anggota Kompolnas cuma jadi PR (public relations) saja atas keterangan Polres Jakarta Selatan ternyata itu salah. Ini kan luar biasa,” kata Desmond.
Dari situ lalu Desmond mengajukan pertanyaan soal masih perlu atau tidaknya Kompolnas.
“Nah luar biasa inilah dalam catatan, sebenarnya Kompolnas ini perlu enggak?”
Menjawab pertanyaan itu, Mahfud dengan nada meninggi menjawab, ada atau tidak, Kompolnas itu terserah DPR.
“Oh terserah Bapak kan yang buat Kompolnas ada, ini kan DPR yang buat, kalau mau dibubarkan, bubarkan saja,” ujarnya.
Desmond lalu membalas jawaban Mahfud itu.
“Kalau menurut saya, kalau kapasitasnya cuma jadi juru bicara seperti itu, tidak perlu ada Kompolnas,” katanya.
Mahfud dengan nada agak menantang lantas mengatakan.
“Ya silahkan Pak, nanti disimpulkan saja habis rapat ini Kompolnas bubar,” ujarnya.
Desmond lalu meminta Mahfud menjelaskan bagaimana respons Kompolnas ke kepolisian terkait peristiwa KM 50.
“Kasus KM 50 bagaimana Pak? Bapak pernah bikin catatan itu ke kepolisian?” tanya Desmond.
“Saya pernah kirim surat langsung,” jawab Mahfud.
“Jawabannya apa?” cecar Desmond.
“Itu urusan Kapolri,” kilah Mahfud.
“Ada tindak lanjut enggak jawabannya apa? Kalau tidak ada, jawaban apa pun tidak penting,” balas Desmond.
“Kalau soal implementasi di Polri, jangan salahkan saya dong,” ujar Mahfud dengan ekspresi terpojok.
“Lho tidak disalahkan Pak, kita ini kan kita bernegara. Yang saya tanya tugas Bapak direspons tidak? Kalau tidak direspons, maka benarlah tidak perlu ada Kompolnas. Kalau direspons berarti ada Kompolnas, Polri semakin maju,” ujar Desmond.
“Kita bernegara bukan menang-menangan,” tambahnya.
Mahfud hanya mengangguk.
KOMENTAR
Latest Comment