Belajar Memaknai Mimpi dari Kisah Nabi Yusuf AS

2 April 2023 13:04 WIB

Narasi TV

Penulis: Bima Nur M.R.

Editor: Surya Wijayanti

Al-Qur’an meriwayatkan kisah Nabi Yusuf AS dengan lengkap, dimulai dari masa kecil hingga akhir hayatnya.

“Kisahnya itu bermula ketika dia [Nabi Yusuf AS] menyampaikan pada ayahnya bahwa dia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, serta bulan sujud bersimpuh atau sungkem padanya. Ayahnya menyampaikan kepada dirinya jangan ceritakan itu pada saudara-saudaramu karena itu bisa menimbulkan iri hati sehingga bisa mencedari mu” terang Quraish Shihab.

Larangan tersebut didasari pada besarnya rasa cintanya pada Nabi Yusuf AS yang melebihi cintanya kepada anak-anaknya yang lain. “Ibu dari Nabi Yusuf meninggal waktu melahirkan adik Nabi Yusuf, Benyamin. Karena itu anak ini [Nabi Yusuf AS] sebatang kara,” pungkas Quraish Shihab.

Rasa cinta orang tua yang besar terhadap anaknya memang merupakan sebuah kewajaran, tapi apakah boleh jika hal tersebut tidak diberikan secara merata dan adil kepada anak-anak lainnya?

Berlakulah Secara Adil

Kisah Nabi Yusuf AS turut mengajarkan kita agar berlaku secara adil, terkhususnya kepada anak-anak kita. Berikanlah cinta dan kasih sayang secara adil dan merata. Sebab, ketidakadilan yang dirasakan oleh anak dapat menjadi pemicu terjerumusnya mereka dalam perilaku yang merugikan diri mereka.

“Dari satu sisi, itu pelajaran bahwa mestinya orang tua jangan menampakkan cinta berlebih kepada salah seorang anaknya. Dia hendaknya berlaku adil dan lain sebagainya. Tapi, rupanya anak-anaknya ini [saudara-saudara Nabi Yusuf AS] tidak merasakan keadilan itu sehingga lahirlah dari mereka sikap-sikap yang pada akhirnya menjerumuskan,” terang Quraish Shihab.

Kecemburuan yang tumbuh di antara para saudara Nabi Yusuf AS akibat lebih besarnya rasa cinta sang ayah kepada Nabi Yusuf membuat mereka merencanakan maksud tertentu terhadap Nabi Yusuf.

Saat melancarkan rencananya, mereka sempat meminta izin kepada sang ayah untuk pergi “bermain” dengan Nabi Yusuf AS. Namun, jawaban yang mereka peroleh justru memberikan pelajaran yang dapat kita maknai bersama secara mendalam.

“Ayahnya menjawab ‘saya sedih kalau berpisah dengan Yusuf’. Coba lihat dia gambarkan lagi kesedihannya, baru dia katakan ‘saya takut jangan sampai dia [Nabi Yusuf AS] dimakan serigala’.” ujar Quraish Shihab.

Namun, yang menarik adalah ketakutan yang disampaikan oleh sang ayah bisa jadi tidak mendasar, sebab para ulama menyatakan di wilayah itu tidak terdapat serigala.

“Ada riwayat yang menyatakan ‘jangan ajar anakmu berbohong’. Terkadang tidak sadar orang tua mengucapkan kata-kata [yang tidak sesuai realita atau berbohong]. Di sini sebenarnya ayahnya tidak takut, hanya cari alasan. Dan, itulah yang dikatakan mengajarkan anak-anaknya alasan mengapa Yusuf tidak datang lagi bersama mereka,” lanjut Quraish Shihab.

Hal tersebut disebut sebagai “kurikulum terselubung” oleh pakar-pakar pendidikan. “Kita seringkali melakukan itu. Ada orang telepon, kita bilang beri tahu dia ‘ayah tidak ada’. Kita menipu ketika naik pesawat dengan mengatakan usia anak sekian padahal tidak. Itu adalah pendidikan yang salah” pungkas Quraish Shihab.

Tafsir Mimpi dalam Islam

Kisah Nabi Yusuf dalam Al-Qur’an diawali dengan kisah mimpi yang dialaminya. Dikisahkan mimpi tersebut merupakan sebuah pertanda dari Tuhan kepada Nabi Yusuf AS, dan menjadi sebuah kenyataan 23 tahun setelahnya.

“Dia [Nabi Yusuf AS] menjadi menteri sekitar [usia] 30 tahun. Jadi, setelah 23 tahun baru berwujud [mimpinya] yaitu ketika ayah dan ibunya dipersilakan datang ke Mesir. Dan, ketika itulah dia mendudukkan ayah dan saudara-saudaranya di suatu tempat dan mereka sungkem kepada Yusuf sambil [Nabi Yusuf AS] berkata pada ayahnya ‘inilah bukti kebenaran mimpi yang saya ceritakan dulu kepadamu’” ujar Quraish Shihab.

Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa mimpi–secara umum–terdiri dari akibat dari pikiran, keadaan yang sedang kita alami, atau informasi dari Tuhan yang disampaikan secara terselubung.

“Kita baru bisa membedakan setelah terjadi. Tapi, pada umumnya ada ilmu tersendiri menyangkut ilmu penafsiran mimpi, dan itu diajarkan kepada Nabi Yusuf. Lantas, kita jika kita mengalami mimpi yang baik maka ceritakan untuk menanamkan optimisme, namun jika mimpi buruk maka simpanlah. ” pungkas Quraish Shihab.

Mau tahu lebih banyak tentang kisah-kisah lainnya?

Saksikan Shihab & Shihab edisi Ramadan berikutnya, tayang setiap hari jelang waktu berbuka puasa di Indosiar dan Vidio.com setiap harinya. Shihab & Shihab menemani kamu menantikan waktu berbuka puasa dengan dialog antara Quraish Shihab dan Najwa Shihab membahas kisah-kisah menarik dan berharga dalam Al-Qur’an.

Sampai jumpa menjelang waktu berbuka!

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR